Panduan Terperinci Cara Menulis Surat An Nasr
Menulis ayat-ayat suci Al-Qur'an adalah sebuah bentuk ibadah yang agung, sebuah seni yang memadukan ketepatan teknis dengan kedalaman spiritual. Surat An-Nasr, meskipun singkat, sarat dengan makna kemenangan, rasa syukur, dan kerendahan hati. Mempelajari cara menulis Surat An-Nasr bukan sekadar menyalin teks Arab, melainkan sebuah proses untuk meresapi pesan ilahi yang terkandung di dalamnya. Artikel ini akan memandu Anda secara komprehensif, dari persiapan batin hingga goresan pena terakhir, lengkap dengan pemahaman kaidah kaligrafi dan tajwid yang menyertainya.
Mengenal Surat An-Nasr: Makna di Balik Kemenangan
Sebelum menyentuh pena dan kertas, penting bagi kita untuk menyelami samudra makna Surat An-Nasr. Surat ke-110 dalam Al-Qur'an ini terdiri dari tiga ayat dan tergolong sebagai surat Madaniyah. Namanya, "An-Nasr", berarti "Pertolongan", yang merujuk langsung pada pertolongan Allah SWT yang membawa kemenangan besar bagi kaum Muslimin.
Asbabun Nuzul: Konteks Turunnya Wahyu
Surat An-Nasr adalah salah satu surat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Para ulama tafsir sepakat bahwa surat ini turun setelah peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah), sebuah momen klimaks dalam sejarah penyebaran Islam. Selama bertahun-tahun, kaum Muslimin mengalami penindasan, pengusiran, dan peperangan. Fathu Makkah adalah puncak dari kesabaran dan perjuangan tersebut, di mana kemenangan diraih tanpa pertumpahan darah yang berarti.
Turunnya surat ini menjadi penanda bahwa tugas risalah Nabi Muhammad SAW akan segera paripurna. Kemenangan gemilang dan berbondong-bondongnya manusia memeluk Islam adalah bukti nyata bahwa ajaran yang beliau bawa telah diterima secara luas. Oleh karena itu, surat ini juga diartikan oleh para sahabat, seperti Ibnu Abbas RA, sebagai isyarat dekatnya ajal Rasulullah SAW. Kemenangan adalah tanda selesainya sebuah misi, dan setelah misi selesai, sang utusan akan kembali kepada Yang Mengutus.
Kandungan dan Tafsir Ayat per Ayat
Memahami tafsir setiap ayat akan memberikan ruh pada setiap huruf yang akan kita tuliskan. Ini mengubah aktivitas menulis dari sekadar mekanis menjadi sebuah perenungan mendalam.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
Ayat pertama ini adalah sebuah pernyataan syarat. Kata "إِذَا" (apabila) menandakan sebuah kepastian yang akan terjadi. "نَصْرُ اللَّهِ" (pertolongan Allah) menegaskan bahwa kemenangan sejati bukanlah hasil kekuatan manusia, melainkan murni anugerah dan pertolongan dari Allah. Ini adalah pelajaran fundamental tentang tauhid. Kemudian, "وَالْفَتْحُ" (dan kemenangan) secara spesifik merujuk pada Fathu Makkah, simbol terbukanya benteng kesyirikan dan tersebarnya cahaya Islam.
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
Ayat kedua menggambarkan buah dari pertolongan dan kemenangan tersebut. Kata "وَرَأَيْتَ" (dan engkau melihat) ditujukan langsung kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai saksi mata dari janji Allah yang terpenuhi. Sebelum Fathu Makkah, banyak kabilah Arab yang bersikap menunggu, melihat pihak mana yang akan menang. Setelah kemenangan yang damai itu, mereka menyaksikan kebenaran dan keagungan Islam, sehingga mereka "يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا" (masuk agama Allah secara berbondong-bondong). Kata "أَفْوَاجًا" menggambarkan rombongan besar, gelombang manusia yang memeluk Islam dengan sukarela, tanpa paksaan.
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
Inilah puncak pesan dari Surat An-Nasr. Setelah meraih kemenangan besar, respons yang diperintahkan Allah bukanlah euforia, kesombongan, atau pesta pora. Sebaliknya, respons yang benar adalah spiritual. "فَسَبِّحْ" (maka bertasbihlah) artinya menyucikan Allah dari segala kekurangan. "بِحَمْدِ رَبِّكَ" (dengan memuji Tuhanmu) adalah bentuk syukur, mengembalikan segala pujian hanya kepada-Nya. Terakhir, "وَاسْتَغْفِرْهُ" (dan mohonlah ampun kepada-Nya) adalah pelajaran kerendahan hati yang luar biasa. Bahkan di puncak kejayaan, seorang hamba harus selalu merasa kurang dalam ibadahnya dan memohon ampunan. Ayat ini ditutup dengan penegasan sifat Allah, "إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا" (Sungguh, Dia Maha Penerima tobat), sebuah pintu harapan yang selalu terbuka bagi hamba-Nya.
Persiapan Sebelum Menulis: Adab dan Peralatan
Menulis Al-Qur'an adalah ibadah. Oleh karena itu, persiapan yang dilakukan tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga spiritual. Mengkondisikan hati dan lingkungan akan membuat proses menulis lebih khusyuk dan bernilai.
Niat dan Adab Spiritual
Dasar dari segala amal adalah niat. Sebelum memulai, luruskan niat semata-mata untuk mengagungkan kalam Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan belajar meresapi firman-Nya. Beberapa adab yang dianjurkan antara lain:
- Berwudhu: Berada dalam keadaan suci adalah bentuk penghormatan tertinggi terhadap Al-Qur'an. Sebagaimana kita bersuci sebelum menyentuh mushaf, demikian pula saat menuliskannya.
- Menghadap Kiblat: Jika memungkinkan, menulis dengan menghadap arah kiblat dapat membantu meningkatkan fokus dan kekhusyukan.
- Memilih Tempat yang Bersih dan Tenang: Jauhkan diri dari gangguan dan kebisingan. Tempat yang bersih dan tenang akan membantu konsentrasi dan menjaga kesakralan aktivitas ini.
- Memulai dengan Basmalah: Ucapkan "Bismillahirrahmanirrahim" dengan lisan dan hati, memohon kemudahan dan keberkahan dari Allah SWT.
Peralatan Kaligrafi: Dari Tradisional hingga Modern
Memilih alat yang tepat akan sangat memengaruhi hasil tulisan. Meskipun bisa dimulai dengan alat sederhana, mengenal peralatan kaligrafi akan membuka wawasan lebih luas.
- Pena (Qalam): Secara tradisional, kaligrafer menggunakan qalam yang terbuat dari bambu (kalam Jawi) atau buluh (reed pen). Ujung pena ini diraut dengan kemiringan tertentu sesuai dengan jenis khat (gaya tulisan) yang akan digunakan. Untuk pemula, spidol kaligrafi atau pena dengan mata pena pipih (parallel pen) bisa menjadi pilihan yang lebih praktis.
- Tinta (Mực): Tinta kaligrafi tradisional biasanya berwarna hitam pekat dan terbuat dari bahan-bahan alami. Saat ini, banyak tersedia tinta botolan berkualitas tinggi (seperti ink India) yang cocok untuk kaligrafi. Pastikan tinta memiliki kekentalan yang pas, tidak terlalu encer atau terlalu kental.
- Kertas: Gunakan kertas yang tidak mudah menyerap tinta secara berlebihan (bleeding). Kertas HVS dengan gramasi tebal (di atas 80 gsm), kertas kalkir, atau kertas khusus kaligrafi adalah pilihan yang baik untuk latihan.
Panduan Lengkap Cara Menulis Surat An-Nasr
Kini kita memasuki bagian inti, yaitu praktik menulis. Panduan ini akan berfokus pada khat Naskhi, gaya tulisan yang paling umum digunakan dalam pencetakan mushaf Al-Qur'an karena kejelasan dan kemudahannya untuk dibaca. Kita akan menguraikannya kata per kata, bahkan huruf per huruf.
Langkah Awal: Menulis Basmalah
Setiap surat dalam Al-Qur'an (kecuali At-Taubah) diawali dengan Basmalah. Menulis Basmalah adalah latihan pemanasan yang sangat baik.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Perhatikan tarikan panjang pada huruf 'Sin' di kata 'Bismillah' dan 'Mim' pada 'Ar-Rahman'. Jaga proporsi antara huruf-huruf yang tinggi seperti Alif dan Lam dengan huruf-huruf yang mendatar.
Menulis Ayat Pertama: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
1. Kata إِذَا (Idzaa)
Terdiri dari tiga huruf: Alif (ا), Dzal (ذ), dan Alif (ا).
- Alif (ا) pertama: Tarik garis lurus vertikal dari atas ke bawah. Pastikan tegak lurus. Beri harakat kasrah di bawahnya ( ِ ).
- Dzal (ذ): Mulai dari sedikit di atas garis dasar, buat lengkungan pendek ke kanan bawah hingga menyentuh garis, lalu tarik garis datar pendek ke kiri. Beri titik di atasnya dan harakat fathah ( َ ).
- Alif (ا) kedua: Sama seperti Alif pertama, sebuah garis vertikal tegak. Huruf Dzal tidak menyambung dengan huruf setelahnya.
2. Kata جَاءَ (Jaa-a)
Terdiri dari tiga huruf: Jim (ج), Alif (ا), dan Hamzah (ء).
- Jim (ج): Buat kepala Jim seperti alis kecil di atas garis dasar, lalu tarik garis lurus ke kiri. Beri harakat fathah ( َ ).
- Alif (ا) dengan Madd: Sambungkan dari Jim, tarik garis Alif lurus ke atas. Di atas Alif, tambahkan tanda madd (~) yang menandakan bacaan panjang.
- Hamzah (ء): Tulis Hamzah di atas garis dasar di sebelah kiri Alif. Bentuknya seperti kepala kecil huruf 'Ain'. Beri harakat fathah ( َ ).
3. Kata نَصْرُ (Nashru)
Terdiri dari tiga huruf: Nun (ن), Shad (ص), dan Ra (ر).
- Nun (ن) di awal: Buat lengkungan kecil seperti mangkuk terbuka ke atas, lalu sambungkan ke huruf Shad. Beri titik satu di atas dan harakat fathah ( َ ).
- Shad (ص): Buat bentuk lonjong (oval) di atas garis, lalu tarik "gigi" kecil ke atas sebelum menyambung ke huruf Ra. Beri tanda sukun ( ْ ) di atas Shad.
- Ra (ر): Dari sambungan Shad, tarik garis melengkung ke bawah melewati garis dasar, seperti bentuk pisang. Beri harakat dhammah ( ُ ) di atasnya.
4. Kata اللَّهِ (Allahi)
Kata lafzul jalalah (Nama Allah) memiliki penulisan yang khas.
- Alif (ا) dan Lam (ل) pertama: Alif washal dan Lam sukun (ال).
- Lam (ل) kedua: Tarik garis vertikal yang sejajar dengan Lam pertama, sedikit lebih tinggi.
- Lam (ل) ketiga: Tarik garis vertikal ketiga, sejajar dengan yang kedua.
- Ha (ه): Buat lingkaran kecil yang menyambung dari Lam ketiga, lalu tarik garis kecil ke kiri. Beri tanda tasydid ( ّ ) dan fathah ( َ ) di atas Lam kedua, dan kasrah ( ِ ) di bawah Ha.
5. Kata وَالْفَتْحُ (Wal-fat-hu)
Terdiri dari Waw (و), Alif (ا), Lam (ل), Fa (ف), Ta (ت), dan Ha (ح).
- Waw (و): Buat lingkaran kecil di atas garis, lalu tarik ekor melengkung ke bawah seperti huruf Ra. Beri fathah ( َ ).
- Alif Lam (ال): Alif washal dan Lam sukun. Tulis seperti biasa.
- Fa (ف): Buat lingkaran kecil, sambungkan dengan garis datar pendek. Beri satu titik di atas dan fathah ( َ ).
- Ta (ت): Sambungkan dari Fa, buat seperti mangkuk datar dengan dua titik di atasnya. Beri sukun ( ْ ).
- Ha (ح): Sambungkan dari Ta, buat kepala seperti Jim tanpa titik, lalu buat perut besar melengkung ke bawah garis. Beri dhammah ( ُ ).
Menulis Ayat Kedua: وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
1. Kata وَرَأَيْتَ (Wa ra-aita)
Waw (و), Ra (ر), Alif dengan Hamzah (أ), Ya (ي), Ta (ت).
- Waw (و) dan Ra (ر): Tulis secara terpisah, masing-masing dengan harakat fathah.
- Alif dengan Hamzah (أ): Tulis Alif vertikal, letakkan Hamzah di atasnya, beri fathah.
- Ya (ي) di tengah: Buat seperti mangkuk datar dengan dua titik di bawahnya, beri sukun.
- Ta (ت) di akhir: Sambungkan dari Ya, buat bentuk mangkuk yang sedikit lebih dalam, beri dua titik di atas dan fathah.
2. Kata النَّاسَ (An-naasa)
Alif Lam Syamsiyah, Nun (ن), Alif (ا), Sin (س).
- Alif Lam (ال): Lam tidak dibaca (syamsiyah), jadi tidak diberi sukun.
- Nun (ن): Buat seperti biasa, beri tasydid ( ّ ) dan fathah ( َ ).
- Alif (ا): Tarik garis vertikal ke atas dari sambungan Nun.
- Sin (س): Buat tiga "gigi" kecil, lalu diakhiri dengan mangkuk besar yang ujungnya sedikit naik. Beri fathah ( َ ).
3. Kata يَدْخُلُونَ (Yad-khuluuna)
Ya (ي), Dal (د), Kha (خ), Lam (ل), Waw (و), Nun (ن).
- Ya (ي) di awal: Lengkungan kecil dengan dua titik di bawah, beri fathah.
- Dal (د): Seperti Dzal tanpa titik, beri sukun. Dal tidak menyambung.
- Kha (خ): Mulai terpisah, buat kepala seperti Ha dengan satu titik di atas, beri dhammah.
- Lam (ل): Sambungkan dari Kha, tarik garis vertikal ke atas lalu ke bawah. Beri dhammah.
- Waw (و): Sambungkan dari Lam, ini adalah Waw sukun (tanda mad).
- Nun (ن) di akhir: Buat mangkuk besar dengan satu titik di atas. Beri fathah.
4. Kata فِي (Fii)
Fa (ف) dan Ya (ي).
- Fa (ف) di awal: Lingkaran kecil dengan satu titik, beri kasrah.
- Ya (ي) di akhir: Sambungkan dari Fa, buat bentuk seperti badan angsa yang melengkung ke bawah garis. Ini adalah Ya sukun (tanda mad).
5. Kata دِينِ (Diini)
Dal (د) dan Ya (ي) dan Nun (ن).
- Dal (د): Seperti biasa, beri kasrah. Tidak menyambung.
- Ya (ي) di tengah: Ini adalah Ya sukun, ditulis setelah Dal.
- Nun (ن) di akhir: Buat mangkuk besar dengan satu titik, beri kasrah.
6. Kata أَفْوَاجًا (Afwaajan)
Alif dengan Hamzah (أ), Fa (ف), Waw (و), Alif (ا), Jim (ج), Alif (ا).
- Alif dengan Hamzah (أ): Seperti biasa, beri fathah.
- Fa (ف): Sambungkan dari Alif (tidak bisa), tulis terpisah. Buat lingkaran dengan satu titik, beri sukun.
- Waw (و): Sambungkan dari Fa, beri fathah.
- Alif (ا): Tanda mad, sambungkan dari Waw.
- Jim (ج): Tulis terpisah, beri fathatain (tanwin fathah).
- Alif (ا) di akhir: Ini adalah Alif tambahan setelah tanwin fathah pada huruf selain Ta marbuthah.
Menulis Ayat Ketiga: فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
1. Kata فَسَبِّحْ (Fasabbih)
Fa (ف), Sin (س), Ba (ب), Ha (ح).
- Fa (ف) dan Sin (س): Sambungkan, Fa dengan fathah, Sin dengan tiga gigi kecil.
- Ba (ب): Sambungkan dari Sin, beri tasydid dan kasrah.
- Ha (ح) di akhir: Sambungkan dari Ba, buat kepala Ha lalu perut besarnya. Beri sukun.
2. Kata بِحَمْدِ (Bihamdi)
Ba (ب), Ha (ح), Mim (م), Dal (د).
- Ba (ب): Dengan kasrah.
- Ha (ح): Sambungkan, beri sukun.
- Mim (م): Buat lingkaran kecil, sambungkan. Beri fathah.
- Dal (د) di akhir: Sambungkan dari Mim, beri kasrah.
3. Kata رَبِّكَ (Rabbika)
Ra (ر), Ba (ب), Kaf (ك).
- Ra (ر): Dengan fathah. Tidak menyambung.
- Ba (ب): Dengan tasydid dan kasrah.
- Kaf (ك) di akhir: Sambungkan dari Ba. Buat bentuk Kaf akhir yang khas dengan "hamzah" kecil di dalamnya. Beri fathah.
4. Kata وَاسْتَغْفِرْهُ (Wastaghfirhu)
Ini adalah kata yang panjang dan memerlukan ketelitian.
- Waw (و): Dengan fathah.
- Alif Sin Ta (است): Alif washal, Sin dengan sukun, Ta dengan fathah.
- Ghain (غ): Sambungkan dari Ta, kepala seperti 'Ain dengan titik. Beri sukun.
- Fa (ف): Sambungkan dari Ghain, beri kasrah.
- Ra (ر): Sambungkan dari Fa, beri sukun.
- Ha (ه) di akhir: Buat bentuk Ha dhamir (kata ganti), seperti simpul kecil, beri dhammah.
5. Kata إِنَّهُ (Innahu)
Alif (ا), Nun (ن), Ha (ه).
- Alif (ا): Dengan kasrah di bawah.
- Nun (ن): Sambungkan, beri tasydid dan fathah.
- Ha (ه): Sambungkan dengan Ha dhamir, beri dhammah dan tanda washal kecil (dhammah terbalik) untuk menandakan mad shilah shughra.
6. Kata كَانَ (Kaana)
Kaf (ك), Alif (ا), Nun (ن).
- Kaf (ك) di awal: Buat bentuk Kaf awal, beri fathah.
- Alif (ا): Sambungkan, ini adalah mad.
- Nun (ن) di akhir: Buat mangkuk besar dengan satu titik. Beri fathah.
7. Kata تَوَّابًا (Tawwaaban)
Ta (ت), Waw (و), Alif (ا), Ba (ب), Alif (ا).
- Ta (ت): Dengan fathah.
- Waw (و): Sambungkan, beri tasydid dan fathah.
- Alif (ا): Sambungkan, ini adalah mad.
- Ba (ب): Beri fathatain (tanwin fathah).
- Alif (ا) di akhir: Alif tambahan setelah tanwin fathah.
Mengintegrasikan Kaidah Tajwid dalam Penulisan
Penulisan Al-Qur'an (Rasm) dan ilmu membacanya (Tajwid) adalah dua hal yang tak terpisahkan. Meskipun tulisan adalah representasi visual, ia membawa semua informasi yang dibutuhkan untuk pelafalan yang benar. Tanda-tanda baca (harakat) dan simbol-simbol khusus adalah kunci untuk menerapkan tajwid.
Tanda Baca (Harakat) dan Simbol
- Fathah ( َ ), Kasrah ( ِ ), Dhammah ( ُ ): Ini adalah vokal pendek dasar. Pastikan penempatannya tepat di atas atau di bawah huruf.
- Sukun ( ْ ): Menandakan huruf mati (konsonan tanpa vokal). Dalam kata seperti نَصْرُ, sukun di atas Shad sangat penting.
- Tasydid/Syaddah ( ّ ): Menandakan konsonan ganda. Letakkan di atas huruf yang ditekan, seperti pada Ba di رَبِّكَ dan Waw di تَوَّابًا.
- Tanwin ( ً , ٍ , ٌ ): Menandakan bunyi 'n' di akhir kata. Dalam surat ini kita menemukan fathatain ( ً ) pada kata أَفْوَاجًا dan تَوَّابًا.
- Madd ( ~ ): Tanda bacaan panjang, seperti pada kata جَاءَ. Ini menunjukkan Mad Wajib Muttashil.
Aplikasi Hukum Tajwid dalam Tulisan Surat An-Nasr
Saat menulis, kita secara tidak langsung juga mengkodekan aturan tajwid.
- Mad (Bacaan Panjang):
- Mad Thabi'i (Asli): Terjadi saat fathah diikuti Alif, kasrah diikuti Ya sukun, atau dhammah diikuti Waw sukun. Contoh: يَدْخُلُونَ (dhammah pada Lam diikuti Waw sukun), فِي (kasrah pada Fa diikuti Ya sukun). Pastikan menulis huruf mad (Alif, Waw, Ya) ini dengan jelas.
- Mad Wajib Muttashil: Terjadi saat huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Contoh: جَاءَ. Tanda madd (~) di atas Alif adalah representasi visual dari hukum ini.
- Ghunnah (Dengung):
- Hukum ini berlaku pada huruf Nun dan Mim yang bertasydid. Dalam surat ini, kita menuliskannya pada kata النَّاسَ dan إِنَّهُ. Menuliskan tanda tasydid ( ّ ) di atas huruf Nun adalah cara kita mengkodekan perlunya membaca dengan dengung (ghunnah musyaddadah).
- Hukum Alif Lam (ال):
- Alif Lam Qamariyah: Lam dibaca jelas. Ditandai dengan sukun ( ْ ) di atas Lam. Contoh: وَالْفَتْحُ.
- Alif Lam Syamsiyah: Lam tidak dibaca, melainkan dilebur ke huruf setelahnya. Ditandai dengan tasydid ( ّ ) pada huruf setelah Lam. Contoh: النَّاسَ. Saat menulis, perhatikan perbedaan penandaan ini.
Latihan, Kesabaran, dan Proses Perbaikan
Mempelajari cara menulis Surat An-Nasr atau bagian lain dari Al-Qur'an adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Diperlukan kesabaran, disiplin, dan kemauan untuk terus belajar.
Tips untuk Berlatih Efektif
- Mulai dari Huruf: Kuasai bentuk setiap huruf hijaiyah dalam posisi terpisah, awal, tengah, dan akhir.
- Meniru (Tracing): Cetak contoh kaligrafi Surat An-Nasr dari seorang master kaligrafer (khattat) dan coba tiru di atasnya menggunakan kertas kalkir. Ini membantu melatih memori otot tangan.
- Fokus pada Proporsi: Perhatikan tinggi, lebar, dan lengkungan setiap huruf. Gunakan garis bantu pada kertas latihan Anda.
- Ulangi Secara Konsisten: Latihan setiap hari, meskipun hanya 15-30 menit, jauh lebih efektif daripada latihan berjam-jam tapi hanya sekali sepekan.
- Evaluasi dan Koreksi: Bandingkan tulisan Anda dengan contoh. Identifikasi di mana letak kesalahan—apakah pada kemiringan pena, bentuk huruf, atau jarak antar kata—dan fokuslah untuk memperbaikinya pada latihan berikutnya.
Kesimpulan: Menulis sebagai Ibadah dan Perenungan
Menulis Surat An-Nasr adalah sebuah pengalaman holistik. Ini adalah latihan keterampilan motorik, pelajaran seni visual, penerapan ilmu tajwid, dan yang terpenting, sebuah media untuk bertafakur atau merenungkan pesan agung di dalamnya. Setiap goresan pena yang membentuk kata "نَصْرُ" mengingatkan kita akan pertolongan Allah. Setiap kali menulis "أَفْوَاجًا", kita membayangkan gelombang hidayah yang menyebar ke seluruh penjuru. Dan saat pena mengukir kata "فَسَبِّحْ ... وَاسْتَغْfِرْهُ", kita diingatkan bahwa puncak dari segala nikmat adalah kembali bersyukur, memuji, dan memohon ampunan kepada-Nya.
Semoga panduan ini menjadi langkah awal yang bermanfaat bagi Anda dalam perjalanan mulia mempelajari cara menulis kalam ilahi. Teruslah berlatih dengan niat yang tulus, dan biarkan setiap huruf yang Anda tulis menjadi saksi cinta Anda kepada Al-Qur'an.