Indonesia, sebuah kepulauan yang kaya akan budaya dan tradisi, menyimpan berbagai bentuk seni yang unik dan mempesona. Salah satu di antaranya adalah seni pertunjukan yang dikenal sebagai "pegon sambung". Istilah ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun di kalangan masyarakat pesisir tertentu, pegon sambung adalah warisan leluhur yang masih hidup dan terus dilestarikan. Lebih dari sekadar hiburan, pegon sambung merupakan cerminan dari kehidupan, kepercayaan, dan nilai-nilai sosial yang dipegang teguh oleh masyarakat pendukungnya.
Secara harfiah, "pegon" merujuk pada burung merpati, sementara "sambung" berarti menyambung atau menghubungkan. Penggabungan kedua kata ini memberikan gambaran awal tentang esensi seni pegon sambung. Seni ini biasanya ditampilkan dalam format pertunjukan kolosal yang memadukan unsur teater, tarian, musik, dan dialog. Namun, yang membuatnya sangat khas adalah penggunaan sepasang merpati yang menjadi elemen sentral dan simbolis dalam setiap pementasannya. Merpati ini tidak hanya sekadar properti, tetapi berperan aktif sebagai pembawa pesan, penanda alur cerita, bahkan terkadang dianggap sebagai perwujudan roh atau utusan dari dunia lain.
Akar sejarah pegon sambung dapat ditelusuri kembali ke masa lalu yang cukup panjang, diperkirakan berkembang di daerah pesisir utara Jawa, khususnya di lingkungan masyarakat nelayan dan pedagang. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh interaksi budaya yang terjadi di wilayah tersebut, termasuk pengaruh dari tradisi lokal, ajaran agama, serta akulturasi dengan budaya luar yang dibawa oleh para saudagar dari berbagai penjuru dunia. Seni pertunjukan ini seringkali digunakan sebagai media dakwah, sarana hiburan dalam perayaan hari besar keagamaan, upacara adat, atau ritual yang berkaitan dengan keselamatan dan keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan laut.
Konon, penggunaan merpati dalam pertunjukan ini bermula dari kepercayaan masyarakat kuno yang menganggap burung merpati sebagai hewan suci, pembawa pesan dari para dewa atau leluhur. Kemampuannya terbang tinggi dan kembali ke sarangnya menjadi simbol kesetiaan, komunikasi, dan penyatuan. Dalam konteks pegon sambung, kedua merpati yang dilepaskan di awal pertunjukan seringkali memiliki makna filosofis yang mendalam, melambangkan dua entitas, dua aspek kehidupan, atau dua pesan yang harus disatukan dan dipahami oleh penonton. Keterampilan sang pawang dalam mengendalikan dan mengarahkan terbangnya merpati menjadi daya tarik tersendiri, seolah-olah merpati tersebut memiliki kecerdasan luar biasa atau dikendalikan oleh kekuatan gaib.
Sebuah pertunjukan pegon sambung yang utuh tersusun dari berbagai elemen yang saling melengkapi. Yang paling mencolok tentu saja adalah keberadaan sepasang merpati yang telah dilatih secara khusus. Merpati ini biasanya dilepaskan dari sebuah wadah atau dipersembahkan dalam ritual pembukaan. Arah terbang, kecepatan, dan pola mereka seringkali diinterpretasikan oleh dalang atau narator sebagai pertanda atau pengantar cerita.
Selain merpati, unsur utama lainnya adalah para penampil yang terdiri dari dalang (narator), penari, musisi, dan kadang-kadang aktor yang membawakan dialog. Musik pengiring biasanya didominasi oleh instrumen tradisional seperti gamelan, rebana, atau alat musik tiup yang menciptakan suasana magis dan sakral. Tarian dalam pegon sambung seringkali bersifat simbolis, menggambarkan berbagai emosi dan peristiwa dalam cerita.
Cerita yang dibawakan dalam pegon sambung sangat bervariasi, mulai dari kisah-kisah epik kepahlawanan, legenda lokal, cerita-cerita keagamaan, hingga narasi yang merefleksikan kehidupan sosial masyarakat pesisir, termasuk perjuangan melawan alam, keharmonisan, dan problematika kehidupan sehari-hari. Dialog yang digunakan seringkali bernuansa puitis dan mengandung nilai-nilai moral serta filosofis yang mendalam. Interaksi antara dalang, penari, dan merpati menciptakan sebuah pertunjukan yang unik dan memikat, di mana setiap elemen memiliki peran dan maknanya sendiri.
Pegon sambung bukan hanya sekadar seni pertunjukan yang menampilkan keindahan visual dan harmoni musik. Lebih dari itu, ia sarat dengan makna filosofis yang mendalam. Merpati yang "tersambung" dalam terbangnya seringkali diartikan sebagai simbol persatuan, kedamaian, dan keseimbangan alam semesta. Perjalanan merpati dalam pertunjukan bisa melambangkan perjalanan hidup manusia, pencarian makna, atau upaya mencapai tujuan spiritual.
Secara sosial, pegon sambung berperan penting dalam menjaga kohesi sosial dan identitas budaya masyarakat pendukungnya. Pertunjukan ini seringkali menjadi ajang berkumpulnya komunitas, mempererat tali silaturahmi antarwarga, dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Ia juga berfungsi sebagai sarana edukasi, transmisi pengetahuan, dan pengingat akan akar sejarah serta kearifan lokal. Di era modern yang serba cepat ini, pelestarian seni seperti pegon sambung menjadi semakin krusial untuk memastikan bahwa warisan budaya nenek moyang tidak terkikis oleh arus globalisasi.
Seperti banyak seni tradisional lainnya, pegon sambung juga menghadapi berbagai tantangan. Menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari dan mengembangkan seni ini, kurangnya dukungan finansial dan infrastruktur, serta perubahan gaya hidup masyarakat menjadi beberapa ancaman serius. Di samping itu, adaptasi dengan teknologi dan media baru juga menjadi dilema tersendiri bagi para pelaku seni tradisional.
Namun, semangat para pegiat seni dan komunitas setempat patut diapresiasi. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menjaga kelangsungan pegon sambung. Di antaranya adalah melalui revitalisasi pertunjukan, penyelenggaraan lokakarya dan pelatihan, kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan pemerintah, serta pemanfaatan media digital untuk promosi dan dokumentasi. Dengan kerja keras dan komitmen bersama, diharapkan seni pegon sambung akan terus hidup, berkembang, dan tetap menjadi permata budaya Indonesia yang memesona bagi generasi mendatang.