Aset tetap (fixed assets) merupakan komponen vital dalam struktur neraca perusahaan yang menunjang operasional jangka panjang. Dalam akuntansi, pemahaman mendalam mengenai aset tetap sangat krusial karena nilainya yang besar dan masa manfaatnya yang panjang. Materi akuntansi aset tetap mencakup siklus penuh mulai dari perolehan, pengakuan, pengukuran, hingga pencatatan depresiasi (penyusutan) dan pelepasan aset.
Menurut standar akuntansi yang berlaku (seperti PSAK di Indonesia), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang/jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
Karakteristik utama aset tetap meliputi:
Pengakuan aset tetap terjadi ketika semua kriteria berikut terpenuhi: (1) Kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan (2) Biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal.
Pengukuran awal aset tetap dicatat sebesar **biaya perolehan (historical cost)**. Biaya perolehan ini tidak hanya mencakup harga beli, tetapi juga semua biaya yang dikeluarkan agar aset tersebut siap digunakan.
Komponen biaya perolehan meliputi:
Kecuali untuk tanah, aset tetap memiliki umur ekonomis yang terbatas. Oleh karena itu, biaya perolehan aset harus dialokasikan secara sistematis selama masa manfaatnya melalui proses yang disebut penyusutan. Penyusutan bukanlah proses penentuan nilai pasar, melainkan metode alokasi biaya.
Untuk menghitung beban penyusutan, diperlukan tiga komponen utama: biaya perolehan, nilai sisa (salvage value), dan taksiran umur ekonomis.
Terdapat beberapa metode yang umum digunakan dalam akuntansi aset tetap:
Selain penyusutan rutin, entitas harus mengevaluasi apakah terdapat indikasi penurunan nilai (impairment) pada aset tetap. Penurunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi jumlah yang dapat dipulihkan (recoverable amount) dari aset tersebut. Jika terjadi penurunan nilai, nilai buku aset harus diturunkan ke nilai yang dapat dipulihkan.
Ketika aset tetap sudah tidak digunakan lagi, dijual, atau dibuang, perusahaan harus mencatat pelepasan aset. Proses ini melibatkan penghapusan nilai buku aset dari pembukuan dan pengakuan keuntungan atau kerugian dari pelepasan tersebut, yang dihitung dari selisih antara hasil penjualan (net proceeds) dengan nilai buku aset saat dilepas.
Mempelajari akuntansi aset tetap membantu manajemen dalam menyajikan laporan keuangan yang akurat, perencanaan investasi modal yang bijak, serta perhitungan laba rugi yang mencerminkan konsumsi manfaat ekonomi aset secara tepat waktu.