Dalam luasnya cakrawala pemikiran manusia, terdapat konsep-konsep yang melampaui batas imajinasi, mengajak kita untuk merenungi keagungan Sang Pencipta. Salah satu konsep sentral dalam akidah Islam yang menggambarkan kebesaran, kekuasaan, dan kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah 'Arsy. 'Arsy sering diterjemahkan sebagai "Singgasana" atau "Tahta," namun maknanya jauh lebih dalam dan agung daripada sekadar perabotan kerajaan duniawi. Ia adalah makhluk Allah yang paling besar, paling tinggi, dan paling megah, sebuah manifestasi nyata dari kemahakuasaan-Nya yang tiada tara. Memahami hakikat 'Arsy adalah bagian dari keimanan kepada hal yang gaib, sebuah perjalanan untuk memperkuat keyakinan dan menumbuhkan rasa takjub serta ketundukan di hadapan Rabbul 'Alamin.
Artikel ini akan membawa kita menyelami dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta penjelasan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengenai 'Arsy. Tujuannya bukan untuk memvisualisasikan bentuknya, karena hal itu di luar jangkauan akal manusia, melainkan untuk memahami sifat-sifatnya, keagungannya, dan implikasi keimanan terhadapnya dalam kehidupan seorang muslim. Dengan merenungi 'Arsy, kita diajak untuk melihat betapa kecilnya diri ini dan betapa agungnya Allah, Tuhan semesta alam, Rabbul 'Arsyil 'Azhim (Tuhan Pemilik 'Arsy yang Agung).
Definisi dan Makna 'Arsy
Untuk memahami sebuah konsep, langkah pertama adalah mengerti definisinya, baik secara bahasa maupun istilah. Kata 'Arsy (العرش) dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna. Secara etimologis, ia bisa berarti singgasana raja, tahta kekuasaan, atap sebuah bangunan, atau tiang penyangga sesuatu. Semua makna ini berputar pada konsep ketinggian, kebesaran, dan kekokohan. Penggunaan kata 'Arsy untuk singgasana Ratu Balqis dalam Al-Qur'an menunjukkan makna dasarnya sebagai sebuah kursi kebesaran yang dimiliki oleh seorang penguasa.
Namun, ketika kata 'Arsy dinisbahkan kepada Allah ('Arsyullah atau 'Arsyur-Rahman), maknanya menjadi sangat spesifik dan agung dalam terminologi syar'i. Para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah mendefinisikan 'Arsy sebagai makhluk Allah yang nyata, memiliki wujud, dan merupakan makhluk yang paling besar dan paling tinggi yang pernah Allah ciptakan. Ia adalah singgasana yang megah dengan tiang-tiang penyangga, yang melingkupi seluruh langit dan bumi beserta isinya. Ia bukanlah sesuatu yang bersifat kiasan atau metafora untuk kekuasaan, melainkan sebuah entitas hakiki yang keberadaannya wajib kita imani, meskipun kita tidak mampu membayangkan bagaimana bentuk dan rupanya.
Perbedaan Antara 'Arsy dan Kursi
Seringkali terjadi kerancuan antara 'Arsy dan Kursi. Keduanya adalah makhluk Allah yang sangat besar, namun keduanya berbeda. Kursi, yang disebutkan dalam Ayat Kursi (Al-Baqarah: 255), adalah makhluk agung yang luasnya meliputi langit dan bumi. Namun, 'Arsy jauh lebih besar daripadanya. Para ulama menjelaskan bahwa Kursi adalah tempat kedua telapak kaki (mauqi' al-qadamain) Allah, dalam pengertian yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk.
Sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma memberikan perumpamaan yang menakjubkan untuk menggambarkan perbandingan keduanya. Beliau berkata, "Kursi dibandingkan 'Arsy hanyalah seperti sebuah cincin besi yang dilemparkan di tengah padang pasir yang luas." Jika Kursi yang luasnya saja sudah meliputi seluruh langit dan bumi, maka betapa tak terbayangkannya kebesaran 'Arsy yang menjadi "padang pasir" dalam perumpamaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa 'Arsy adalah puncak dari segala ciptaan dalam hal ukuran dan kemegahan.
"Kursi Allah meliputi langit dan bumi." (QS. Al-Baqarah: 255)
Perbedaan ini penting untuk dipahami agar kita tidak menyamakan keduanya dan dapat mengimani masing-masing sesuai dengan dalil yang ada. Kursi berada di bawah 'Arsy, dan keduanya menjadi bukti nyata akan kemahabesaran Allah dalam penciptaan-Nya. Seluruh alam semesta yang kita kenal, dengan miliaran galaksi dan triliunan bintang, berada di dalam naungan Kursi, dan Kursi itu sendiri menjadi sangat kecil di hadapan 'Arsy. Maha Suci Allah, Tuhan Yang Maha Agung.
Dalil-dalil tentang 'Arsy dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai sumber utama akidah Islam menyebutkan 'Arsy di banyak ayat. Setiap penyebutan memberikan kita pemahaman baru tentang sifat, fungsi, dan keagungan 'Arsy, serta hubungannya dengan sifat-sifat Allah. Berikut adalah beberapa ayat kunci yang membahas tentang 'Arsy.
1. 'Arsy sebagai Simbol Ketinggian dan Kekuasaan Allah (Istiwa')
Salah satu pembahasan paling sering terkait 'Arsy adalah peristiwa Istiwa', yaitu bersemayamnya Allah di atas 'Arsy setelah menciptakan langit dan bumi. Kata Istiwa' disebutkan dalam tujuh ayat Al-Qur'an.
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ
"Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy." (QS. Al-A'raf: 54)
Ayat serupa juga ditemukan dalam Surah Yunus: 3, Ar-Ra'd: 2, Thaha: 5, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4, dan Al-Hadid: 4. Konsep Istiwa' ini adalah bagian dari akidah yang harus diimani sesuai dengan pemahaman para salafus shalih (generasi terdahulu yang saleh). Mereka meyakini bahwa Allah benar-benar bersemayam di atas 'Arsy-Nya, namun dengan cara yang layak bagi keagungan-Nya, tanpa menyerupakan (tasybih), tanpa menanyakan bagaimana caranya (takyiif), tanpa menolak maknanya (ta'thil), dan tanpa mengubah maknanya (tahrif). Imam Malik bin Anas, ketika ditanya tentang Istiwa', memberikan jawaban yang menjadi kaidah emas: "Al-Istiwa' ma'lum (Istiwa' itu maknanya diketahui), wal kaifu majhul (tata caranya tidak diketahui), wal imanu bihi wajib (mengimaninya wajib), was su-alu 'anhu bid'ah (bertanya tentang caranya adalah bid'ah)."
2. 'Arsy sebagai Makhluk yang Dipikul oleh Para Malaikat
'Arsy bukanlah sekadar konsep abstrak, ia adalah makhluk fisik (dalam artian gaib) yang memiliki penyangga dan dipikul oleh para malaikat agung yang disebut Hamalatul 'Arsy.
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya." (QS. Ghafir: 7)
Ayat ini menunjukkan bahwa ada malaikat-malaikat mulia yang tugasnya adalah memikul 'Arsy. Mereka senantiasa bertasbih dan memuji Allah, menunjukkan betapa agungnya tugas tersebut. Pada hari Kiamat, jumlah malaikat yang memikul 'Arsy akan bertambah menjadi delapan.
وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
"Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (QS. Al-Haqqah: 17)
3. Penisbatan 'Arsy kepada Allah sebagai Tanda Kemuliaan
Al-Qur'an sering kali menyandingkan Allah dengan 'Arsy-Nya untuk menunjukkan keagungan dan kemuliaan-Nya. Allah disebut sebagai "Rabbul 'Arsyil 'Azhim" (Tuhan Pemilik 'Arsy yang Agung) atau "Rabbul 'Arsyil Karim" (Tuhan Pemilik 'Arsy yang Mulia).
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
"Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia." (QS. Al-Mu'minun: 116)
Penyebutan ini menegaskan bahwa 'Arsy adalah milik-Nya, dan karena pemiliknya adalah Dzat Yang Maha Agung dan Maha Mulia, maka 'Arsy itu sendiri adalah makhluk yang sangat agung dan mulia. Ini juga menunjukkan bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas, karena Dia adalah Penguasa atas makhluk-Nya yang terbesar.
'Arsy dalam Hadits-hadits Nabi
Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan penjelasan lebih rinci dan gambaran yang lebih konkret (meski tetap dalam ranah gaib) mengenai kebesaran 'Arsy. Hadits-hadits ini melengkapi pemahaman kita yang bersumber dari Al-Qur'an.
1. Ukuran 'Arsy yang Tak Terbayangkan
Hadits Nabi secara eksplisit menggambarkan betapa kecilnya seluruh alam semesta jika dibandingkan dengan 'Arsy. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya mengenai perumpamaan cincin di padang pasir, hadits marfu' (yang disandarkan kepada Nabi) menguatkan hal ini. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah tujuh langit dibandingkan Kursi melainkan seperti sebuah cincin yang dilemparkan di tanah lapang. Dan keutamaan 'Arsy atas Kursi adalah seperti keutamaan tanah lapang tersebut atas cincin itu." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-'Arsy, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Hadits ini mengajak kita melakukan visualisasi bertingkat. Pertama, bayangkan seluruh langit dan bumi, dengan segala isinya, hanya sebesar cincin kecil. Lalu, bayangkan Kursi sebagai padang pasir yang sangat luas tempat cincin itu berada. Kemudian, bayangkan Kursi yang seluas padang pasir itu kembali menjadi sebuah cincin kecil, dan 'Arsy adalah padang pasir yang baru yang jauh lebih luas. Ini adalah upaya untuk mendekatkan pemahaman akal kita pada sesuatu yang sejatinya tak terjangkau.
2. 'Arsy sebagai Atap Surga Tertinggi
Salah satu motivasi terbesar bagi seorang mukmin adalah meraih surga Firdaus, tingkatan surga yang paling tinggi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa atap dari surga termulia ini adalah 'Arsy Ar-Rahman.
"Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya terdapat 'Arsy Ar-Rahman, dan darinya terpancar sungai-sungai surga." (HR. Al-Bukhari)
Hadits ini memberikan dimensi spiritual yang mendalam. 'Arsy tidak hanya menjadi simbol kekuasaan, tetapi juga menjadi sumber rahmat dan berkah, karena dari dekatnyalah surga tertinggi dan sumber-sumber kenikmatannya berasal. Ini menunjukkan kedekatan 'Arsy dengan manifestasi kasih sayang (Rahmah) Allah yang paling puncak.
3. Para Pemikul 'Arsy (Hamalatul 'Arsy)
Hadits juga memberikan sedikit gambaran tentang betapa agungnya para malaikat yang memikul 'Arsy. Kebesaran mereka menjadi cerminan dari kebesaran apa yang mereka pikul.
"Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang salah satu malaikat pemikul 'Arsy. Sesungguhnya jarak antara daun telinganya hingga pundaknya adalah sejauh perjalanan tujuh ratus tahun." (HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Angka "tujuh ratus tahun" di sini bukanlah untuk dihitung secara matematis, melainkan untuk menunjukkan betapa luar biasanya ukuran malaikat tersebut. Jika hanya satu bagian kecil dari tubuh mereka sudah sedemikian besar, bagaimana dengan keseluruhan wujud mereka? Dan jika para pemikulnya sedemikian dahsyat, maka betapa lebih dahsyat dan agungnya 'Arsy itu sendiri. Mereka terus-menerus bertasbih, "Subhanaka wa bihamdika, lakal hamdu 'ala hilmika ba'da 'ilmika wa 'ala 'afwika ba'da qudratika" (Maha Suci Engkau dan dengan pujian-Mu, bagi-Mu segala puji atas kelembutan-Mu setelah pengetahuan-Mu dan atas ampunan-Mu setelah kekuasaan-Mu).
4. Getaran 'Arsy karena Peristiwa Tertentu
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa 'Arsy Ar-Rahman bergetar karena peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di dunia, yang menunjukkan "reaksi" makhluk agung ini terhadap kejadian yang diridhai atau dimurkai Allah. Salah satu yang paling terkenal adalah getaran 'Arsy saat wafatnya seorang sahabat mulia, Sa'ad bin Mu'adz radhiyallahu 'anhu.
"Sesungguhnya 'Arsy bergetar karena kematian Sa'ad bin Mu'adz." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Para ulama menjelaskan bahwa getaran ini adalah bentuk kegembiraan dan penyambutan atas kedatangan ruh seorang hamba yang sangat dicintai oleh Allah. Ini menunjukkan adanya interaksi antara alam gaib yang agung dengan amal perbuatan hamba-hamba pilihan di dunia.
Keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang 'Arsy
Memahami 'Arsy dengan benar adalah bagian penting dari akidah. Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sebagai golongan yang berpegang teguh pada Al-Qur'an, Sunnah, dan pemahaman para sahabat, memiliki pandangan yang jelas dan kokoh mengenai 'Arsy. Pandangan ini berdiri di tengah-tengah antara penyerupaan (tasybih) dan penolakan (ta'thil).
1. Mengimani Wujud Hakiki 'Arsy
Prinsip pertama adalah mengimani bahwa 'Arsy adalah makhluk yang benar-benar ada, bukan kiasan atau majas untuk kekuasaan. Dalil-dalil yang telah disebutkan sangat jelas menunjukkan sifat-sifat fisiknya (dalam ranah gaib), seperti memiliki tiang penyangga, dipikul oleh malaikat, dan menjadi atap bagi surga. Menafsirkannya sebagai sekadar simbol kekuasaan adalah bentuk ta'wil (penafsiran menyimpang) yang tidak didasari oleh dalil yang kuat dan menyelisihi pemahaman generasi terbaik umat ini.
2. Memahami Makna Istiwa' dengan Benar
Ini adalah titik krusial yang membedakan Ahlus Sunnah dengan kelompok-kelompok lainnya. Keyakinan Ahlus Sunnah tentang Istiwa' 'alal 'Arsy (Allah bersemayam di atas 'Arsy) adalah sebagai berikut:
- Menetapkan Sifat Istiwa': Ahlus Sunnah menetapkan bahwa Allah benar-benar ber-Istiwa' di atas 'Arsy-Nya. Kata Istiwa' dalam konteks ini, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama salaf seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Al-Bukhari, memiliki makna ketinggian ('uluw) dan menetap (istiqrar).
- Sesuai dengan Keagungan-Nya: Cara Allah ber-Istiwa' sama sekali tidak sama dengan cara makhluk bersemayam. Akal manusia tidak akan pernah mampu menjangkaunya. Allah tidak butuh kepada 'Arsy. Justru 'Arsy dan seluruh makhluk butuh kepada-Nya untuk bisa tegak berdiri. 'Arsy tidak meliputi Allah, sebaliknya Allah Maha Besar dan meliputi segala sesuatu.
- Menolak Tasybih dan Tamsil: Keyakinan ini menolak keras penyerupaan Allah dengan makhluk. Bersemayamnya Allah tidak seperti raja yang duduk di singgasananya. Allah berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11). Kaidah ini berlaku untuk semua sifat Allah, termasuk Istiwa'.
- Menolak Takyif: Ahlus Sunnah tidak pernah bertanya "bagaimana" cara Allah ber-Istiwa'. Karena "bagaimana" hanya berlaku bagi makhluk yang memiliki batasan, sedangkan Allah Maha Melampaui segala batasan.
3. Hikmah di Balik Penciptaan 'Arsy
Mengapa Allah menciptakan 'Arsy? Bukankah Allah tidak membutuhkan tempat? Pertanyaan ini sering muncul. Jawabannya terletak pada pemahaman bahwa semua ciptaan Allah memiliki hikmah yang agung, baik kita ketahui maupun tidak. Beberapa hikmah yang dapat kita renungkan antara lain:
- Manifestasi Kekuasaan: 'Arsy adalah manifestasi teragung dari kekuasaan dan kebesaran ciptaan Allah. Dengan merenungi kebesaran 'Arsy, seorang hamba akan menyadari betapa lebih besarnya Sang Pencipta 'Arsy tersebut.
- Menunjukkan Ketinggian Mutlak Allah: 'Arsy adalah makhluk yang paling tinggi. Dengan bersemayam di atas makhluk-Nya yang paling tinggi, Allah menunjukkan sifat ketinggian-Nya (Al-'Uluw) secara mutlak, baik ketinggian Dzat maupun ketinggian sifat dan kekuasaan.
- Sebagai Arah bagi Para Malaikat: Sebagaimana Ka'bah adalah kiblat bagi manusia dalam shalat mereka di bumi, 'Arsy adalah arah bagi para malaikat yang berada di sekelilingnya. Mereka menghadap ke 'Arsy dalam ibadah mereka, bukan untuk menyembah 'Arsy, melainkan sebagai bentuk pengagungan kepada Allah yang berada di atas 'Arsy.
Implikasi Iman kepada 'Arsy dalam Kehidupan Muslim
Keimanan kepada 'Arsy bukanlah sekadar pengetahuan teologis yang dihafal. Ia memiliki dampak yang sangat kuat dalam jiwa, hati, dan perilaku seorang muslim.
Pertama, menumbuhkan rasa pengagungan (ta'zhim) kepada Allah. Ketika kita mencoba merenungi betapa agungnya 'Arsy, makhluk yang paling besar, maka secara otomatis hati kita akan dipenuhi dengan pengagungan yang luar biasa kepada Dzat yang menciptakan dan bersemayam di atasnya. Semua masalah dunia, semua kebesaran makhluk, akan terasa kerdil dan tidak berarti di hadapan keagungan Rabbul 'Arsy.
Kedua, menguatkan tauhid dan menolak syirik. Dengan menyadari bahwa hanya Allah-lah pemilik 'Arsy yang agung, kita akan semakin yakin bahwa hanya Dia yang berhak disembah, dimintai pertolongan, dan dijadikan sandaran. Tidak ada satu pun makhluk, baik nabi, malaikat, maupun wali, yang memiliki andil dalam kekuasaan mutlak yang disimbolkan oleh 'Arsy.
Ketiga, memberikan ketenangan dan harapan. Mengetahui bahwa Tuhan yang kita sembah berada di atas 'Arsy-Nya, mengatur segala urusan dari ketinggian-Nya, melihat setiap detail kehidupan kita, dan mendengar setiap doa kita, akan memberikan ketenangan jiwa yang luar biasa. Doa kita naik ke atas, menuju kepada-Nya, Dzat Yang Maha Tinggi. Ini memberikan keyakinan bahwa tidak ada satu pun keluh kesah kita yang sia-sia.
Keempat, menumbuhkan kerendahan hati. Merenungi perbandingan diri kita yang kecil di atas planet bumi yang kecil, di dalam tata surya yang kecil, di dalam galaksi yang kecil, di dalam alam semesta yang ternyata hanya seperti cincin di hadapan Kursi, dan Kursi pun hanya seperti cincin di hadapan 'Arsy, akan melenyapkan segala bentuk kesombongan dan keangkuhan. Siapakah kita untuk merasa besar di hadapan Pencipta 'Arsy yang Agung?
Sebagai penutup, 'Arsy Ar-Rahman adalah sebuah lautan keagungan yang tepiannya pun tak sanggup kita selami. Ia adalah bukti nyata yang Allah tunjukkan dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya untuk membuka mata hati kita akan kemahabesaran-Nya. Mengimaninya adalah sebuah keniscayaan, merenunginya adalah sebuah ibadah, dan menjadikannya sebagai pengingat akan keagungan Allah adalah jalan menuju ketundukan dan kekhusyukan yang hakiki. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba yang mengagungkan-Nya dengan sebenar-benar pengagungan, dan semoga Allah menjadikan kita penghuni Surga Firdaus yang beratapkan 'Arsy-Nya yang mulia.
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
"Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang agung." (QS. An-Naml: 26)