Kaligrafi Arab untuk kata Sabar صَبْرٌ Sabar

Allah Bersama Orang-Orang yang Sabar

Dalam perjalanan hidup yang penuh liku, manusia seringkali dihadapkan pada berbagai ujian, tantangan, dan cobaan. Ada kalanya jalan terasa terjal, langit seakan kelabu, dan harapan tampak meredup. Di tengah badai kehidupan inilah, sebuah prinsip agung hadir sebagai jangkar yang menguatkan jiwa, sebagai pelita yang menerangi kegelapan, dan sebagai janji yang menenangkan hati. Prinsip itu adalah kesabaran. Lebih dari sekadar sifat, kesabaran adalah sebuah kekuatan spiritual yang dijanjikan oleh Allah SWT dengan ganjaran terindah: kebersamaan-Nya. Firman-Nya yang mulia, "Innallāha ma'aṣ-ṣābirīn"—Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar—bukanlah sekadar untaian kata, melainkan sebuah proklamasi ilahi yang mengandung kekuatan, harapan, dan jaminan tak terbatas bagi hamba-Nya yang beriman.

Kalimat agung ini, yang terpatri dalam Al-Qur'an, menjadi sumber ketenangan bagi jiwa yang gundah dan sumber kekuatan bagi raga yang lelah. Ia mengajarkan bahwa dalam setiap detik penantian, dalam setiap tetes air mata yang tertahan, dalam setiap keluh kesah yang teredam, dan dalam setiap langkah tegar di atas duri cobaan, kita tidak pernah sendirian. Allah, Sang Pencipta semesta alam, Sang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, senantiasa menyertai, mengawasi, menolong, dan membimbing hamba-Nya yang memilih jalan kesabaran. Kebersamaan ini bukanlah kebersamaan biasa, melainkan ma'iyyah khassah, kebersamaan istimewa yang membawa pertolongan, rahmat, dan kemenangan.

Namun, apakah sabar itu? Seringkali, kata ini disalahartikan sebagai kepasrahan yang pasif, kelemahan dalam menghadapi penindasan, atau ketidakmampuan untuk bertindak. Islam, melalui Al-Qur'an dan Sunnah, meluruskan pemahaman ini dan mengangkat sabar ke derajat yang sangat mulia. Sabar adalah sebuah sikap aktif, sebuah perjuangan internal yang gigih, dan sebuah bentuk ketaatan tingkat tinggi. Ia adalah seni menahan diri, mengendalikan emosi, dan menjaga akal sehat ketika dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, sambil terus berikhtiar mencari jalan keluar dan bertawakal sepenuhnya kepada ketetapan Allah. Artikel ini akan mengupas secara mendalam makna kesabaran, menggali keutamaannya yang tak terhingga, dan menelusuri bagaimana janji kebersamaan Allah menjadi realitas nyata bagi mereka yang menghiasi diri dengan sifat mulia ini.

Memahami Hakikat Sabar dalam Islam

Untuk benar-benar menghayati janji "Allah bersama orang-orang yang sabar", kita harus terlebih dahulu menyelami makna sabar yang sesungguhnya. Sabar, dalam bahasa Arab berasal dari kata ṣabara, yang secara harfiah berarti menahan (al-habs) atau mencegah. Dari akar kata ini, para ulama mendefinisikan sabar secara terminologis sebagai kemampuan jiwa untuk menahan diri dari tiga hal: menahan diri dari keluh kesah dan amarah terhadap takdir Allah, menahan lisan dari mengadu atau mengeluh kepada selain Allah, dan menahan anggota badan dari perbuatan-perbuatan yang dilarang, seperti menampar pipi, merobek pakaian, atau tindakan destruktif lainnya sebagai ekspresi keputusasaan.

Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang monumental, Ihya' Ulumuddin, menjelaskan bahwa kesabaran adalah keteguhan dorongan agama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu. Ini adalah sebuah pertempuran internal yang terjadi terus-menerus di dalam diri manusia. Ketika dorongan untuk taat kepada Allah lebih kuat daripada dorongan untuk mengikuti keinginan syahwat, maka lahirlah kesabaran. Oleh karena itu, sabar bukanlah tanda kelemahan, melainkan manifestasi dari kekuatan jiwa yang luar biasa.

Tiga Pilar Utama Kesabaran

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga pilar utama yang mencakup seluruh aspek kehidupan seorang mukmin. Memahami ketiganya adalah kunci untuk menerapkan sabar secara komprehensif.

1. Sabar dalam Menjalankan Ketaatan kepada Allah (Aṣ-ṣabru ‘ala ṭā’atillāh)

Pilar pertama ini adalah kesabaran dalam melaksanakan perintah-perintah Allah. Ketaatan memerlukan konsistensi, pengorbanan, dan perjuangan melawan kemalasan serta godaan duniawi. Contohnya, sabar untuk bangun di sepertiga malam demi shalat Tahajud, melawan kantuk dan dingin. Sabar dalam menahan lapar dan dahaga saat berpuasa di bulan Ramadhan, terutama di tengah aktivitas yang padat. Sabar dalam mengeluarkan sebagian harta untuk zakat dan sedekah, melawan sifat kikir dan cinta dunia. Sabar dalam menuntut ilmu, yang membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran. Setiap ibadah, dari yang paling ringan hingga yang paling berat, menuntut kesabaran agar dapat dilaksanakan dengan ikhlas, istiqamah, dan sesuai dengan tuntunan syariat. Tanpa kesabaran, ketaatan akan terasa berat dan mudah ditinggalkan.

2. Sabar dalam Menjauhi Kemaksiatan (Aṣ-ṣabru ‘an ma’ṣiyatillāh)

Ini adalah pilar kesabaran yang seringkali menjadi medan pertempuran paling sengit. Manusia diciptakan dengan hawa nafsu dan dikelilingi oleh berbagai macam godaan yang mengajak kepada kemaksiatan. Sabar dalam konteks ini berarti memiliki kekuatan untuk mengatakan "tidak" pada ajakan dosa, meskipun ia tampak indah dan menyenangkan. Ini adalah sabar untuk menundukkan pandangan dari yang haram, sabar untuk menjaga lisan dari ghibah (menggunjing), fitnah, dan perkataan dusta. Sabar untuk menahan tangan dari mengambil hak orang lain, dan sabar untuk menjaga diri dari perbuatan zina dan segala yang mendekatinya. Kesabaran ini membutuhkan kewaspadaan spiritual yang tinggi dan kesadaran penuh bahwa pengawasan Allah meliputi segala sesuatu. Kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam yang menolak godaan istri Al-Aziz adalah contoh teladan tertinggi dari jenis kesabaran ini, sebuah keteguhan iman di puncak ujian syahwat.

3. Sabar dalam Menghadapi Takdir yang Pahit (Aṣ-ṣabru ‘alā aqdārillāh al-mu’limah)

Pilar ketiga inilah yang paling sering terlintas di benak kita ketika mendengar kata "sabar". Ini adalah kesabaran dalam menghadapi musibah, cobaan, dan ketetapan Allah yang terasa menyakitkan. Bentuknya bisa bermacam-macam: kehilangan orang yang dicintai, menderita sakit parah, mengalami kerugian finansial, difitnah, atau tidak tercapainya sebuah keinginan. Sabar dalam kondisi ini bukan berarti tidak boleh bersedih atau menangis. Rasulullah SAW pun menangis saat putranya, Ibrahim, wafat. Namun, sabar berarti menerima ketetapan tersebut dengan hati yang ridha, meyakini bahwa di baliknya terdapat hikmah yang agung, serta menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menunjukkan penolakan terhadap takdir Allah. Kunci dari kesabaran ini adalah mengucapkan kalimat istirja': "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn" (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali). Kalimat ini adalah pengakuan total atas kepemilikan dan kekuasaan Allah, yang menenangkan jiwa dan menguatkan hati di saat-saat paling rapuh.

Sabar bukanlah berarti pasrah tanpa daya. Ia adalah energi aktif yang mendorong seorang hamba untuk terus berikhtiar semaksimal mungkin dalam koridor syariat, lalu menyerahkan hasilnya dengan penuh keyakinan kepada Allah Sang Penentu segalanya. Sabar dan tawakal adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Dengan memahami ketiga pilar ini, kita menyadari bahwa sabar adalah sebuah sikap hidup yang menyeluruh. Ia bukan hanya dibutuhkan saat tertimpa musibah, tetapi juga dalam setiap tarikan napas ketaatan dan dalam setiap upaya menahan diri dari larangan-Nya. Sabar adalah bahan bakar bagi seorang mukmin untuk terus melaju di jalan menuju keridhaan Allah.

Janji Kebersamaan Allah: Telaah Al-Qur'an dan Hadis

Janji bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar bukanlah sekadar ungkapan penghibur, melainkan sebuah fakta teologis yang ditegaskan berulang kali dalam wahyu. Kebersamaan ini (ma'iyyah) adalah anugerah terbesar yang dapat diraih seorang hamba, karena jika Allah bersamamu, siapa yang dapat mencelakaimu? Dan jika Allah meninggalkanmu, siapa yang dapat menolongmu? Mari kita telusuri lebih dalam janji agung ini melalui firman-Nya dan sabda Rasul-Nya.

Analisis Ayat-Ayat tentang Kesabaran

Al-Qur'an, sebagai petunjuk hidup, menempatkan kesabaran pada posisi yang sangat terhormat. Banyak ayat yang secara eksplisit maupun implisit membahas tentangnya.

Salah satu ayat paling fundamental adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat ini memberikan formula ilahi untuk menghadapi segala kesulitan hidup. Allah memerintahkan kita untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai dua instrumen utama untuk memohon pertolongan-Nya. Sabar adalah kekuatan internal yang menstabilkan jiwa, sementara shalat adalah koneksi vertikal yang menghubungkan hamba dengan Penciptanya. Penutup ayat ini, "Innallāha ma'aṣ-ṣābirīn," adalah jaminan sekaligus puncaknya. Kebersamaan Allah di sini adalah ma'iyyah khassah, yaitu kebersamaan yang mengandung arti pertolongan (an-naṣr), dukungan (at-ta’yīd), penjagaan (al-ḥifẓ), dan bimbingan (at-taufīq). Ini adalah hadiah eksklusif bagi mereka yang berhasil mengamalkan kesabaran.

Rangkaian ayat selanjutnya dalam Surah Al-Baqarah (155-157) memberikan konteks yang lebih jelas mengenai ujian yang menuntut kesabaran:

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn'. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Ayat ini menegaskan bahwa ujian adalah sebuah keniscayaan dalam hidup seorang mukmin. Namun, Allah tidak hanya menguji, Dia juga memberikan solusinya, yaitu sabar yang diekspresikan dengan kalimat istirja'. Balasannya pun luar biasa: ampunan (ṣalawāt), rahmat, dan petunjuk. Ini menunjukkan bahwa musibah yang dihadapi dengan sabar justru menjadi sarana untuk meraih tiga anugerah agung dari Allah.

Dalam Surah Az-Zumar ayat 10, Allah menjanjikan pahala yang tak terhingga bagi orang yang sabar:

...إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

"...Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas."

Jika pahala untuk amalan lain memiliki takaran dan hitungannya, pahala untuk kesabaran digambarkan "tanpa batas" (bighayri ḥisāb). Ini mengisyaratkan betapa tingginya nilai kesabaran di sisi Allah. Seolah-olah Allah sendiri yang akan memberikan ganjarannya secara langsung, melimpah ruah seperti air bah, sebagai balasan atas keteguhan mereka di dunia.

Kesabaran dalam Cermin Hadis Rasulullah SAW

Rasulullah Muhammad SAW, sebagai teladan utama, adalah manifestasi kesabaran yang paling sempurna. Kehidupan beliau penuh dengan ujian berat, namun semuanya beliau hadapi dengan kesabaran yang memukau. Melalui sabdanya, beliau menjelaskan lebih lanjut tentang keutamaan sabar.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik. Dan itu tidak dimiliki oleh seorang pun selain mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya."

Hadis ini menggambarkan mentalitas seorang mukmin yang selalu positif. Apa pun kondisi yang menimpanya, baik atau buruk, selalu dapat diubah menjadi kebaikan melalui dua sikap: syukur saat lapang dan sabar saat sempit. Ini adalah resep kebahagiaan sejati, di mana seorang hamba selalu berada dalam kondisi "menang" secara spiritual.

Dalam hadis lain, beliau menggambarkan sabar sebagai cahaya:

"Bersuci adalah separuh iman, 'Alhamdulillah' memenuhi timbangan, 'Subhanallah walhamdulillah' memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, dan sabar adalah pelita (sinar)." (HR. Muslim)

Kata ḍiyā’ (pelita/sinar) yang digunakan dalam hadis ini berbeda dengan nūr (cahaya). Ḍiyā’ adalah cahaya yang berasal dari sumbernya sendiri dan mengandung panas, seperti cahaya matahari. Ini mengisyaratkan bahwa sabar adalah proses yang tidak mudah, bahkan terasa "panas" dan membakar, namun ia akan menerangi jalan seorang hamba melewati kegelapan ujian dan membimbingnya menuju tujuan akhir.

Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa kesabaran sejati adalah yang terjadi pada hentakan pertama musibah. Ketika melewati seorang wanita yang menangis di kuburan, beliau menasihatinya untuk bertakwa dan bersabar. Wanita itu, yang tidak mengenali beliau, menolak. Kemudian, setelah diberi tahu bahwa itu adalah Rasulullah, ia mendatangi beliau. Rasulullah SAW pun bersabda, "Sesungguhnya sabar itu pada hentakan yang pertama." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mengajarkan pentingnya kontrol diri dan penerimaan sejak awal musibah terjadi, karena di situlah letak ujian kesabaran yang sesungguhnya.

Buah Manis dan Keutamaan Kesabaran

Mengamalkan kesabaran, meskipun terasa berat, akan mendatangkan buah-buah manis yang tak ternilai, baik di dunia maupun di akhirat. Keutamaannya melampaui sekadar ketenangan batin; ia adalah kunci untuk membuka berbagai pintu kebaikan dan anugerah dari Allah SWT.

1. Meraih Kebersamaan, Cinta, dan Pertolongan Allah

Seperti yang menjadi tema utama, keutamaan tertinggi dari sabar adalah meraih ma'iyyah atau kebersamaan istimewa dari Allah. Ini adalah jaminan keamanan, pertolongan, dan bimbingan. Selain itu, Allah juga secara eksplisit menyatakan cinta-Nya kepada orang yang sabar. Dalam Surah Ali 'Imran ayat 146, Allah berfirman: "...وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ" ("...Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar"). Dicintai oleh Sang Pencipta adalah puncak dari segala pencapaian seorang hamba. Siapa yang dicintai Allah, maka hidupnya akan penuh dengan keberkahan dan kemudahan.

2. Pengampunan Dosa dan Peninggian Derajat

Setiap kesulitan yang dihadapi dengan sabar berfungsi sebagai mesin penggugur dosa. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, atau kegundahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya." (HR. Bukhari)

Musibah yang diterima dengan sabar dan ridha akan membersihkan catatan amal seorang hamba, membuatnya kembali suci. Di akhirat, kesabaran ini akan menjadi sebab ditinggikannya derajat di surga. Boleh jadi, ada tingkatan surga yang tidak bisa dicapai hanya dengan amalan, maka Allah menimpakan ujian agar hamba-Nya bersabar dan dengan kesabarannya itu ia layak menempati derajat mulia tersebut.

3. Kunci Kemenangan dan Kepemimpinan

Tidak ada kemenangan besar atau kesuksesan jangka panjang yang diraih tanpa kesabaran. Sabar adalah napas dari setiap perjuangan. Allah SWT berfirman dalam Surah As-Sajdah ayat 24:

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami."

Ayat ini mengaitkan secara langsung antara kesabaran dan keyakinan dengan anugerah kepemimpinan. Sejarah telah membuktikan bahwa para pemimpin besar, terutama para nabi dan rasul, adalah orang-orang yang memiliki tingkat kesabaran paling tinggi dalam menghadapi penolakan, penganiayaan, dan tantangan dari umatnya.

4. Mendatangkan Ketenangan Jiwa (Sakinah)

Di dunia yang penuh dengan kecemasan dan stres, sabar adalah penawar yang paling mujarab. Ketika seseorang bersabar, ia menyerahkan urusannya kepada Allah. Keyakinan bahwa segala sesuatu berada dalam kendali-Nya dan setiap takdir-Nya pasti mengandung kebaikan akan melahirkan ketenangan jiwa yang luar biasa. Ia tidak akan mudah panik, putus asa, atau depresi. Hatinya dipenuhi dengan ridha (kerelaan) terhadap apa pun yang Allah tetapkan, sehingga ia mampu menemukan kebahagiaan bahkan di tengah badai sekalipun.

5. Membentuk Karakter Pribadi yang Tangguh dan Mulia

Kesabaran adalah tempaan bagi karakter. Orang yang terbiasa bersabar akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah goyah, memiliki kontrol emosi yang baik, bijaksana dalam mengambil keputusan, dan pemaaf. Sifat-sifat turunan dari sabar seperti hilm (lemah lembut dan tidak mudah marah) dan anāh (tenang dan tidak tergesa-gesa) akan menghiasi kepribadiannya, membuatnya dihormati dan disegani oleh orang lain.

Panduan Praktis Menumbuhkan Sifat Sabar

Sabar bukanlah sifat bawaan, melainkan sebuah keterampilan yang harus dilatih dan diperjuangkan secara sadar. Ia seperti otot yang akan semakin kuat jika terus-menerus dilatih. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk menumbuhkan dan merawat sifat sabar dalam diri.

1. Memperkuat Fondasi Iman dan Tauhid

Akar dari kesabaran adalah iman yang kokoh kepada Allah. Semakin kita mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya (Asma'ul Husna), semakin mudah kita untuk bersabar. Yakinilah bahwa Allah adalah Al-Hakīm (Maha Bijaksana), sehingga setiap ketetapan-Nya pasti mengandung hikmah, meskipun kita tidak memahaminya. Yakinilah bahwa Dia adalah Al-'Alīm (Maha Mengetahui), yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita daripada diri kita sendiri. Yakinilah bahwa Dia adalah Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), yang tidak mungkin menzalimi hamba-Nya. Penguatan tauhid ini akan membuat hati lapang dalam menerima segala takdir.

2. Membaca dan Merenungi Kisah Orang-Orang Saleh

Al-Qur'an dipenuhi dengan kisah-kisah para nabi dan orang-orang saleh sebagai pelajaran (ibrah). Bacalah dan renungkanlah kisah kesabaran Nabi Ayyub dalam menghadapi penyakit dan kehilangan, kesabaran Nabi Ya'qub saat kehilangan putranya Yusuf, kesabaran Nabi Yusuf saat difitnah dan dipenjara, dan puncak kesabaran Rasulullah Muhammad SAW dalam dakwahnya. Mengetahui bahwa orang-orang yang jauh lebih mulia dari kita diuji dengan ujian yang lebih berat akan membuat ujian kita terasa lebih ringan dan memotivasi kita untuk meneladani kesabaran mereka.

3. Melatih Diri dengan Ibadah

Ibadah adalah sarana pelatihan kesabaran yang paling efektif. Seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah:153, shalat adalah penolong. Dalam shalat, kita melatih diri untuk tunduk, khusyuk, dan menahan diri dari gerakan serta perkataan di luar shalat. Puasa adalah madrasah kesabaran yang nyata, di mana kita secara sadar menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu dari fajar hingga senja. Dengan rutin melaksanakan ibadah-ibadah ini dengan sungguh-sungguh, jiwa kita akan terlatih untuk lebih sabar dalam aspek kehidupan lainnya.

4. Berdoa dan Memohon Pertolongan Allah

Jangan pernah meremehkan kekuatan doa. Sabar adalah taufik dari Allah. Oleh karena itu, berdoalah dengan tulus, mohonlah kepada Allah agar Dia menganugerahkan kita kesabaran dan keteguhan hati. Rasulullah SAW mengajarkan doa, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan." Mintalah kepada-Nya agar melapangkan dada kita saat menghadapi kesulitan dan menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar yang Dia cintai.

5. Mengingat Kembali Janji dan Ganjaran Sabar

Saat ujian terasa begitu berat dan kesabaran mulai menipis, ingatkan kembali diri kita akan janji-janji Allah. Ingatlah tentang pahala tanpa batas, tentang pengampunan dosa, tentang cinta dan kebersamaan Allah. Bayangkan betapa kecilnya penderitaan dunia yang sementara ini jika dibandingkan dengan kebahagiaan abadi di akhirat yang dijanjikan bagi orang yang sabar. Visualisasi ini akan memberikan energi baru untuk terus bertahan.

6. Mengubah Perspektif Terhadap Ujian

Pandanglah ujian bukan sebagai hukuman atau kesialan, melainkan sebagai tanda cinta dari Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, "Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka." Ujian adalah cara Allah untuk membersihkan kita, mengangkat derajat kita, dan mendekatkan kita kepada-Nya. Dengan perspektif ini, musibah akan terasa sebagai sebuah kesempatan emas untuk meraih ridha dan pahala dari Allah.

Pada akhirnya, perjalanan menuju kesabaran adalah perjalanan seumur hidup. Akan ada saatnya kita berhasil, dan mungkin ada saatnya kita goyah. Namun, yang terpenting adalah terus berusaha, terus berlatih, dan terus memohon kekuatan dari-Nya. Sebab, janji-Nya adalah pasti. Di setiap langkah perjuangan kita untuk menjadi pribadi yang sabar, sesungguhnya Allah telah bersama kita, melihat usaha kita, mendengar doa kita, dan siap melimpahkan rahmat-Nya yang tak bertepi. Maka, tegarlah wahai jiwa, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

🏠 Homepage