Ilustrasi grafis yang menunjukkan area panggul dengan panah menunjuk ke bawah, melambangkan tekanan yang menjadi sebab ambeien.
Ambeien, atau dalam istilah medis dikenal sebagai hemoroid, adalah sebuah kondisi yang umum terjadi namun seringkali dianggap tabu untuk dibicarakan. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah vena di sekitar anus dan rektum bagian bawah membengkak dan meradang. Meskipun tidak mengancam jiwa, ambeien dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan, rasa sakit, gatal, hingga perdarahan. Untuk dapat mencegah dan menanganinya secara efektif, langkah pertama yang paling krusial adalah memahami secara mendalam apa saja sebab ambeien itu sendiri. Penyebabnya seringkali bukan faktor tunggal, melainkan akumulasi dari berbagai kebiasaan, kondisi tubuh, dan gaya hidup.
Secara fundamental, akar dari semua sebab ambeien adalah meningkatnya tekanan pada pembuluh darah di area panggul dan rektum. Bayangkan selang air yang aliran di ujungnya tersumbat; tekanan di dalam selang akan meningkat dan membuatnya menggembung. Prinsip serupa terjadi pada vena-vena di area anus. Ketika tekanan di area ini meningkat secara terus-menerus, darah akan menumpuk, menyebabkan vena membengkak dan meregang. Bantalan pembuluh darah (hemorrhoidal cushions) yang normalnya berfungsi membantu kontrol buang air besar, akhirnya membengkak dan menjadi apa yang kita kenal sebagai ambeien.
Penyebab paling umum dan paling signifikan dari ambeien adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses buang air besar (BAB). Kebiasaan yang salah dalam proses ini dapat memberikan tekanan luar biasa pada vena-vena rektal secara berulang kali setiap hari.
Konstipasi atau sembelit adalah kondisi di mana seseorang kesulitan buang air besar, frekuensinya menjadi lebih jarang dari biasanya, dan feses yang keluar cenderung keras dan kering. Ini adalah sebab ambeien nomor satu. Ketika feses keras, tubuh secara refleks akan mengejan (ngeden) lebih kuat untuk mendorongnya keluar. Proses mengejan ini secara dramatis meningkatkan tekanan di dalam rongga perut (tekanan intra-abdomen). Tekanan ini menghambat aliran balik darah dari area panggul, menyebabkan darah berkumpul dan menekan dinding vena di rektum. Jika kondisi ini terjadi secara kronis, atau berulang kali dalam waktu lama, pembengkakan vena akan menjadi permanen dan ambeien pun terbentuk.
Mengejan tidak hanya terjadi saat sembelit. Beberapa orang memiliki kebiasaan mengejan meskipun fesesnya tidak keras. Ini bisa menjadi kebiasaan yang dipelajari sejak kecil atau akibat dari perasaan BAB yang tidak tuntas. Apapun alasannya, mengejan yang tidak perlu memberikan beban yang sama beratnya pada pembuluh darah vena di anus.
Mungkin terdengar kontradiktif, tetapi diare yang berlangsung lama (kronis) juga bisa menjadi penyebab ambeien. Meskipun tidak ada proses mengejan keras seperti pada sembelit, frekuensi BAB yang sangat sering dapat mengiritasi lapisan mukosa anus dan rektum. Proses iritasi yang berulang ini dapat memicu peradangan pada pembuluh darah di sekitarnya. Selain itu, duduk di toilet dalam waktu lama dan seringnya kontraksi otot saat BAB dapat memberikan tekanan yang cukup untuk memicu atau memperburah kondisi ambeien yang sudah ada. Asam dari feses yang cair juga dapat memperparah iritasi di area anus.
Gaya hidup modern yang serba praktis dan kurang gerak secara tidak langsung menciptakan lingkungan yang ideal bagi berkembangnya ambeien. Banyak kebiasaan sehari-hari yang kita anggap normal ternyata menjadi kontributor signifikan.
Ini adalah salah satu sebab ambeien yang paling sering diabaikan. Ketika kita duduk, terutama di toilet yang memiliki lubang di tengah, tidak ada penopang bagi area perineum (area antara anus dan organ genital). Akibatnya, gravitasi menyebabkan darah berkumpul di pembuluh darah panggul, dan tekanan pada vena rektal meningkat. Pekerjaan kantor yang menuntut duduk berjam-jam di depan komputer, mengemudi dalam waktu lama, atau kebiasaan bersantai di sofa tanpa banyak bergerak, semuanya berkontribusi pada masalah ini.
Kebiasaan membawa ponsel, buku, atau majalah ke toilet adalah kebiasaan yang sangat buruk. Hal ini memperpanjang waktu duduk di kloset secara tidak sadar. Waktu yang ideal untuk berada di toilet seharusnya hanya beberapa menit, cukup untuk menyelesaikan proses BAB. Duduk lebih dari 10-15 menit di toilet, bahkan tanpa mengejan, sudah cukup untuk meningkatkan tekanan pada vena anus secara signifikan.
Kurangnya olahraga atau aktivitas fisik secara umum melemahkan sistem peredaran darah. Gerakan tubuh, seperti berjalan atau berlari, membantu memompa darah kembali ke jantung, termasuk darah dari bagian bawah tubuh. Ketika seseorang kurang bergerak, sirkulasi darah menjadi kurang efisien, dan darah lebih mudah menggenang di area kaki dan panggul. Selain itu, gaya hidup sedentari adalah faktor risiko utama untuk konstipasi. Usus besar kita juga membutuhkan gerakan untuk berfungsi secara optimal. Aktivitas fisik merangsang kontraksi usus (peristaltik), yang membantu mendorong feses bergerak dengan lancar. Tanpa stimulus ini, pergerakan usus melambat, feses menjadi lebih keras, dan risiko sembelit pun meningkat.
Aktivitas mengangkat beban berat, baik di gym maupun dalam pekerjaan sehari-hari, bisa menjadi sebab ambeien jika tidak dilakukan dengan teknik yang benar. Ketika mengangkat beban yang sangat berat, orang cenderung menahan napas dan mengejan. Teknik ini, yang dikenal sebagai manuver Valsalva, secara drastis meningkatkan tekanan di dalam rongga dada dan perut. Peningkatan tekanan ini, mirip dengan mengejan saat BAB, menghambat aliran darah balik dan memberikan tekanan hebat pada vena-vena di rektum. Para binaragawan, pekerja konstruksi, atau siapa pun yang rutin mengangkat beban berat perlu mempelajari teknik pernapasan yang benar untuk meminimalkan risiko ini.
Apa yang kita konsumsi setiap hari memiliki dampak langsung pada kesehatan pencernaan kita, dan consequently, pada risiko terkena ambeien. Pola makan modern yang tinggi lemak, gula, dan makanan olahan seringkali menjadi biang keladi.
Serat adalah komponen dari tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia, namun perannya dalam sistem pencernaan sangatlah vital. Serat berfungsi seperti spons di dalam usus; ia menyerap air, membuat feses menjadi lebih besar, lebih lunak, dan lebih mudah untuk dikeluarkan. Tanpa asupan serat yang cukup, feses akan menjadi kecil, keras, dan kering. Kondisi inilah yang memaksa kita untuk mengejan lebih keras saat BAB, yang merupakan sebab ambeien yang paling mendasar.
Ada dua jenis serat: serat larut (soluble fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Serat larut, yang ditemukan dalam gandum, kacang-kacangan, dan buah-buahan seperti apel dan jeruk, larut dalam air membentuk gel yang membantu melunakkan feses. Serat tidak larut, yang ditemukan dalam sayuran hijau, biji-bijian utuh, dan kulit buah, menambah massa pada feses dan membantunya bergerak lebih cepat melalui usus. Keduanya penting untuk kesehatan pencernaan. Kekurangan salah satu atau keduanya akan mengarah pada konstipasi.
Serat tidak dapat bekerja secara efektif tanpa air. Jika Anda meningkatkan asupan serat tetapi tidak diimbangi dengan minum air yang cukup, serat justru dapat memperburuk konstipasi. Seperti yang telah dijelaskan, serat bekerja dengan menyerap air. Jika tidak ada cukup air di dalam usus, serat akan membuat feses menjadi lebih padat dan sulit bergerak. Dehidrasi, bahkan dalam tingkat ringan, menyebabkan tubuh menarik lebih banyak air dari usus besar sebagai upaya konservasi cairan. Akibatnya, feses menjadi sangat kering dan keras. Kombinasi antara diet rendah serat dan dehidrasi adalah resep sempurna untuk konstipasi kronis dan, pada akhirnya, ambeien.
Beberapa kondisi tubuh dan perubahan fisiologis alami juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ambeien, bahkan jika mereka telah menerapkan gaya hidup sehat.
Wanita hamil sangat rentan mengalami ambeien, terutama pada trimester ketiga. Ada beberapa alasan untuk ini. Pertama, rahim yang membesar memberikan tekanan langsung pada vena-vena besar di panggul, terutama vena cava inferior. Tekanan ini memperlambat aliran darah balik dari bagian bawah tubuh, menyebabkan pembuluh darah di bawah rahim, termasuk di rektum, membengkak. Kedua, kehamilan meningkatkan kadar hormon progesteron, yang melemaskan dinding pembuluh darah, membuatnya lebih mudah membengkak. Ketiga, peningkatan volume darah selama kehamilan juga menambah beban pada sistem peredaran darah. Terakhir, konstipasi adalah keluhan umum selama kehamilan, yang semakin memperburah risiko. Puncaknya adalah saat proses persalinan, di mana ibu harus mengejan dengan sangat kuat untuk mendorong bayi keluar. Tekanan luar biasa saat persalinan ini seringkali menjadi penyebab munculnya atau memburuknya ambeien.
Kelebihan berat badan, terutama obesitas, memberikan beban dan tekanan konstan pada seluruh tubuh, termasuk pada pembuluh darah di area panggul. Lemak perut yang berlebih meningkatkan tekanan intra-abdomen secara permanen, mirip dengan kondisi saat mengejan tetapi berlangsung terus-menerus. Tekanan kronis ini menghambat aliran darah dari vena rektal dan menjadi sebab ambeien yang signifikan. Selain itu, obesitas seringkali terkait dengan gaya hidup sedentari dan pola makan yang buruk, yang merupakan faktor risiko lain untuk ambeien, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.
Seiring bertambahnya usia, jaringan ikat di dalam tubuh kita, termasuk yang menopang pembuluh darah di rektum dan anus, cenderung melemah dan meregang. Bantalan hemoroid yang dulunya kokoh di tempatnya menjadi lebih mudah turun (prolaps) dan membengkak. Otot-otot di sekitar saluran anus juga bisa kehilangan kekuatannya. Proses penuaan alami ini membuat individu yang lebih tua, biasanya di atas usia 50 tahun, lebih rentan terhadap ambeien, bahkan dengan tekanan yang lebih ringan dibandingkan saat mereka masih muda.
Meskipun bukan penyebab langsung, faktor genetik dapat memainkan peran. Beberapa orang mungkin mewarisi kecenderungan memiliki dinding pembuluh darah vena yang lebih lemah atau katup vena yang kurang efisien. Jika anggota keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) memiliki riwayat ambeien, kemungkinan Anda juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalaminya. Ini bukan berarti Anda pasti akan terkena ambeien, tetapi ini berarti Anda harus lebih waspada dan proaktif dalam menerapkan langkah-langkah pencegahan, seperti menjaga pola makan kaya serat dan berolahraga secara teratur.
Dalam beberapa kasus, ambeien bisa menjadi gejala atau akibat dari kondisi medis lain yang lebih serius, meskipun ini lebih jarang terjadi.
Pada kondisi sirosis hati yang parah, jaringan parut di hati menghalangi aliran darah normal yang melewatinya. Darah dari sistem pencernaan yang seharusnya mengalir melalui hati menjadi terhambat dan mencari jalan lain. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan pada vena-vena di sekitar esofagus, perut, dan juga rektum. Peningkatan tekanan ini, yang dikenal sebagai hipertensi portal, dapat menyebabkan pembengkakan vena rektal yang parah, yang secara fungsional sama dengan ambeien.
Kondisi seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan. Peradangan ini seringkali disertai dengan diare kronis, yang seperti telah dibahas, merupakan salah satu faktor risiko ambeien. Tekanan dan iritasi yang terus-menerus pada area anus akibat penyakit ini dapat memicu timbulnya ambeien.
Secara ringkas, sebab ambeien bukanlah sesuatu yang misterius. Hampir semuanya berakar pada satu konsep utama: tekanan berlebih dan berkelanjutan pada vena di area rektum dan anus. Tekanan ini paling sering disebabkan oleh kombinasi dari konstipasi kronis akibat diet rendah serat dan cairan, kebiasaan mengejan, duduk terlalu lama, kurangnya aktivitas fisik, serta kondisi seperti kehamilan dan obesitas.
Dengan memahami secara detail berbagai faktor pemicu ini, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang jauh lebih efektif. Mencegah ambeien pada dasarnya adalah tentang mengadopsi gaya hidup yang sehat bagi sistem pencernaan dan sirkulasi darah. Ini termasuk mengonsumsi makanan kaya serat, minum air yang cukup, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan ideal, dan menghindari kebiasaan buruk seperti duduk terlalu lama di toilet. Mengetahui penyebabnya memberdayakan kita untuk membuat pilihan yang lebih baik setiap hari demi kesehatan jangka panjang dan terbebas dari ketidaknyamanan akibat ambeien.