Ilustrasi perencanaan keluarga yang terencana.
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui pengaturan laju kelahiran, jarak kelahiran, dan pengaturan jumlah anak dalam keluarga. Program ini bukan hanya tentang membatasi jumlah anak, tetapi lebih kepada perencanaan keluarga yang matang demi kesejahteraan bersama. Dalam konteks program KB nasional, terdapat berbagai klasifikasi individu atau pasangan yang terlibat sebagai akseptor. Pemahaman mengenai jenis jenis akseptor KB sangat penting bagi petugas kesehatan maupun masyarakat agar program dapat berjalan efektif sesuai kebutuhan spesifik mereka.
Secara umum, akseptor KB merujuk pada individu, biasanya pasangan usia subur (PUS), yang secara aktif menggunakan salah satu metode kontrasepsi yang tersedia. Klasifikasi akseptor KB sering didasarkan pada beberapa kriteria, seperti status penggunaan metode kontrasepsi (baru atau lama), jenis kelamin, dan tujuan mereka mengikuti program.
Pembagian jenis akseptor KB biasanya dilakukan untuk mempermudah pencatatan, evaluasi program, dan menentukan langkah tindak lanjut yang tepat. Berikut adalah beberapa kategori utama yang sering digunakan dalam administrasi program KB di Indonesia:
Ini adalah individu atau pasangan yang baru pertama kali mendaftar atau mulai menggunakan salah satu jenis alat/obat kontrasepsi (Alokon) melalui program KB resmi. Mereka memerlukan edukasi awal yang komprehensif mengenai cara penggunaan, efektivitas, serta potensi efek samping dari metode yang dipilih.
Akseptor lama adalah mereka yang telah menggunakan metode kontrasepsi sebelumnya dan masih melanjutkan penggunaannya pada periode evaluasi. Mereka umumnya sudah terbiasa dengan metode tersebut, namun tetap memerlukan pemantauan rutin, terutama jika metode yang digunakan memerlukan penggantian atau pemeriksaan berkala (seperti suntik atau pil).
Kategori ini merujuk pada pasangan yang sebelumnya pernah menjadi akseptor KB, kemudian berhenti (misalnya karena ingin hamil atau habis masa berlakunya metode), dan kini memutuskan untuk kembali menggunakan kontrasepsi lagi. Mereka memerlukan penyegaran informasi (refreshment) mengenai metode KB yang ada.
Selain berdasarkan status penggunaan, akseptor KB juga diklasifikasikan berdasarkan metode kontrasepsi yang mereka pilih. Klasifikasi ini sangat penting karena setiap metode memiliki karakteristik, durasi kerja, dan cara aplikasi yang berbeda. Secara luas, metode KB dibagi menjadi jangka pendek dan jangka panjang.
Akseptor jenis ini menggunakan kontrasepsi yang memerlukan kunjungan ulang secara berkala (biasanya bulanan, triwulanan, atau tahunan).
MKJP sangat diminati karena menawarkan efektivitas tinggi dan minim intervensi harian, cocok untuk pasangan yang berencana menunda kehamilan dalam waktu lama (5 tahun atau lebih).
Pasangan yang memilih MKJP sering kali dikategorikan sebagai akseptor yang berkomitmen tinggi terhadap program KB karena efektivitasnya yang superior dan durasi perlindungan yang panjang.
Meskipun mayoritas akseptor KB adalah wanita, program KB modern juga melibatkan pria sebagai peserta aktif.
Pendataan akseptor KB yang akurat menentukan keberhasilan program KB di tingkat nasional maupun daerah. Data ini digunakan oleh pemerintah untuk memastikan ketersediaan stok kontrasepsi, menjadwalkan penyuluhan ulang, dan melakukan deteksi dini terhadap akseptor yang mungkin mengalami kegagalan metode atau ingin beralih metode. Setiap jenis akseptor memerlukan pendekatan edukasi dan layanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan biologis dan sosial mereka. Dengan memahami jenis jenis akseptor KB, kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dapat ditingkatkan secara signifikan.