Di tengah geliat perkembangan zaman dan derasnya arus informasi digital, ada kalanya kita menemukan jejak-jejak kekayaan tradisi yang tersimpan dalam format yang mungkin terasa asing. Salah satunya adalah aksara Pegon, sebuah sistem penulisan yang menggunakan huruf Arab untuk menuliskan bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan Melayu. Bagi sebagian orang, membaca huruf Pegon mungkin merupakan tantangan tersendiri, namun di balik kesulitan itu tersimpan nilai historis dan kultural yang tak ternilai harganya. Memahami cara membaca Pegon berarti membuka pintu untuk mengakses khazanah ilmu pengetahuan, sastra, dan ajaran agama yang telah diwariskan oleh para ulama dan cendekiawan terdahulu.
Terdapat berbagai alasan mengapa mempelajari cara membaca huruf Pegon masih relevan dan penting di era modern ini. Pertama, Pegon adalah kunci untuk membuka akses ke sumber-sumber primer berbagai disiplin ilmu yang ditulis oleh para ulama Nusantara. Kitab-kitab kuning, naskah-naskah sejarah, karya sastra klasik, hingga risalah-risalah keagamaan banyak yang tersimpan dalam aksara ini. Tanpa kemampuan membaca Pegon, kita akan kehilangan kesempatan untuk mendalami warisan intelektual dan spiritual leluhur kita secara langsung.
Kedua, Pegon merupakan bagian integral dari sejarah dan perkembangan kebudayaan di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa, Sunda, Madura, dan sebagian Melayu. Keberadaannya mencerminkan perpaduan antara tradisi Islam dan budaya lokal. Dengan menguasai Pegon, kita turut serta dalam menjaga dan melestarikan kekayaan budaya bangsa yang unik ini agar tidak punah ditelan zaman. Ini adalah bentuk apresiasi terhadap kreativitas dan kecerdasan para pendahulu dalam mengadaptasi sistem penulisan asing untuk kebutuhan lokal.
Ketiga, bagi mereka yang berkecimpung di bidang studi keislaman, naskah-naskah dalam Pegon seringkali menjadi rujukan penting. Memahami Pegon memungkinkan peneliti, santri, dan akademisi untuk melakukan kajian mendalam terhadap teks-teks otentik, yang mungkin belum atau tidak akan pernah diterjemahkan ke dalam bahasa modern. Ini memberikan perspektif yang lebih kaya dan akurat terhadap pemikiran-pemikiran keagamaan yang berkembang di Nusantara.
Secara umum, huruf Pegon menggunakan abjad Arab. Namun, terdapat beberapa adaptasi dan kaidah khusus yang perlu dipahami:
Memulai perjalanan membaca Pegon bisa terasa sedikit mengintimidasi, tetapi dengan pendekatan yang tepat, Anda bisa menguasainya.
Membaca huruf Pegon bukan sekadar kemampuan membaca aksara kuno, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan akar sejarah, budaya, dan intelektual bangsa. Ini adalah sebuah investasi berharga bagi siapa saja yang ingin memahami warisan leluhur secara lebih mendalam dan otentik. Dengan kesabaran, ketekunan, dan sumber belajar yang tepat, siapa pun dapat menguasai seni membaca Pegon ini dan membuka gerbang menuju dunia pengetahuan yang kaya dan tak terbatas. Mari kita lestarikan dan hidupkan kembali khazanah ini untuk generasi mendatang.