Kearifan dalam Menentukan Pilihan
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW, dikenal luas sebagai pribadi yang sangat bijaksana, cerdas, dan mendalam pemahamannya tentang nilai-nilai kehidupan dan spiritualitas Islam. Nasihat-nasihatnya yang termuat dalam berbagai literatur Islam seringkali menjadi pedoman penting, termasuk dalam hal memilih pasangan hidup atau jodoh.
Bagi Ali bin Abi Thalib, pernikahan bukanlah sekadar urusan duniawi yang didasarkan pada penampilan fisik atau kekayaan semata. Ia menekankan bahwa pondasi utama dalam memilih jodoh haruslah terletak pada kualitas agama, akhlak, dan kecocokan spiritual. Dalam pandangannya, keberkahan rumah tangga sangat ditentukan oleh kesalehan kedua belah pihak.
Salah satu inti ajaran Ali tentang jodoh adalah pentingnya menemukan seseorang yang memiliki kesamaan visi dalam memegang teguh prinsip-prinsip agama. Ia sering mengingatkan bahwa pasangan yang saleh akan menjadi penolong dalam ketaatan kepada Allah SWT, sementara pasangan yang buruk agamanya justru bisa menjerumuskan ke dalam kesesatan.
Fokus utama beliau bukan pada rupa yang memukau sesaat, melainkan pada hati yang bersih dan komitmen yang kuat terhadap ajaran Islam. Hal ini tercermin dalam nasihatnya yang menekankan bahwa daya tarik fisik akan memudar seiring waktu, namun kebaikan karakter dan keimanan akan terus bersinar.
Ali bin Abi Thalib mengajarkan untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan besar seperti pernikahan. Proses penjajakan dan pengamatan terhadap calon pasangan harus dilakukan dengan mata yang jernih, jauh dari nafsu sesaat. Pengamatan ini harus difokuskan pada bagaimana calon pasangan tersebut berinteraksi dengan Tuhannya, keluarganya, dan lingkungannya.
Kehati-hatian ini mencakup pengamatan terhadap latar belakang keluarga juga. Keluarga yang baik seringkali menjadi cerminan dari pribadi yang baik. Beliau menyadari bahwa pernikahan bukan hanya menyatukan dua individu, melainkan dua keluarga besar dengan latar belakang nilai yang berbeda. Oleh karena itu, memilih pasangan dari keturunan yang baik (yang juga menekankan kesalehan) adalah langkah preventif agar tercipta lingkungan rumah tangga yang damai dan penuh berkah.
Meskipun banyak nasihatnya ditujukan kepada laki-laki dalam memilih istri, prinsip-prinsip yang ditekankan Ali juga relevan bagi wanita dalam memilih suami. Keduanya harus mencari pasangan yang memiliki integritas moral yang tinggi. Bagi pria, kriteria wanita ideal versi Ali adalah wanita yang menjaga kehormatan dirinya, taat pada Allah, dan mampu mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Islam yang luhur.
Sebaliknya, bagi wanita, memilih suami harus didasarkan pada keteguhan imannya, tanggung jawabnya sebagai pemimpin rumah tangga, dan perilakunya yang mulia. Kekayaan materi atau status sosial hanyalah pelengkap, bukan penentu utama kebahagiaan abadi. Kebahagiaan sejati dalam pernikahan, menurut perspektif keilmuan Ali, adalah ketika kedua belah pihak saling mendorong menuju surga.
Dalam konteks yang lebih luas, Ali bin Abi Thalib memahami bahwa rumah tangga yang dibangun atas dasar agama akan mampu melewati berbagai ujian kehidupan. Ketika badai kesulitan datang, kesamaan spiritualitas akan menjadi jangkar yang kuat. Mereka akan saling mengingatkan, saling mendoakan, dan bersama-sama mencari solusi sesuai koridor syariat.
Keputusan memilih jodoh adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan dipanen di akhirat. Oleh karena itu, kebijaksanaan Ali menuntut kita untuk menanggalkan sifat materialistis dan emosional sesaat. Prioritas tertinggi adalah mencari "teman seperjalanan" menuju ketaatan penuh kepada Rabbul 'Alamin.
Semoga kita semua senantiasa diberi petunjuk untuk menemukan pasangan hidup yang dapat menyejukkan hati, menguatkan iman, dan menjadi pelabuhan terbaik di dunia hingga akhirat. Demikianlah sedikit tinjauan mengenai hikmah Ali bin Abi Thalib tentang pemilihan jodoh.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.