Dalam studi morfologi bahasa Indonesia, proses pembentukan kata sering kali melibatkan penambahan imbuhan (afiks). Ada beberapa jenis afiksasi, mulai dari prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), hingga konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Namun, terdapat fenomena yang lebih kompleks dan menarik, yaitu simulfiks.
Simulfiks adalah salah satu bentuk afiksasi yang unik karena penambahan imbuhan terjadi secara simultan pada dua atau lebih posisi dalam suatu bentuk dasar, atau sering kali diidentifikasi sebagai konfiks yang prosesnya tidak dapat dipisahkan atau dianalisis secara terpisah. Memahami contoh simulfiks sangat penting untuk menguasai seluk-beluk derivasi dan infleksi kata dalam bahasa kita.
Ilustrasi Konsep Simulfiksasi (Afiksasi Simultan)
Dalam tata bahasa baku, istilah yang lebih sering digunakan adalah konfiks (gabungan prefiks dan sufiks yang harus hadir bersama, seperti ke-...-an pada kata keadilan). Namun, dalam beberapa teori linguistik atau untuk menjelaskan proses pembentukan kata tertentu, simulfiks digunakan secara spesifik. Secara fungsional, keduanya sangat mirip karena afiks tidak dapat berdiri sendiri.
Perbedaan mendasar sering terletak pada analisis pemisahan. Pada konfiks klasik (misalnya per-an), kita masih bisa menganalisisnya sebagai dua proses terpisah meskipun hasilnya baru muncul saat keduanya berpasangan. Sementara simulfiks menekankan bahwa proses penambahan itu terjadi sebagai satu kesatuan yang tidak terurai.
Salah satu contoh simulfiks yang paling jelas terlihat dalam bahasa Indonesia (terutama dalam kata serapan atau kata yang mengalami proses derivasi khusus) adalah gabungan yang menciptakan makna tertentu tanpa bisa dilepaskan satu sama lain. Meskipun sering kali ini dikategorikan sebagai konfiks, konteks simulfiks menekankan sifat simultan pembentukannya.
Beberapa contoh simulfiks yang sangat umum adalah gabungan yang membentuk kata benda dari kata kerja, sering kali berhubungan dengan proses atau hasil:
Kata Dasar: Dengar
Simulfiksasi: peN- + Dengar + -an → Pendengar/Pendengaran
Analisis: Kata pendengar tidak terbentuk dari peN-dengar atau dengaran saja, melainkan memerlukan kedua imbuhan tersebut secara bersamaan.
Kata Dasar: Sambut
Simulfiksasi: peN- + Sambut + -an → Penyambutan
Kata Dasar: Bawa
Simulfiksasi: peN- + Bawa + -an → Pembawaan
Simulfiks juga berperan dalam pembentukan kata sifat tertentu yang memiliki konotasi tertentu:
Kata Dasar: Dua (sebagai bilangan)
Simulfiksasi: se- + Dua + -nya → keduanya (Note: Dalam konteks ini, se- dan -nya berfungsi sebagai satu kesatuan pembentuk.)
Penting untuk dicatat bahwa dalam analisis baku Badan Bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia), fenomena ini umumnya disajikan di bawah kategori Konfiks (Kata Kerja atau Kata Benda Majemuk). Penggunaan istilah "simulfiks" sering kali lebih sering ditemukan dalam karya ilmiah linguistik deskriptif yang ingin menekankan sifat simultan atau tak terpisahkan dari penambahan imbuhan tersebut.
Fungsi utama dari proses simulfiksasi (atau konfiksasi) adalah untuk menghasilkan kelas kata baru yang maknanya berbeda signifikan dari kata dasarnya. Misalnya, kata kerja dasar seperti 'mengirim' diubah menjadi nomina proses 'pengiriman' melalui pasangan afiks peN- ... -an.
Jika kita memisahkan prosesnya, misalnya:
Memahami pola simulfiksasi membantu penutur dan pembelajar bahasa Indonesia dalam:
Sebagai kesimpulan, meskipun istilah "konfiks" mendominasi literatur umum, konsep contoh simulfiks memberikan perspektif penting mengenai bagaimana bahasa Indonesia membangun kosakata kompleksnya melalui penambahan imbuhan yang terjadi secara terintegrasi dan simultan.