Hikmah Sang Singa Allah Tentang Dunia

Memahami Hakikat Fana Duniawi

Ali bin Abi Thalib, menantu sekaligus sepupu Rasulullah ﷺ, dikenal sebagai salah satu sumber hikmah terbesar dalam Islam. Pemikirannya yang mendalam sering kali menyinggung tentang sifat sementara dunia (dunia fana) dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Kata-katanya selalu relevan, mengingatkan kita bahwa segala kemegahan duniawi hanyalah fatamorgana jika tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Bagi Ali, dunia adalah tempat persinggahan, bukan tujuan akhir. Ia sering membandingkan dunia dengan bayangan yang bergerak atau mimpi sesaat yang cepat berlalu. Membebani hati dengan cinta yang berlebihan terhadap harta dan kedudukan duniawi berarti mengabaikan bekal utama menuju keabadian.

"Dunia ini adalah sebuah bayangan. Jika engkau mencoba menangkapnya, ia akan menghilang. Namun, jika engkau membelakanginya, ia akan mengikutimu."

— Ali bin Abi Thalib

Nasihat ini menekankan perlunya sikap seimbang. Dunia harus dimanfaatkan seperlunya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu keridhaan Allah SWT. Keterikatan yang buta hanya akan menjerumuskan jiwa ke dalam kelalaian.

Peringatan Terhadap Tipu Daya Kesenangan

Ali sangat waspada terhadap kesenangan dunia yang sering kali menipu. Kesenangan yang cepat datang dan pergi, kemewahan yang semu, serta pujian manusia yang mudah berubah, adalah jebakan yang harus dihindari oleh seorang mukmin sejati. Beliau mengingatkan bahwa kemuliaan sejati bukanlah yang diberikan oleh manusia, melainkan yang dianugerahkan oleh Allah.

Fokus utama seharusnya adalah amal saleh. Harta yang ditinggalkan akan dihitung pertanggungjawabannya, sedangkan amal kebajikan akan menjadi penolong di hari perhitungan. Kehidupan di dunia ini adalah kesempatan emas untuk menanam benih kebajikan.

"Betapa mengherankan orang yang menyadari bahwa dunia ini tempat singgah sementara, namun ia tetap membangun istana seolah-olah akan tinggal selamanya."

— Ali bin Abi Thalib

Kekayaan Sejati: Ilmu dan Ketakwaan

Ketika berbicara tentang kekayaan, pandangan Ali jauh melampaui materi. Kekayaan yang hakiki adalah ilmu yang bermanfaat dan ketakwaan yang teguh. Ilmu membuka mata hati untuk melihat realitas sejati, dan ketakwaan menjadi perisai dari godaan dunia.

Ia mengajarkan bahwa orang yang paling miskin bukanlah orang yang sedikit hartanya, melainkan orang yang banyak ilmunya namun sedikit amalnya, atau orang yang memiliki banyak kenikmatan dunia namun hatinya kosong dari rasa syukur dan takut kepada Tuhan.

Pencarian Hikmah dan Ilmu

Ali bin Abi Thalib mengajak kita untuk selalu melakukan muhasabah diri. Dunia adalah ladang, dan kitalah yang menanam. Jika yang ditanam adalah kemaksiatan, maka panennya adalah penyesalan yang tak terperi di akhirat. Sebaliknya, jika ditanam benih ketaatan, hasilnya adalah ketenangan dan kebahagiaan abadi.

Dunia Sebagai Alat, Bukan Tujuan

Dalam banyak riwayat, Ali menunjukkan cara memanfaatkan dunia tanpa didominasi olehnya. Beliau hidup sederhana meski memiliki kekuasaan. Hal ini menegaskan bahwa kekuasaan, kekayaan, atau kemudahan duniawi harus tunduk pada tujuan tertinggi, yaitu tegaknya keadilan dan ajaran Islam.

Perjalanan hidup di dunia ini ibarat menempuh perjalanan panjang dengan bekal seadanya. Oleh karena itu, setiap detik harus diisi dengan perbuatan yang membawa manfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi sesama manusia. Mengumpulkan harta dunia tanpa memikirkan bagaimana ia bisa menjadi jembatan menuju surga adalah bentuk kegagalan terbesar dalam menjalani amanah kehidupan.

"Sesungguhnya urusan dunia ini hanyalah dua hari: hari untukmu (kesenangan) dan hari melawanmu (kesulitan). Maka bersabarlah dalam menghadapi kesulitan, dan bersyukurlah ketika berada dalam kesenangan."

— Ali bin Abi Thalib

Kesimpulannya, kata-kata Ali bin Abi Thalib tentang dunia adalah panggilan untuk menyadari kefanaan materi dan mengalihkan fokus pada persiapan akhirat. Dunia adalah medan ujian, tempat kita membuktikan seberapa besar cinta kita kepada Allah SWT melalui amal perbuatan nyata.

🏠 Homepage