Ilustrasi kekuatan menghadapi ujian
Saad bin Abi Waqqas: Sang Pemanah Rasulullah
Saad bin Abi Waqqas adalah salah satu sahabat senior yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Rasulullah SAW. Dikenal sebagai seorang pemanah ulung dan pemberani luar biasa, beliau dijuluki "Asadullah" (Singa Allah). Namun, sebagaimana sahabat-sahabat mulia lainnya, beliau juga pernah diuji dengan fitnah dan tuduhan yang menyakitkan.
Ujian fitnah adalah salah satu cobaan terberat bagi seorang Muslim yang berusaha istiqamah. Dalam konteks sejarah Islam, Saad bin Abi Waqqas pernah menghadapi tuduhan serius dari beberapa pihak, terutama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, ketika ketegangan politik dan personal mulai muncul di kalangan umat.
Inti Fitnah yang Dihadapi
Salah satu periode kritis yang melibatkan Saad adalah perselisihan yang terjadi di Kufah, Irak, ketika ia menjabat sebagai gubernur yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab. Beberapa individu menuduhnya bersikap tidak adil dalam pembagian harta rampasan perang, bahkan ada yang menuduh ia tidak melaksanakan salat dengan benar. Tuduhan ini, meskipun mungkin berakar dari kesalahpahaman atau iri hati, sangat meresahkan karena menyangkut integritas dan ibadahnya.
Ketika kabar ini sampai ke telinga Khalifah Umar bin Khattab, beliau menunjukkan kebijaksanaan yang luar biasa. Umar tidak langsung percaya pada fitnah tersebut. Sebaliknya, beliau mengirimkan surat kepada penduduk Kufah dan meminta kesaksian jujur mengenai kepemimpinan Saad.
"Aku mengirimkan utusan untuk menanyakan tentangmu. Dan setiap orang yang kutemui memujimu, kecuali seorang lelaki bernama Abdullah bin Amr bin al-As, yang mengatakan bahwa engkau tidak memimpin kaum dengan keadilan."
Doa Kekuatan dan Pembelaan Diri
Menghadapi tuduhan serius yang ditujukan kepadanya, Saad bin Abi Waqqas tidak lantas membela diri dengan kemarahan atau amarah duniawi semata. Beliau memilih jalur yang ditempuh para nabi dan orang-orang saleh: kembali kepada Allah SWT melalui doa dan kesabaran.
Meskipun teks doa spesifik yang diucapkan saat itu tidak dicatat secara rinci dalam narasi tunggal, prinsip doa yang beliau panjatkan dapat disimpulkan dari karakter dan kebiasaannya. Doa seorang sahabat yang difitnah biasanya berpusat pada permohonan keadilan ilahi dan perlindungan dari keburukan lisan manusia.
Doa yang paling relevan dalam konteks ini, sering dikaitkan dengan upaya membersihkan nama baik di hadapan penguasa dan masyarakat, adalah permohonan agar Allah SWT menyingkap kebenaran dan mematahkan tipu daya orang yang menuduh tanpa dasar. Para ulama menyimpulkan bahwa inti doa Saad saat itu adalah:
- Permohonan agar Allah menampakkan kebenaran (Istiftah).
- Pengakuan bahwa tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah dalam menghadapi kezaliman.
- Meminta agar aib orang yang memfitnah justru ditampakkan.
Jawaban Allah dan Kesaksian Para Sahabat
Ketika Khalifah Umar meminta orang-orang untuk bersaksi, suatu peristiwa dramatis terjadi. Masyarakat Kufah, setelah mendengar permintaan Umar, berkumpul. Sebagian besar memberikan kesaksian yang sangat baik tentang kepemimpinan Saad, khususnya mengenai ketaatannya dalam menjalankan salat dan keadilannya.
Bahkan, ketika Umar bertanya secara spesifik mengenai tuduhan bahwa Saad tidak salat dengan benar, hadirin menjawab: "Kami bersaksi bahwa ia (Saad) salat dua kali salat yang ia tunda, dan ia menahan diri dari dua salat (bermaksud bahwa ia tidak melakukan salat sunnah yang berlebihan, fokus pada yang wajib)." Namun, yang paling menghancurkan tuduhan lawan adalah ketika seseorang yang tadinya menuduh bersaksi, ketika ditanya tentang kekurangan Saad, ia menjawab: "Demi Allah, ia tidak meninggalkan kami kecuali ketika ia sedang sibuk untuk bersedekah dan memperbaiki jalan."
Saad bin Abi Waqqas kemudian terkenal dengan doa yang diucapkan saat menghadapi kesulitan seperti fitnah, yaitu memohon kepada Allah agar melindunginya dari orang yang iri dengki dan mengembalikannya kepada Allah. Kisah ini mengajarkan bahwa kesabaran, integritas yang teruji, dan doa yang tulus adalah perisai terbaik melawan fitnah yang keji.
Pelajaran dari Doa Saad
Kisah Saad bin Abi Waqqas memberikan pelajaran penting tentang etika menghadapi tuduhan di media sosial atau dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, **jangan terburu-buru marah atau membalas cacian dengan cacian**. Kedua, **kembalikan segala urusan kepada Allah (tawakkal) sambil berupaya mencari keadilan secara prosedural**. Ketiga, **integritas diri adalah pembela terkuat**. Ketika kebenaran ada di pihak kita, doa dan amal saleh kita akan menjadi saksi yang lebih kredibel daripada seribu pembelaan lisan.
Doa Saad bin Abi Waqqas ketika difitnah adalah cerminan dari ketenangan jiwa seorang mukmin yang sepenuhnya berserah diri pada ketetapan dan keadilan Ilahi, memastikan bahwa hasilnya akan selalu baik bagi yang sabar dan benar.