Tadabbur Artinya: Membuka Pintu Hati untuk Cahaya Al-Qur'an

Ilustrasi tadabbur Al-Qur'an, sebuah kitab terbuka dengan cahaya hikmah yang memancar dari atasnya.

Dalam samudra spiritualitas Islam, terdapat sebuah istilah yang memegang kunci untuk memahami pesan ilahi secara mendalam: tadabbur. Banyak dari kita mungkin sering mendengar kata ini, terutama dalam konteks interaksi dengan Al-Qur'an. Namun, sudahkah kita benar-benar memahami tadabbur artinya apa? Apakah ia sekadar membaca terjemahan, atau lebih dari itu? Artikel ini akan mengupas tuntas esensi dari tadabbur, sebuah perjalanan intelektual dan spiritual yang mengubah cara kita memandang Kalamullah.

Seringkali, interaksi kita dengan Al-Qur'an berhenti pada level tilawah (membaca) atau bahkan sekadar menjadikannya hiasan kaligrafi. Kita mengejar target untuk mengkhatamkan bacaan secepat mungkin, terkadang tanpa jeda untuk meresapi makna yang terkandung di dalamnya. Padahal, Al-Qur'an diturunkan bukan hanya untuk dilantunkan, melainkan untuk menjadi petunjuk hidup (hudan lin-nas). Petunjuk ini hanya bisa digali dan diinternalisasi melalui sebuah proses perenungan yang khusyuk, yang dikenal dengan nama tadabbur.

Memahami tadabbur artinya adalah langkah pertama untuk membuka gerbang hikmah Al-Qur'an. Ia adalah aktivitas yang melibatkan akal, hati, dan jiwa secara serempak. Ia adalah seni menyelami lautan makna di balik setiap huruf, kata, dan ayat, untuk kemudian menghubungkannya dengan realitas kehidupan kita, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Tanpa tadabbur, Al-Qur'an bisa terasa jauh dan asing; namun dengan tadabbur, ia menjadi sahabat terdekat yang senantiasa memberikan jawaban, ketenangan, dan arahan.

Membedah Makna "Tadabbur" dari Akar Kata hingga Terminologi

Untuk mengerti sebuah konsep secara utuh, kita perlu menelusurinya dari akarnya. Demikian pula dengan tadabbur. Pemahaman yang komprehensif dimulai dari aspek bahasa (etimologi) hingga penggunaannya dalam istilah syar'i (terminologi).

Etimologi: Melihat Apa yang Ada di Balik

Kata "tadabbur" (تدبّر) berasal dari akar kata dalam bahasa Arab, yaitu د-ب-ر (Dal-Ba-Ra). Akar kata ini memiliki makna dasar yang berkaitan dengan 'bagian belakang', 'akhir', 'ujung', atau 'akibat' dari sesuatu. Dari sini, kita bisa melihat kata-kata turunan seperti dubur (bagian belakang), adbara (berpaling/pergi), dan tadbir (pengaturan/perencanaan, yang melibatkan pemikiran tentang akibat di masa depan).

Dari akar kata inilah, "tadabbur" secara harfiah berarti memikirkan atau merenungkan akibat, kesudahan, atau apa yang ada di balik sesuatu. Ini bukan sekadar melihat permukaan, melainkan sebuah upaya untuk menembus lapisan luar dan memahami esensi, tujuan, dan konsekuensi yang lebih dalam. Jika kita terapkan pada Al-Qur'an, tadabbur artinya bukan hanya membaca teks yang terlihat, tetapi juga merenungkan makna yang tersirat, hikmah di balik perintah dan larangan, serta relevansi pesan tersebut hingga akhir zaman.

Terminologi: Definisi Para Ulama

Para ulama Islam telah memberikan definisi yang kaya mengenai tadabbur. Secara umum, tadabbur artinya adalah proses perenungan yang mendalam terhadap ayat-ayat Al-Qur'an untuk memahami maksud, tujuan, petunjuk, dan hikmah yang terkandung di dalamnya, serta mengaitkannya dengan kondisi hati dan realitas kehidupan untuk menghasilkan perubahan positif.

Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa tadabbur adalah memikirkan ayat-ayat hingga seseorang mengetahui maksud dari firman Allah. Ibnu Al-Qayyim, seorang ulama besar yang banyak menulis tentang amalan hati, menggambarkan tadabbur sebagai tantangan bagi akal untuk memahami dan mengenal. Beliau menyatakan bahwa tadabbur adalah melihat pada akibat-akibat dari berbagai urusan dan hasil-hasil akhirnya. Dalam konteks Al-Qur'an, ini berarti merenungkan bagaimana setiap ayat membawa kita pada pengenalan akan Allah, jalan yang lurus, serta kondisi di akhirat kelak.

Singkatnya, tadabbur adalah aktivitas holistik yang melibatkan:

  • Akal (Al-'Aql): Untuk berpikir, menganalisis, dan memahami makna literal dan kontekstual.
  • Hati (Al-Qalb): Untuk merasakan, meresapi, dan membiarkan ayat-ayat tersebut menyentuh jiwa, menumbuhkan rasa takut, harap, cinta, dan pengagungan kepada Allah.
  • Jiwa (An-Nafs): Untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah) dan berkomitmen untuk mengamalkan petunjuk yang telah dipahami.

Perbedaan Tadabbur dengan Konsep Lainnya

Untuk mempertajam pemahaman, penting untuk membedakan tadabbur dari aktivitas lain yang juga berkaitan dengan Al-Qur'an.

Tadabbur vs. Tilawah (Membaca)

Tilawah adalah membaca lafaz Al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid. Ini adalah pintu gerbang pertama dan merupakan ibadah yang mulia. Setiap hurufnya mendatangkan pahala. Namun, tadabbur adalah langkah selanjutnya. Tilawah fokus pada lisan dan pendengaran, sementara tadabbur fokus pada akal dan hati. Seseorang bisa melakukan tilawah tanpa tadabbur, tetapi tadabbur yang ideal didahului oleh tilawah yang baik. Tujuan tilawah adalah pelafalan yang benar, sedangkan tujuan tadabbur adalah pemahaman yang mendalam.

Tadabbur vs. Tafsir (Penjelasan)

Tafsir adalah ilmu untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan yang baku, seperti ilmu bahasa Arab, asbabun nuzul (sebab turunnya ayat), nasikh-mansukh, dan hadits-hadits penjelas. Tafsir bersifat ilmiah, objektif, dan biasanya dilakukan oleh para ulama yang ahli di bidangnya. Di sisi lain, tadabbur adalah buah dari tafsir. Ia adalah perenungan personal seorang hamba setelah ia memahami makna dasar ayat melalui terjemahan atau tafsir. Tafsir memberikan "apa" makna sebuah ayat, sedangkan tadabbur adalah tentang "bagaimana" makna itu relevan dan berimplikasi bagi diri saya. Tafsir adalah ilmu, tadabbur adalah perenungan dan amalan hati. Keduanya saling melengkapi; tafsir yang benar menjadi fondasi bagi tadabbur yang lurus.

Urgensi Tadabbur: Perintah Langsung dari Sang Pencipta

Pentingnya tadabbur bukanlah kesimpulan atau anjuran dari manusia semata. Ia adalah perintah eksplisit yang Allah sebutkan berulang kali di dalam Al-Qur'an. Ini menunjukkan bahwa interaksi yang Allah inginkan dari hamba-Nya terhadap kitab-Nya bukanlah interaksi yang pasif dan dangkal.

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi (memperhatikan dengan saksama) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29)

Ayat ini dengan sangat jelas menyebutkan tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an yang penuh berkah: supaya ayat-ayatnya ditadabburi (liyad-dabbaruu aayaatihi). Allah menggunakan bentuk kata kerja jamak, menunjukkan bahwa perintah ini berlaku untuk semua manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur'an. Hasil dari tadabbur ini adalah tadzakkur (mengambil pelajaran), yang hanya bisa dicapai oleh ulul albab (orang-orang yang memiliki akal sehat dan hati yang bersih). Ayat ini secara lugas menyatakan bahwa keberkahan Al-Qur'an baru bisa diraih secara optimal melalui proses tadabbur.

Di ayat lain, Allah bahkan menegur mereka yang enggan melakukan tadabbur, seolah-olah hati mereka telah terkunci rapat dari menerima petunjuk.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

"Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad: 24)

Pertanyaan retoris dalam ayat ini mengandung celaan yang keras. Allah seakan-akan berkata, "Bagaimana mungkin kalian berpaling dari petunjuk yang begitu jelas ini? Apakah ada penghalang yang lebih besar dari hati yang telah terkunci?" Ini mengindikasikan bahwa keengganan untuk mentadabburi Al-Qur'an adalah sebuah penyakit hati yang serius. Kunci-kunci yang mengunci hati itu bisa berupa kesombongan, dosa yang menumpuk, atau kecintaan yang berlebihan terhadap dunia. Tadabbur adalah salah satu cara untuk membuka gembok-gembok tersebut.

Allah juga menantang orang-orang yang meragukan Al-Qur'an untuk mentadabburinya, karena di dalamnya mereka tidak akan menemukan pertentangan sedikit pun, yang membuktikan bahwa ia berasal dari sisi Allah.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

"Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur'an? Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-Nisa: 82)

Ayat ini menunjukkan bahwa tadabbur adalah sarana untuk meraih keyakinan (yaqin). Dengan merenungkan susunan katanya yang indah, konsistensi ajarannya, pemberitaannya tentang hal gaib yang terbukti benar, serta keajaiban ilmiahnya, seseorang akan sampai pada kesimpulan yang tak terbantahkan bahwa kitab ini mustahil karangan manusia. Ia adalah mukjizat yang abadi.

Buah Manis dan Manfaat Agung dari Tadabbur Al-Qur'an

Melakukan tadabbur bukanlah sekadar aktivitas intelektual yang kering. Ia adalah sebuah perjalanan spiritual yang akan mendatangkan berbagai buah manis dan manfaat luar biasa bagi kehidupan seorang mukmin, baik di dunia maupun di akhirat. Berikut adalah sebagian dari manfaat-manfaat tersebut:

1. Meningkatkan dan Mengokohkan Keimanan

Iman bukanlah sesuatu yang statis; ia bisa bertambah dan berkurang. Salah satu cara paling efektif untuk menyuburkan dan memperkuat iman adalah dengan mentadabburi Al-Qur'an. Ketika seseorang merenungkan ayat-ayat tentang kebesaran ciptaan Allah di alam semesta, ketelitian-Nya dalam mengatur segala urusan, atau keadilan-Nya dalam setiap syariat, hatinya akan dipenuhi dengan pengagungan. Saat membaca kisah para nabi dan pertolongan Allah kepada mereka, keyakinannya akan janji Allah akan semakin kokoh. Tadabbur mengubah iman dari sekadar keyakinan warisan menjadi keyakinan yang berbasis pada bukti dan perenungan.

2. Menumbuhkan Rasa Takut (Khauf) dan Harap (Raja')

Hati seorang mukmin terbang menuju Allah dengan dua sayap: rasa takut dan harap. Keduanya harus seimbang. Tadabbur Al-Qur'an adalah cara terbaik untuk menyeimbangkan keduanya. Ketika membaca ayat-ayat tentang azab neraka, siksa bagi orang-orang zalim, dan murka Allah, akan tumbuh rasa takut yang mencegah kita dari berbuat maksiat. Sebaliknya, ketika merenungkan ayat-ayat tentang luasnya rahmat Allah, ampunan-Nya yang tak terbatas, dan keindahan surga yang dijanjikan, akan tumbuh rasa harap yang memotivasi kita untuk terus berbuat kebaikan dan tidak putus asa dari rahmat-Nya.

3. Memberikan Ketenangan Jiwa dan Penyembuh Hati

Allah menyebut Al-Qur'an sebagai syifa' (penyembuh) bagi apa yang ada di dalam dada. Hati manusia seringkali dilanda berbagai penyakit, seperti keraguan, kegelisahan, iri, dengki, dan kesedihan. Tadabbur adalah proses terapi ilahi. Ayat-ayat Al-Qur'an yang direnungkan akan masuk ke dalam relung hati, membersihkan kotoran-kotoran spiritual, dan menggantinya dengan ketenangan (sakinah). Saat galau, ayat-ayat tentang kesabaran akan menenangkan. Saat cemas akan rezeki, ayat-ayat tentang jaminan Allah akan menentramkan. Inilah makna sesungguhnya dari "dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."

4. Menjadi Sumber Solusi dan Petunjuk Hidup

Al-Qur'an adalah manual kehidupan yang paling lengkap. Setiap problematika yang dihadapi manusia, baik dalam skala personal, keluarga, masyarakat, hingga negara, solusinya terdapat di dalam Al-Qur'an. Namun, solusi ini tidak akan muncul begitu saja. Ia perlu digali melalui tadabbur. Dengan merenungkan kisah-kisah umat terdahulu, kita belajar dari kesalahan mereka. Dengan mentadabburi ayat-ayat hukum, kita mendapatkan panduan dalam berinteraksi. Dengan meresapi ayat-ayat tentang akhlak, kita menemukan cara terbaik untuk membangun karakter. Tadabbur menjadikan Al-Qur'an sebagai konsultan utama dalam setiap persimpangan jalan kehidupan.

5. Mendekatkan Diri dan Mengenal Allah (Ma'rifatullah)

Tujuan tertinggi dari penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan mengenal Penciptanya. Tadabbur adalah salah satu sarana ma'rifatullah yang paling agung. Melalui Al-Qur'an, Allah memperkenalkan diri-Nya. Kita mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia (Asma'ul Husna). Kita belajar tentang keagungan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kasih sayang-Nya, dan keadilan-Nya. Semakin dalam seseorang mentadabburi Al-Qur'an, semakin ia akan mengenal Tuhannya, dan semakin besar pula rasa cinta, pengagungan, dan ketundukannya kepada-Nya. Tadabbur adalah dialog antara hamba dengan Rabb-nya.

6. Memperbaiki Akhlak dan Membentuk Karakter Qur'ani

Aisyah radhiyallahu 'anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an." Ini berarti bahwa seluruh ajaran, nilai, dan etika dalam Al-Qur'an telah terinternalisasi dan terwujud dalam pribadi Rasulullah. Jalan untuk meneladani beliau adalah dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai cermin bagi diri kita melalui tadabbur. Ketika kita merenungkan ayat tentang kejujuran, kita akan termotivasi untuk berlaku jujur. Ketika membaca tentang perintah memaafkan, hati kita akan dilapangkan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Tadabbur secara perlahan tapi pasti akan mengikis akhlak buruk dan menggantinya dengan karakter Qur'ani yang mulia.

Langkah-Langkah Praktis untuk Memulai Perjalanan Tadabbur

Mungkin sebagian dari kita merasa bahwa tadabbur adalah sesuatu yang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh para ulama. Anggapan ini keliru. Tadabbur adalah untuk semua orang, pada levelnya masing-masing. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa diikuti oleh siapa saja untuk memulai perjalanan indah bersama Al-Qur'an.

1. Niat yang Ikhlas dan Doa

Segala sesuatu dimulai dari niat. Luruskan niat bahwa Anda melakukan tadabbur semata-mata untuk mencari ridha Allah, untuk memahami firman-Nya, dan untuk memperbaiki diri. Jauhkan niat untuk mencari popularitas, berdebat, atau tujuan duniawi lainnya. Mulailah dengan berdoa, memohon kepada Allah agar dibukakan pintu pemahaman dan hikmah. Ucapkan doa seperti, "Ya Allah, ajarkanlah aku apa yang bermanfaat bagiku, berilah aku manfaat dari apa yang Engkau ajarkan, dan tambahkanlah ilmuku."

2. Bersuci Lahir dan Batin

Sebagaimana kita berwudhu untuk menyentuh mushaf, sucikan juga hati kita sebelum memulai tadabbur. Lakukan istighfar, mohon ampun atas segala dosa dan kelalaian yang mungkin menjadi penghalang bagi cahaya Al-Qur'an untuk masuk ke dalam hati. Hati yang bersih lebih mudah menerima petunjuk dan hikmah.

3. Pilih Waktu dan Tempat yang Kondusif

Tadabbur membutuhkan fokus dan ketenangan. Pilihlah waktu di mana pikiran Anda sedang jernih dan tidak banyak gangguan, seperti sepertiga malam terakhir, setelah shalat subuh, atau waktu senggang lainnya. Carilah tempat yang tenang, bersih, dan nyaman, di mana Anda bisa sendirian bersama Al-Qur'an tanpa interupsi dari gawai atau orang lain.

4. Baca dengan Tartil (Perlahan dan Jelas)

Jangan terburu-buru. Bacalah ayat-ayat Al-Qur'an dengan tartil, yaitu perlahan, jelas, dan sesuai dengan kaidah tajwid. Membaca dengan tartil membantu lisan, telinga, dan hati untuk bekerja sama dalam meresapi setiap kata. Rasakan seolah-olah Allah sedang berbicara langsung kepada Anda melalui ayat-ayat tersebut.

5. Pahami Terjemahan dan Makna Dasar

Ini adalah langkah krusial. Jika Anda bukan penutur bahasa Arab, bacalah terjemahan ayat yang sedang Anda tadabburi. Jika perlu, buka aplikasi atau buku tafsir ringkas (seperti Tafsir Al-Muyassar atau Tafsir Ibnu Katsir ringkas) untuk memahami konteks dan makna dasar dari ayat tersebut. Ini akan memberikan fondasi yang kuat untuk perenungan lebih lanjut.

6. Ajukan Pertanyaan Reflektif pada Diri Sendiri

Inilah inti dari tadabbur. Setelah memahami makna dasar, mulailah berdialog dengan ayat tersebut dan dengan diri Anda sendiri. Ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • Apa pesan utama yang Allah ingin sampaikan kepadaku melalui ayat ini?
  • Nama atau sifat Allah apa yang disebutkan, dan bagaimana itu relevan dengan hidupku?
  • Bagaimana ayat ini berhubungan dengan kondisiku saat ini? Apakah ini teguran, kabar gembira, atau pengingat?
  • Perintah apa yang ada di dalamnya yang harus aku laksanakan?
  • Larangan apa yang harus aku tinggalkan?
  • Kisah siapa yang diceritakan, dan pelajaran apa yang bisa kuambil?
  • Bagaimana aku bisa mengamalkan ayat ini dalam 24 jam ke depan?

7. Ulangi Ayat yang Menyentuh Hati

Jika ada satu ayat yang terasa begitu "mengena" dan menyentuh hati Anda, jangan ragu untuk berhenti dan mengulang-ulangnya. Para salafus shalih seringkali mengulang satu ayat sepanjang malam, menangis, dan merenungkannya. Pengulangan ini membantu makna untuk meresap lebih dalam ke jiwa.

8. Catat Hasil Perenungan (Tadabbur Journaling)

Sediakan buku catatan khusus atau gunakan aplikasi catatan untuk menuliskan hasil tadabbur Anda. Tuliskan ayatnya, tanggal, dan semua pemahaman, perasaan, atau komitmen yang muncul saat merenungkannya. Menulis membantu mengorganisir pikiran dan menjadi pengingat di kemudian hari. Ini juga akan menjadi jejak perjalanan spiritual Anda bersama Al-Qur'an.

9. Berusaha Mengamalkan dan Mendakwahkan

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Buah sejati dari tadabbur adalah perubahan dalam sikap dan perbuatan. Setelah mendapatkan petunjuk, berusahalah sekuat tenaga untuk mengamalkannya. Kemudian, jika memungkinkan, bagikan pemahaman yang Anda dapatkan kepada keluarga atau teman terdekat. Ini akan semakin mengokohkan ilmu tersebut di dalam diri Anda.

Halangan dalam Bertadabbur dan Cara Mengatasinya

Perjalanan tadabbur tidak selalu mulus. Ada berbagai rintangan internal maupun eksternal yang bisa menghalangi seseorang. Mengenali rintangan ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

1. Dosa dan Maksiat yang Menutupi Hati

Dosa ibarat noda hitam yang menutupi cermin hati. Semakin banyak dosa, semakin buram cermin tersebut, sehingga sulit memantulkan cahaya petunjuk Al-Qur'an. Inilah yang dimaksud dengan hati yang terkunci.
Solusi: Taubat Nasuha. Perbanyak istighfar setiap saat, sesali perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya, dan iringi dengan amal kebaikan. Hati yang bersih akan lebih peka terhadap pesan-pesan Al-Qur'an.

2. Kesibukan Dunia yang Melalaikan

Ritme kehidupan modern yang serba cepat seringkali membuat kita merasa tidak punya waktu. Urusan pekerjaan, keluarga, dan hiburan menyita seluruh energi dan waktu kita, sehingga berinteraksi dengan Al-Qur'an menjadi prioritas paling bawah.
Solusi: Manajemen Prioritas. Sadari bahwa waktu untuk Al-Qur'an bukanlah waktu sisa, melainkan investasi terbaik untuk keberkahan seluruh waktu kita. Alokasikan waktu khusus setiap hari untuk tadabbur, meskipun hanya 10-15 menit. Jadikan ia sebagai kebutuhan, bukan sekadar kegiatan pengisi waktu luang.

3. Merasa Tidak Mampu atau Kurang Ilmu

Bisikan setan seringkali datang dalam bentuk, "Kamu bukan ulama, kamu tidak paham bahasa Arab, bagaimana mungkin kamu bisa mentadabburi Al-Qur'an?" Perasaan minder ini membuat banyak orang enggan mencoba.
Solusi: Mulai dari yang Sederhana. Ingatlah bahwa tadabbur artinya adalah untuk semua level. Mulailah dengan membaca terjemahan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dasar pada diri sendiri. Tadabbur bukan tentang mengeluarkan hukum fiqih, tetapi tentang mengambil pelajaran personal. Allah menilai usaha, bukan kesempurnaan hasil.

4. Tergesa-gesa Mengejar Target Kuantitas

Fokus pada target "berapa juz yang sudah dibaca" seringkali mengalahkan kualitas interaksi. Keinginan untuk cepat khatam membuat kita membaca dengan cepat tanpa jeda untuk merenung.
Solusi: Ubah Mindset dari Kuantitas ke Kualitas. Membaca satu ayat dengan tadabbur dan pemahaman yang mendalam jauh lebih baik daripada membaca satu juz dengan hati yang lalai. Tetapkan target tadabbur, misalnya "hari ini saya akan mentadabburi 3 ayat" daripada "hari ini saya akan membaca 1 juz."

5. Godaan Setan dan Rasa Malas

Setan tidak akan pernah rela melihat seorang hamba dekat dengan Al-Qur'an. Ia akan membisikkan rasa malas, kantuk, atau mengalihkan perhatian kita pada hal-hal lain saat kita hendak memulai tadabbur.
Solusi: Perkuat Perlindungan Diri. Mulailah dengan membaca ta'awwudz (A'udzu billahi minasy syaithanir rajim). Paksakan diri (mujahadah) untuk konsisten, karena kebiasaan baik perlu dibangun dengan perjuangan. Ingatlah selalu betapa besar pahala dan manfaat yang akan didapatkan.

🏠 Homepage