Ridho Allah Tergantung Ridho Orang Tua
Dalam samudra ajaran Islam yang luas, terdapat sebuah prinsip agung yang menjadi kompas bagi setiap muslim dalam mengarungi kehidupan. Prinsip ini terangkum dalam sebuah hadits mulia yang sering kita dengar, namun kedalamannya seringkali belum sepenuhnya kita selami: "Ridho Allah subhanahu wa ta'ala terletak pada ridho kedua orang tua, dan murka-Nya terletak pada kemurkaan kedua orang tua." Kalimat singkat ini bukanlah sekadar untaian kata, melainkan sebuah pondasi fundamental yang mengikat hubungan seorang hamba dengan Penciptanya melalui gerbang baktinya kepada manusia pertama yang paling berjasa dalam hidupnya.
Memahami konsep ini secara utuh adalah kunci untuk membuka pintu-pintu kebaikan, baik di dunia yang fana ini maupun di akhirat yang abadi. Ia adalah formula kebahagiaan sejati, sebuah investasi spiritual yang imbalannya tidak ternilai. Ketika kita berbicara tentang mencari keridhoan Allah, seringkali pikiran kita melayang pada ibadah-ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Semua itu memang pilar-pilar utama agama yang tak boleh ditinggalkan. Namun, Islam mengajarkan bahwa kesalehan tidak hanya terwujud dalam hubungan vertikal (hablun minallah), tetapi juga harus seimbang dengan hubungan horizontal (hablun minannas), dan puncak dari hubungan horizontal ini adalah hubungan dengan kedua orang tua.
Artikel ini akan mengajak kita untuk menyelam lebih dalam ke makna hadits tersebut. Kita akan membedah konsep 'ridho', menelusuri landasannya yang kokoh dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, merinci wujud nyata bakti yang bisa kita amalkan sehari-hari, menghadapi tantangan-tantangan di era modern, hingga akhirnya memetik buah manis dari sebuah pengabdian tulus yang dijanjikan oleh Allah SWT. Ini adalah perjalanan untuk memahami bahwa jalan terdekat menuju surga seringkali terbentang di bawah telapak kaki ibu dan dalam seulas senyum tulus di wajah ayah.
Membedah Makna 'Ridho': Sebuah Ikatan Suci
Untuk memahami kekuatan hadits ini, kita perlu mengurai dua kata kunci utamanya: 'Ridho Allah' dan 'Ridho Orang Tua'. Keduanya bukan sekadar perasaan senang biasa, melainkan memiliki dimensi spiritual yang sangat mendalam.
Apakah 'Ridho Allah' Itu?
Ridho Allah (رضا الله) adalah tujuan tertinggi dari setiap hamba yang beriman. Ia melampaui sekadar pahala atau surga. Ridho Allah adalah kondisi di mana Allah menerima, menyukai, meridhoi, dan mencintai seorang hamba beserta segala amal perbuatannya. Ini adalah puncak pencapaian spiritual. Ketika Allah telah ridho, maka surga dan segala kenikmatannya hanyalah konsekuensi logis dari keridhoan tersebut. Allah berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 72, yang menggambarkan puncak kenikmatan surga:
"...Dan keridhoan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar."
Ini menunjukkan bahwa ridho Allah bahkan lebih agung daripada surga itu sendiri. Meraih ridho-Nya berarti mendapatkan segalanya: ketenangan jiwa, keberkahan hidup, kemudahan dalam setiap urusan, perlindungan dari segala keburukan, dan jaminan kebahagiaan abadi. Ia adalah cahaya yang menerangi jalan seorang mukmin, membuatnya tegar dalam menghadapi ujian dan bersyukur dalam menerima nikmat.
Makna Mendalam 'Ridho Orang Tua'
'Ridho Orang Tua' (رضا الوالدين) adalah keadaan di mana hati orang tua merasa lapang, senang, bahagia, dan tulus mendoakan kebaikan untuk anaknya. Keridhoan ini tidak lahir dari pemenuhan materi semata. Sebuah hadiah mewah mungkin bisa membuat mereka senang sesaat, tetapi ridho yang sejati lahir dari sesuatu yang lebih fundamental: adab, penghormatan, ketaatan, kepedulian, dan kasih sayang tulus yang diekspresikan secara konsisten oleh sang anak.
Ridho mereka adalah cerminan dari doa-doa yang terpanjat tanpa henti, baik diucapkan maupun hanya terbersit di dalam hati. Doa orang tua untuk anaknya adalah salah satu doa yang paling mustajab, yang mampu menembus langit tanpa penghalang. Ketika mereka ridho, lisan dan hati mereka akan ringan untuk memohonkan segala kebaikan, kesuksesan, dan keselamatan bagi sang anak. Sebaliknya, jika hati mereka terluka, murka mereka menjadi pertanda murka Allah.
Keterkaitan yang Tak Terpisahkan
Mengapa Allah SWT, Dzat Yang Maha Agung dan tidak membutuhkan apapun, mengaitkan ridho-Nya yang begitu luhur dengan ridho makhluk-Nya yang bernama orang tua? Jawabannya terletak pada beberapa hikmah besar:
- Ujian Syukur: Orang tua adalah perantara kehadiran kita di dunia. Melalui mereka, Allah memberikan nikmat kehidupan. Berbakti kepada mereka adalah bentuk syukur paling dasar kepada Allah atas nikmat tersebut. Mengabaikan mereka sama saja dengan kufur nikmat.
- Sekolah Keikhlasan dan Kesabaran: Merawat orang tua, terutama di usia senja mereka, adalah madrasah kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan. Di sinilah ego kita diuji, di mana kita belajar mendahulukan kepentingan mereka di atas kepentingan kita sendiri.
- Simbol Ketaatan: Ketaatan kepada perintah Allah untuk berbakti kepada orang tua adalah bukti nyata keimanan kita. Allah ingin melihat sejauh mana kita patuh pada perintah-Nya yang diwujudkan melalui pelayanan kepada kedua orang tua.
- Rahmat yang Tercurah: Allah menjadikan orang tua sebagai pintu rahmat-Nya di dunia. Melalui doa dan keridhoan mereka, Allah mencurahkan berkah, melapangkan rezeki, dan memudahkan segala urusan sang anak. Mereka adalah 'keran' rahmat Allah yang paling dekat dengan kita.
Dengan demikian, mengejar ridho orang tua bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan mutlak bagi siapa saja yang mendambakan ridho Allah. Jalan menuju Allah tidak bisa dipisahkan dari jalan bakti kepada mereka.
Landasan Kokoh dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah
Perintah untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain) bukanlah sekadar anjuran moral, melainkan perintah tegas yang kedudukannya sangat tinggi dalam Islam, seringkali disandingkan langsung setelah perintah untuk mentauhidkan Allah. Ini menunjukkan betapa krusialnya posisi orang tua dalam struktur ajaran Islam.
Perintah Suci dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an, sebagai sumber hukum utama, berulang kali menekankan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua. Di antara ayat-ayat yang paling fundamental adalah:
Surah Al-Isra' Ayat 23-24: Puncak Adab dan Kasih Sayang
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil'."
Ayat ini adalah panduan paling komprehensif tentang adab kepada orang tua. Mari kita bedah pesan-pesan agungnya:
- Disandingkan dengan Tauhid: Perintah berbuat baik (ihsan) kepada orang tua diletakkan langsung setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah. Ini adalah penegasan tertinggi akan status mereka.
- Larangan Mengatakan 'Ah' (Uff): Kata 'uff' atau 'ah' adalah ekspresi kejengkelan atau ketidaksukaan yang paling ringan. Jika yang paling ringan saja diharamkan, maka apalagi perkataan atau perbuatan yang lebih kasar darinya. Ini mengajarkan sensitivitas tingkat tinggi dalam berinteraksi dengan mereka.
- Larangan Membentak: Setelah melarang kata kasar, Allah melarang perbuatan kasar. Membentak adalah bentuk menyakiti hati yang sangat dalam.
- Perintah Perkataan Mulia (Qaulan Karima): Kita diperintahkan untuk memilih kata-kata yang paling baik, sopan, lembut, dan penuh penghormatan ketika berbicara dengan mereka.
- Merendahkan Diri (Janah adz-dzull): Ini adalah kiasan untuk menunjukkan sikap tawadhu', rendah hati, dan penuh kasih sayang. Bukan rendah diri karena hina, tetapi karena penghormatan yang mendalam.
- Doa Abadi: Ayat ini ditutup dengan ajaran doa terbaik untuk mereka, sebagai pengakuan atas jasa-jasa mereka yang tak terhingga sejak kita kecil. Ini adalah bakti yang terus berlanjut bahkan setelah mereka tiada.
Surah Luqman Ayat 14: Pengingat Jasa Ibu
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
Ayat ini secara spesifik menyoroti pengorbanan seorang ibu. Kelemahan di atas kelemahan saat mengandung, rasa sakit saat melahirkan, dan kesabaran saat menyusui adalah fase-fase yang takkan pernah bisa dibalas oleh seorang anak. Perintah untuk bersyukur kepada Allah kemudian langsung diikuti dengan perintah bersyukur kepada orang tua. Ini kembali menegaskan hubungan yang tak terpisahkan antara keduanya.
Penegasan dalam Hadits-Hadits Rasulullah ﷺ
Sunnah Nabi Muhammad ﷺ dipenuhi dengan teladan dan sabda yang menguatkan perintah Al-Qur'an. Hadits-hadits ini memberikan gambaran praktis dan motivasi yang luar biasa.
Hadits Utama tentang Ridho dan Murka
Seperti yang telah menjadi tema utama, hadits riwayat At-Tirmidzi dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash menjadi pilar pembahasan ini. Rasulullah ﷺ bersabda: "Ridho Allah ada pada ridho orang tua, dan murka Allah ada pada murka orang tua." Hadits ini bersifat lugas dan tidak menyisakan ruang untuk interpretasi lain. Ia adalah sebuah persamaan ilahiah: ingin diridhoi Allah? Maka raihlah ridho orang tuamu. Takut akan murka Allah? Maka hindarilah segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan orang tuamu.
Ibu, Ibu, Ibu, Lalu Ayah
Sebuah hadits yang sangat populer mengisahkan seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi ﷺ, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu." Sahabat itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Sahabat itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu." Sahabat itu bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ayahmu." (HR. Bukhari & Muslim).
Penyebutan ibu sebanyak tiga kali bukanlah tanpa alasan. Para ulama menjelaskan bahwa ini karena tiga pengorbanan besar yang hanya dialami oleh seorang ibu: (1) Mengandung, (2) Melahirkan, dan (3) Menyusui. Ini memberikan penekanan khusus pada kedudukan ibu, tanpa mengurangi sedikit pun kewajiban untuk berbakti kepada ayah.
Amalan yang Paling Dicintai Allah
Ketika ditanya tentang amalan apa yang paling dicintai oleh Allah, Rasulullah ﷺ menjawab, "Shalat pada waktunya." Kemudian ditanya lagi, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua." Ditanya lagi, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." (HR. Bukhari & Muslim).
Lihatlah urutan yang luar biasa ini. Berbakti kepada orang tua (birrul walidain) ditempatkan di atas jihad fi sabilillah, sebuah amalan yang puncaknya adalah mengorbankan nyawa. Ini menunjukkan bahwa medan jihad pertama dan utama bagi seorang anak adalah di rumahnya, yaitu dengan melayani dan membahagiakan kedua orang tuanya.
Wujud Nyata Bakti: Cara Meraih Ridho Orang Tua
Memahami teori dan dalil adalah penting, namun yang lebih penting adalah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Meraih ridho orang tua adalah sebuah seni yang membutuhkan kesabaran, kelembutan, dan pengorbanan. Berikut adalah wujud-wujud nyata dari bakti yang bisa kita amalkan.
Bakti dalam Perkataan (Lisan)
Lisan adalah pedang bermata dua. Ia bisa menjadi sumber kebahagiaan terbesar atau luka terdalam bagi orang tua.
- Gunakan Bahasa yang Lembut dan Sopan: Pilihlah kata-kata terbaik, nada yang rendah, dan hindari segala bentuk intonasi yang menunjukkan kejengkelan atau perlawanan. Panggil mereka dengan sebutan yang mereka sukai.
- Dengarkan dengan Penuh Perhatian: Ketika mereka berbicara, berikan perhatian penuh. Jangan memotong pembicaraan mereka atau sibuk dengan gawai. Mendengarkan adalah bentuk penghormatan yang sangat tinggi.
- Jangan Pernah Berdebat Kasar: Jika terjadi perbedaan pendapat, sampaikan argumen dengan cara yang paling halus. Jika mereka tetap pada pendiriannya, maka hormatilah, selama itu tidak melanggar syariat. Mengalah untuk menyenangkan mereka adalah sebuah kemenangan.
- Selalu Minta Doa dan Restu: Libatkan mereka dalam keputusan-keputusan penting dalam hidupmu dengan meminta nasihat dan doa restu mereka. Ini akan membuat mereka merasa dihargai dan menjadi bagian penting dari hidupmu.
Bakti dalam Perbuatan (Fi'li)
Tindakan seringkali berbicara lebih keras daripada kata-kata. Bakti dalam perbuatan adalah manifestasi cinta yang paling tulus.
- Taat pada Perintah Mereka: Selama perintah itu tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka wajib untuk ditaati. Ketaatan ini harus dilakukan dengan sigap dan hati yang lapang, bukan dengan terpaksa.
- Ringankan Beban Mereka: Bantulah pekerjaan rumah tangga tanpa perlu disuruh. Ambil inisiatif untuk membersihkan rumah, berbelanja, atau melakukan pekerjaan lain yang bisa meringankan beban fisik mereka.
- Layani Kebutuhan Mereka: Sediakan makanan dan minuman untuk mereka. Pijat kaki mereka yang lelah. Antarkan mereka ke mana pun mereka perlu pergi. Pelayanan ini adalah ladang pahala yang sangat luas.
- Jaga Nama Baik Mereka: Perilaku kita di luar rumah adalah cerminan dari didikan orang tua. Menjadi pribadi yang baik, jujur, dan berakhlak mulia adalah cara kita menjaga kehormatan dan nama baik mereka di masyarakat.
Bakti dalam Harta (Maal)
Harta yang kita miliki sejatinya juga merupakan hak mereka. Berbakti dengan harta adalah tanda syukur dan pengabdian.
- Berikan Nafkah Terbaik: Jika orang tua sudah tidak mampu bekerja atau dalam kondisi kekurangan, maka menafkahi mereka adalah kewajiban utama seorang anak, bahkan didahulukan dari sedekah kepada orang lain.
- Jangan Perhitungan: Hindari sikap kikir atau perhitungan terhadap orang tua. Berikan kepada mereka dengan lapang dada. Ingatlah bahwa semua harta yang mereka keluarkan untuk kita sejak kecil tidak akan pernah bisa kita balas.
- Berikan Hadiah: Tidak perlu menunggu momen spesial, berikan hadiah-hadiah kecil yang mereka sukai. Hadiah adalah cara sederhana untuk menunjukkan bahwa kita selalu memikirkan dan mencintai mereka.
Bakti Ketika Mereka Mencapai Usia Senja
Ini adalah fase ujian terberat sekaligus kesempatan meraih pahala terbesar. Al-Qur'an secara khusus menyebut fase ini karena pada saat inilah kesabaran seorang anak benar-benar diuji.
- Sabar Menghadapi Perubahan Fisik dan Sifat: Di usia senja, mereka mungkin menjadi lebih pelupa, lebih sensitif, atau sering mengulang-ulang cerita. Mereka kembali seperti anak kecil. Ingatlah bagaimana sabarnya mereka merawat kita saat kita masih bayi. Inilah saatnya kita membalas kesabaran itu.
- Prioritaskan Kesehatan Mereka: Perhatikan asupan gizi mereka, temani mereka kontrol ke dokter, dan pastikan mereka meminum obat secara teratur. Kesehatan mereka adalah amanah di pundak kita.
- Jangan Tunjukkan Wajah Muram: Sekalipun kita lelah, jangan pernah menunjukkan wajah cemberut atau helaan nafas berat di hadapan mereka. Senyum tulus kita adalah obat dan kebahagiaan terbesar bagi mereka.
Bakti Setelah Mereka Wafat
Kematian tidak memutus hubungan bakti seorang anak. Justru, inilah saatnya membuktikan cinta sejati yang melampaui batas dunia.
- Mendoakan Mereka Tanpa Henti: Doa seorang anak saleh adalah amalan yang tidak akan terputus. Panjatkan doa "Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira" setiap selesai shalat.
- Bersedekah Atas Nama Mereka: Lakukan amal jariyah seperti membangun sumur, menyumbang untuk masjid, atau wakaf Al-Qur'an, dan niatkan pahalanya untuk mereka.
- Menyambung Silaturahmi: Kunjungi dan berbuat baiklah kepada sahabat-sahabat dan kerabat yang dicintai oleh orang tua kita. Ini adalah cara melanjutkan kebaikan mereka.
- Melunasi Utang dan Menunaikan Nazar: Jika mereka meninggalkan utang atau nazar yang belum tertunaikan, maka menjadi kewajiban anak untuk menyelesaikannya.
Tantangan dan Solusi di Era Modern
Berbakti kepada orang tua di zaman sekarang memiliki tantangannya tersendiri. Namun, setiap tantangan selalu memiliki solusi jika didasari oleh niat yang lurus dan ilmu yang benar.
Tantangan yang Dihadapi
- Jarak dan Kesibukan: Banyak anak yang harus merantau untuk bekerja atau belajar, sehingga secara fisik terpisah dari orang tua. Kesibukan dengan pekerjaan dan keluarga sendiri juga seringkali menyita waktu dan energi.
- Kesenjangan Generasi (Generation Gap): Perbedaan pandangan hidup, cara berkomunikasi, dan penguasaan teknologi seringkali menjadi sumber kesalahpahaman antara anak dan orang tua.
- Konflik Prioritas: Terkadang terjadi dilema antara memenuhi keinginan orang tua dengan kebutuhan pasangan atau anak-anak. Ini membutuhkan kearifan dalam menyeimbangkan berbagai hak dan kewajiban.
- Menghadapi Orang Tua yang Sulit: Tidak semua orang tua memiliki karakter yang mudah. Ada kalanya seorang anak diuji dengan orang tua yang memiliki tuntutan tidak realistis, tempramen yang keras, atau bahkan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Solusi dan Cara Menyikapi
- Manfaatkan Teknologi untuk Komunikasi: Jika jarak memisahkan, manfaatkan teknologi secara maksimal. Lakukan panggilan video secara rutin, bukan hanya telepon suara. Melihat wajah akan lebih mengobati kerinduan mereka. Kirimkan foto-foto kegiatan kita dan cucu-cucu mereka.
- Jembatani Kesenjangan dengan Empati: Cobalah untuk memahami dunia dari sudut pandang mereka. Jangan memaksakan cara pandang modern kita. Jelaskan hal-hal baru dengan sabar dan bahasa yang mudah mereka mengerti. Jadilah pendengar yang baik untuk memahami kekhawatiran mereka.
- Komunikasikan dengan Pasangan: Jadikan pasangan sebagai tim dalam berbakti. Diskusikan dengan baik mengenai pembagian waktu, tenaga, dan finansial untuk merawat orang tua. Pemahaman dan dukungan dari pasangan akan sangat meringankan beban.
- Batasan Ketaatan: Prinsip utama adalah "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq (Sang Pencipta)". Jika orang tua memerintahkan sesuatu yang haram (misalnya menyuruh berbuat syirik atau memutus silaturahmi), maka perintah tersebut tidak boleh ditaati. Namun, penolakannya harus dilakukan dengan cara yang paling lembut, penuh hormat, dan disertai penjelasan yang baik, tanpa membentak atau menyakiti hati mereka. Tetaplah berbuat baik dan melayani mereka dalam urusan duniawi lainnya.
Buah Manis Ridho Orang Tua: Ganjaran Dunia dan Akhirat
Pengorbanan dan kesabaran dalam berbakti kepada orang tua tidak akan pernah sia-sia. Allah telah menjanjikan ganjaran yang luar biasa, baik yang disegerakan di dunia maupun yang disimpan untuk di akhirat.
Ganjaran yang Disegerakan di Dunia
- Kelapangan Rezeki: Banyak kisah nyata membuktikan bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu pembuka pintu rezeki yang paling mujarab. Allah akan melapangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka sebagai balasan atas kebaikan kepada orang tua.
- Keberkahan Umur: Rasulullah ﷺ bersabda bahwa silaturahmi (dan puncaknya adalah kepada orang tua) dapat memanjangkan umur dan melapangkan rezeki. Umur yang panjang di sini dimaknai sebagai umur yang penuh berkah, diisi dengan ketaatan dan kebaikan.
- Terkabulnya Doa: Seorang anak yang berbakti akan senantiasa didoakan oleh orang tuanya. Doa mereka yang tulus adalah senjata ampuh yang akan memudahkan segala urusan, melindungi dari musibah, dan mengantarkan pada kesuksesan.
- Kebaikan yang Berbalas: Sebagaimana kita memperlakukan orang tua kita, begitu pula kelak anak-anak kita akan memperlakukan kita. Ini adalah hukum alam (sunnatullah) yang seringkali terbukti. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.
- Ketenangan Batin: Melayani dan membahagiakan orang tua akan mendatangkan kepuasan dan ketenangan jiwa yang tidak bisa dibeli dengan materi. Hati akan terasa lapang dan damai.
Ganjaran Tertinggi di Akhirat
- Jaminan Surga: Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Celakalah dia, celakalah dia, celakalah dia." Para sahabat bertanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah seorang dari mereka di usia senja, namun itu tidak membuatnya masuk surga." (HR. Muslim). Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa melayani orang tua di usia senja adalah jalan tol menuju surga.
- Dihapuskannya Dosa-Dosa: Berbakti kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang dapat menggugurkan dosa-dosa. Ridho mereka menjadi sebab diampuninya kesalahan-kesalahan kita oleh Allah.
- Mendapatkan Ridho Allah SWT: Inilah puncak dari segala ganjaran. Ketika kita berhasil meraih ridho orang tua, maka kita telah berhasil meraih ridah Allah. Dan tidak ada kenikmatan yang lebih besar daripada bertemu dengan Allah dalam keadaan Dia ridho kepada kita.
Perjalanan mencari ridho Allah adalah esensi dari kehidupan seorang mukmin. Jalan itu ternyata tidak jauh dan tidak rumit. Allah telah meletakkannya di tempat yang paling dekat dengan kita: pada kedua orang tua kita. Mereka adalah pintu surga kita di dunia. Membahagiakan mereka adalah ibadah, melayani mereka adalah jihad, dan senyum mereka adalah pertanda ridho dari langit.
Selagi mereka masih ada, curahkanlah segenap cinta, pengorbanan, dan bakti kita. Jangan biarkan penyesalan datang ketika mereka telah tiada. Dan jika mereka telah mendahului kita, jangan putus bakti kita. Kirimkan doa-doa terbaik sebagai tanda cinta yang tak lekang oleh waktu. Sungguh, ridho Allah ada pada ridho mereka, dan murka Allah ada pada murka mereka. Inilah jalan keberuntungan yang nyata.