Ilustrasi sederhana kebijaksanaan dan ilmu Sayyidina Ali.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah SAW dan salah satu Khulafaur Rasyidin, dikenal luas tidak hanya karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga karena kedalaman ilmunya, kefasihannya dalam berbicara, dan ketajaman kebijaksanaannya. Ajaran dan amalan yang dinisbatkan kepadanya menjadi sumber inspirasi spiritual dan etika bagi umat Islam hingga kini. Mempelajari amalan beliau adalah menelusuri jejak seorang ahli fikih dan sufistik yang paripurna.
Salah satu pilar utama dalam kehidupan Sayyidina Ali adalah penekanan luar biasa pada ilmu pengetahuan. Beliau pernah bersabda, "Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjagamu, sementara harta bisa kau habiskan." Amalan beliau yang paling fundamental adalah kerinduan yang tak pernah padam terhadap ilmu. Ini bukan hanya ilmu syariat semata, tetapi juga pemahaman mendalam tentang hakikat kehidupan dan spiritualitas.
Amalan Keilmuan: Mengutamakan pembelajaran dan pengajaran, serta tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah diketahui. Beliau adalah gerbang kota ilmu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
Meskipun seringkali hidup dalam kesederhanaan, Sayyidina Ali dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan, terutama kepada fakir miskin. Amalan sosialnya tercermin dari caranya membagi rezeki yang didapat tanpa pamrih. Beliau mengajarkan bahwa kekayaan sejati adalah ketika kekayaan itu dapat menolong sesama.
Kisah beliau sering menyoroti bagaimana beliau rela melepaskan pakaian terbaiknya untuk diberikan kepada pengemis yang membutuhkan di malam hari, sementara beliau sendiri tetap mengenakan pakaian yang lusuh. Ini menunjukkan praktik ketawadhuan (kerendahan hati) dan altruisme tingkat tinggi.
Amalan ritual Sayyidina Ali sangat mendalam. Dikenal sebagai ahli ibadah, beliau menghabiskan sebagian besar malamnya dalam shalat, dzikir, dan munajat kepada Allah SWT. Shalat malamnya bukan sekadar ritual formalitas, melainkan dialog jiwa yang penuh penghayatan terhadap keagungan Tuhan.
Amalan Ali bin Abi Thalib tidak hanya terbatas pada ranah spiritual pribadi, tetapi juga tampak nyata dalam medan jihad dan pembelaan terhadap keadilan. Keberaniannya yang tiada tanding adalah manifestasi dari keyakinan teguh pada kebenaran Ilahi. Beliau berani berdiri tegak melawan kezaliman, meskipun harus menghadapi bahaya besar. Amalan ini mengajarkan bahwa iman harus dibuktikan dengan tindakan nyata di tengah masyarakat.
Prinsip Keadilan: Keputusan-keputusannya selalu berpegang teguh pada prinsip keadilan, bahkan ketika hal itu harus mengorbankan kepentingan pribadi atau politiknya. Keadilan adalah cerminan sempurna dari ketakwaan.
Meskipun memegang posisi tinggi dan dihormati, Sayyidina Ali mengajarkan konsep zuhud—bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhir. Amalan zuhudnya terlihat dari kesederhanaan gaya hidupnya. Beliau memandang dunia sebagai tempat persinggahan sementara, bukan destinasi abadi. Beliau sering menasihati sahabatnya agar tidak terpedaya oleh gemerlap duniawi yang fana.
Secara keseluruhan, amalan Sayyidina Ali bin Abi Thalib mencakup spektrum penuh seorang Muslim sejati: penguasaan ilmu, ketekunan ibadah, integritas moral, kedermawanan sosial, dan keberanian spiritual. Mengambil teladan dari beliau berarti mengintegrasikan kearifan lisan dengan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan setiap tindakan sebagai ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.