Keluarga Berencana (KB) merupakan program yang sangat penting dalam mewujudkan keluarga berkualitas di Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki peran sentral dalam mengatur dan mengarahkan program ini. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan program KB adalah pemahaman mengenai siapa yang menjadi sasaran utama, atau yang dikenal sebagai jenis akseptor KB menurut BKKBN.
Akseptor KB adalah individu, biasanya pasangan usia subur, yang secara aktif menggunakan berbagai metode kontrasepsi untuk menunda, menjarakkan, atau membatasi kehamilan. Klasifikasi jenis akseptor ini penting untuk memastikan program KB menjangkau segmen populasi yang tepat dan memberikan edukasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ilustrasi perencanaan keluarga yang terencana.
Klasifikasi Utama Akseptor KB BKKBN
Berdasarkan pendekatannya dalam program KB nasional, BKKBN mengklasifikasikan akseptor KB dalam beberapa kategori utama. Klasifikasi ini sering kali didasarkan pada tingkat partisipasi dan keberlanjutan penggunaan kontrasepsi.
1. Akseptor KB Aktif (Peserta KB Baru dan Peserta KB Lanjutan)
Ini adalah kelompok akseptor yang paling menjadi fokus utama program. Mereka adalah individu atau pasangan yang telah berkomitmen menggunakan atau sedang dalam proses menggunakan salah satu metode kontrasepsi yang tersedia.
- Peserta KB Baru (PKB): Meliputi pasangan usia subur (PUS) yang baru pertama kali mendaftar dan menggunakan kontrasepsi. Target ini sangat penting untuk peningkatan cakupan program KB modern.
- Peserta KB Lanjutan (PKL): Meliputi PUS yang sebelumnya sudah menjadi akseptor dan melanjutkan penggunaan metode kontrasepsi yang sama atau beralih ke metode lain (misalnya, dari pil ke suntik atau IUD). Keberhasilan mempertahankan PKL menunjukkan kepuasan dan keberlanjutan program.
2. Akseptor KB Pasif (Peserta KB Drop Out)
Akseptor KB pasif adalah mereka yang tadinya aktif menggunakan kontrasepsi namun berhenti karena berbagai alasan. BKKBN secara aktif berupaya mengurangi angka ini karena akseptor yang drop out berisiko tinggi mengalami kehamilan tidak diinginkan.
Penyebab drop out beragam, mulai dari efek samping yang dirasakan, kesulitan akses, hingga faktor budaya atau sosial. Penanganan akseptor drop out seringkali melibatkan konseling ulang dan penawaran metode kontrasepsi jangka panjang yang lebih sesuai.
3. Akseptor KB Sukarela dan Akseptor KB Mandatori (Secara Konteks Pelayanan)
Meskipun program KB di Indonesia bersifat sukarela, dalam konteks operasional lapangan, ada pembagian berdasarkan inisiatif:
- Akseptor Sukarela: Mayoritas akseptor KB di Indonesia masuk dalam kategori ini. Mereka mendaftar atas inisiatif pribadi dan kesadaran akan pentingnya pengaturan kelahiran.
- Akseptor Berdasarkan Dukungan Institusi: Terkadang, program KB disinergikan dengan program lain (misalnya, KB pascapersalinan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan). Dalam hal ini, akseptor mungkin didorong oleh petugas kesehatan untuk segera ber-KB setelah melahirkan.
Metode Kontrasepsi dan Jenis Akseptor
Jenis akseptor juga sering diklasifikasikan berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang mereka pilih. BKKBN sangat mendorong penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dan implan, karena efektivitasnya tinggi dan mengurangi risiko drop out dibandingkan metode jangka pendek.
Akseptor dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan pilihan metode mereka:
- Akseptor MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang): Mereka yang memilih IUD, implan, vasektomi, atau tubektomi. Kelompok ini dianggap paling ideal dari sisi keberlanjutan program.
- Akseptor Metode Jangka Pendek: Mereka yang menggunakan pil, suntik, atau kondom. Meskipun efektif bila digunakan secara benar, kelompok ini cenderung memiliki angka pergantian atau penghentian yang lebih tinggi.
Memahami jenis akseptor KB menurut BKKBN memastikan bahwa penyuluhan, ketersediaan obat/alat, dan evaluasi program dapat dilakukan secara terukur. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan akseptor KB modern, terutama di daerah-daerah yang cakupannya masih rendah, sehingga tercapai keluarga yang sehat dan sejahtera sesuai visi BKKBN.
Program KB nasional selalu berevolusi, dan kategorisasi akseptor ini menjadi panduan vital bagi petugas lapangan (kader KB dan petugas kesehatan) untuk memetakan kebutuhan dan memberikan pelayanan kontrasepsi yang responsif dan efektif bagi seluruh masyarakat Indonesia.