Ilustrasi sederhana hubungan antar domain realitas dalam ontologi.
Dalam kerangka filsafat ilmu, ontologi menempati posisi fundamental. Kata "ontologi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu ontos (ada/being) dan logos (ilmu/kajian). Secara harfiah, ontologi adalah studi tentang hakikat keberadaan atau realitas. Ketika diaplikasikan dalam konteks ilmu pengetahuan, ontologi menjadi cabang filsafat yang mengkaji asumsi dasar mengenai apa yang ada, bagaimana ia ada, dan bagaimana entitas-entitas tersebut dapat diklasifikasikan.
Memahami dasar ontologi ilmu berarti menelusuri fondasi metafisik yang menopang pengetahuan yang kita peroleh. Setiap bidang ilmu, baik sains alam, sosial, maupun humaniora, secara implisit atau eksplisit beroperasi berdasarkan asumsi ontologis tertentu. Misalnya, seorang fisikawan berasumsi bahwa alam semesta terdiri dari materi dan energi yang tunduk pada hukum universal; sementara seorang sosiolog mungkin berfokus pada realitas sosial yang dibentuk melalui interaksi dan makna bersama.
Ontologi ilmu berupaya menjawab serangkaian pertanyaan mendasar yang menentukan cakupan dan batasan ilmu tersebut. Tiga pertanyaan utama yang sering dibahas adalah:
Keputusan ontologis secara langsung memengaruhi epistemologi (teori pengetahuan) dan metodologi (cara memperoleh pengetahuan). Jika seorang ilmuwan menganut ontologi realisme naif—bahwa dunia ada persis seperti yang kita lihat—maka metodologi yang dipilih cenderung bersifat kuantitatif, berusaha mengukur realitas yang dianggap stabil dan independen. Ini adalah dasar ontologi ilmu yang kuat dalam sains empiris tradisional.
Sebaliknya, jika ontologi yang dianut adalah konstruktivisme sosial—bahwa realitas diciptakan melalui bahasa dan kesepakatan sosial—maka pendekatan kualitatif, seperti interpretivisme atau studi kasus mendalam, lebih relevan. Pendekatan ini mengakui bahwa fenomena sosial, seperti keadilan atau kekuasaan, tidak memiliki keberadaan independen yang tunggal di luar pemahaman manusia.
Secara umum, ada beberapa pandangan utama mengenai keberadaan realitas:
Pilihan perspektif ontologis inilah yang mendefinisikan batas-batas ilmu pengetahuan. Memahami dasar ontologi ilmu bukan sekadar latihan akademis; ia adalah prasyarat filosofis agar kita dapat membangun pengetahuan yang koheren, konsisten, dan valid mengenai dunia tempat kita berada.