Ilustrasi simbolis mengenai bimbingan spiritual yang mendalam.
Hubungan antara Nabi Muhammad SAW dan sepupunya, Ali bin Abi Thalib RA, tidak hanya sebatas kekerabatan, tetapi juga meliputi kedalaman spiritual dan transmisi ilmu Ilahi. Di antara warisan tak ternilai yang ditinggalkan Rasulullah kepada Ali adalah serangkaian doa dan amalan yang memiliki keutamaan luar biasa, yang ditujukan untuk menguatkan iman, mempermudah urusan dunia dan akhirat, serta memohon perlindungan dari segala keburukan.
Doa-doa ini seringkali diajarkan dalam konteks pengajaran langsung, menekankan pentingnya ikhlas dan keyakinan penuh saat memohon kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sangat memperhatikan perkembangan spiritual Ali, dan doa-doa yang beliau sampaikan seringkali merupakan inti sari dari ajaran tauhid dan penghambaan yang lurus.
Dalam Islam, doa (munajat) adalah senjata orang mukmin dan bentuk tertinggi dari ibadah. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa doa bukanlah sekadar ritual pengucapan, melainkan sebuah penyerahan diri total kepada kehendak Allah. Ketika doa ini diajarkan kepada Ali, seorang sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Nabi dan memiliki keilmuan yang mendalam, otomatis doa tersebut membawa bobot otoritas spiritual yang besar.
Doa yang diajarkan secara langsung oleh Nabi memiliki keistimewaan karena bersumber langsung dari wahyu atau pemahaman yang sempurna terhadap Sunnah. Doa-doa ini dirancang untuk mencakup kebutuhan esensial seorang Muslimāperlindungan, rezeki, ilmu yang bermanfaat, serta ketetapan hati di jalan yang lurus.
Salah satu riwayat yang masyhur menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada Ali doa khusus ketika ia menghadapi kesulitan atau ketika hendak memulai suatu pekerjaan penting. Doa ini umumnya berpusat pada permohonan agar Allah menolongnya melalui kekuatan-Nya dan memudahkan segala urusannya.
Sebagian dari doa tersebut berbunyi, memohon pertolongan Allah dengan nama-nama-Nya yang Agung dan sifat-sifat-Nya yang Maha Kuasa. Fokus utama doa ini seringkali adalah meminta agar hati ditenangkan dan pikiran diberi pencerahan, sehingga keputusan yang diambil selalu sesuai dengan ridha Ilahi.
Doa lain yang sangat ditekankan adalah permohonan untuk ilmu yang bermanfaat. Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai "Gerbang Ilmu" kota Madinah. Tidak mengherankan jika doa yang ia terima dari Rasulullah mencakup permohonan agar ilmu yang didapat tidak menjadi beban, melainkan menjadi cahaya yang menerangi langkahnya. Doa semacam ini mengajarkan umat bahwa pengetahuan tanpa bimbingan spiritual adalah sia-sia.
Di samping urusan praktis, doa yang diajarkan kepada Ali juga sangat menitikberatkan pada aspek batiniah. Ini termasuk permohonan agar terhindar dari kesombongan (ujub) dan sifat riya', meskipun ia telah mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW memastikan bahwa Ali senantiasa membumi dan menyadari bahwa segala kelebihan adalah karunia semata dari Yang Maha Pemberi.
Keistimewaan doa-doa ini terletak pada sinkronisasi antara ucapan lisan dan keadaan hati. Rasulullah selalu menekankan bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai. Dengan demikian, doa yang diajarkan kepada Ali juga berfungsi sebagai sarana tarbiyah (pendidikan) agar beliau selalu menjaga kualitas konsentrasi dan kekhusyukan dalam beribadah.
Mempelajari doa-doa yang diajarkan Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib memberikan pelajaran berharga. Ini bukan sekadar menghafal lafal, melainkan memahami filosofi di baliknya: kebutuhan manusia akan pertolongan ilahi dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam menghadapi musuh, mencari rezeki, maupun menuntut ilmu. Doa-doa ini adalah warisan otentik yang menghubungkan kita langsung kepada etos spiritualitas dua sosok agung tersebut. Mengamalkannya dengan penuh penghayatan adalah cara menghidupkan sunnah dalam kehidupan sehari-hari, memohon agar kita juga mendapatkan kemudahan dan keberkahan sebagaimana yang diharapkan Rasulullah untuk Ali.
Oleh karena itu, setiap Muslim dianjurkan untuk meneladani cara Ali dalam berdoa, yaitu dengan memohon secara spesifik dan total, mengakui kelemahan diri, dan hanya bersandar pada kekuatan Allah SWT yang Maha Agung.