Pertanyaan mengenai deskripsi fisik, khususnya tinggi Nabi Muhammad SAW, merupakan sebuah pencarian yang lahir dari rasa cinta dan rindu yang mendalam dari umatnya. Umat Islam di seluruh dunia, yang terpisah jarak dan waktu ribuan tahun, senantiasa merindukan sosok agung yang membawa risalah kebenaran. Mempelajari Syamail Muhammadiyah—kumpulan riwayat yang menggambarkan sifat dan fisik Rasulullah—adalah salah satu cara untuk menautkan hati dan mendekatkan jiwa kepada beliau. Ini bukan sekadar rasa penasaran, melainkan upaya untuk membangun gambaran mental yang lebih utuh tentang manusia paling mulia yang pernah berjalan di muka bumi.
Para sahabat radhiyallahu 'anhum, dengan ketelitian dan cinta yang luar biasa, telah merekam setiap detail kehidupan Rasulullah SAW. Dari cara beliau berjalan, tersenyum, hingga ciri-ciri fisik yang paling spesifik, semuanya terabadikan dalam riwayat-riwayat hadis yang otentik. Melalui jendela hadis inilah kita dapat menelusuri dan memahami bagaimana perawakan Sang Nabi. Jawaban atas pertanyaan tentang tinggi badan beliau tidak hanya memberikan informasi angka atau kategori, tetapi juga membuka pemahaman tentang kesempurnaan dan keharmonisan ciptaan Allah SWT yang terwujud dalam diri Rasulullah SAW.
Jawaban Langsung dari Riwayat Hadis
Untuk mengetahui tinggi Nabi Muhammad SAW, sumber utama dan paling tepercaya adalah kesaksian para sahabat yang hidup bersama beliau. Beberapa sahabat telah memberikan deskripsi yang sangat jelas dan konsisten. Salah satu riwayat yang paling sering dikutip berasal dari Anas bin Malik RA, seorang sahabat yang telah berkhidmat kepada Nabi selama sepuluh tahun.
Dari Anas bin Malik RA, beliau berkata, "Rasulullah SAW adalah seorang yang rab'ah (sedang/ideal), tidak terlalu tinggi menjulang (laisa bith-thawilil-ba'in) dan tidak pula pendek (wa la bil-qashir)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Istilah yang digunakan dalam hadis ini sangatlah presisi. Kata "rab'ah" sering diterjemahkan sebagai "sedang" atau "pertengahan". Namun, maknanya lebih dalam dari sekadar rata-rata. Ia menyiratkan sebuah proporsi yang ideal, seimbang, dan paling enak dipandang mata. Beliau bukanlah sosok yang tingginya mencolok di antara keramaian, tetapi juga bukan sosok yang tenggelam karena perawakannya yang pendek. Ini adalah tinggi badan yang sempurna, yang memancarkan kewibawaan tanpa menimbulkan rasa gentar yang berlebihan.
Penjelasan lebih lanjut diperkuat oleh hadis dari Al-Bara' bin 'Azib RA, yang memberikan gambaran yang serupa namun dengan tambahan detail yang indah.
Al-Bara' bin 'Azib RA berkata, "Rasulullah SAW adalah orang yang perawakannya paling indah. Beliau memiliki postur tubuh yang sedang (marbu'), bahunya bidang..." (HR. Bukhari)
Kata "marbu'" yang digunakan di sini memiliki akar kata yang sama dengan "rab'ah" dan menguatkan makna proporsi yang ideal. Jadi, dari dua riwayat utama ini, dapat disimpulkan dengan sangat jelas bahwa tinggi Nabi Muhammad SAW berada dalam kategori sedang, sebuah postur yang ideal dan seimbang. Beliau tidak bisa digolongkan sebagai orang yang sangat tinggi, juga tidak bisa disebut sebagai orang yang pendek.
Fenomena Unik: Tampak Lebih Tinggi Saat Berjalan Bersama
Meskipun secara umum digambarkan memiliki tinggi badan yang sedang, terdapat sebuah fenomena menarik yang disaksikan oleh para sahabat. Ketika Rasulullah SAW berjalan bersama orang lain, bahkan dengan orang yang sangat tinggi sekalipun, beliau akan tampak lebih tinggi dari mereka. Ini bukan ilusi optik, melainkan salah satu bentuk kemuliaan (khashais) yang Allah berikan kepada beliau.
Kisah ini seringkali dinukil dalam kitab-kitab sirah. Ketika beliau berjalan di antara para sahabatnya atau di tengah kerumunan, pandangan mata seakan-akan selalu tertuju pada beliau. Postur beliau yang seimbang, ditambah dengan kewibawaan ilahiah, membuat beliau tampak menonjol. Ini bukanlah sebuah kesombongan, melainkan manifestasi dari keagungan risalah yang beliau emban. Allah SWT menjaga penampilan Nabi-Nya agar senantiasa terlihat mulia dan berwibawa di hadapan umat manusia.
Keunikan ini mengajarkan kita bahwa ukuran fisik bukanlah satu-satunya penentu keagungan seseorang. Kewibawaan (haibah) Rasulullah SAW terpancar dari kesempurnaan akhlak, cahaya kenabian, dan kebenaran yang beliau bawa. Postur fisiknya yang ideal hanyalah pelengkap dari keindahan batin yang tak tertandingi. Fenomena ini menunjukkan bahwa keagungan beliau melampaui ukuran-ukuran fisik yang biasa digunakan oleh manusia.
Deskripsi Fisik yang Melengkapi Gambaran Kesempurnaan
Memahami tinggi Nabi Muhammad SAW menjadi lebih lengkap ketika kita melihatnya sebagai bagian dari sebuah kesatuan fisik yang harmonis dan sempurna. Para sahabat tidak hanya meriwayatkan tinggi badan beliau, tetapi juga berbagai detail lain yang melukiskan potret yang utuh. Deskripsi ini menunjukkan bahwa setiap bagian dari tubuh beliau diciptakan dalam bentuk yang terbaik.
Postur dan Bentuk Tubuh
Selain tingginya yang sedang, Rasulullah SAW memiliki postur yang tegap dan kokoh. Beliau tidak gemuk dan tidak pula kurus. Dadanya bidang dan lebar, menunjukkan kekuatan dan kelapangan hati. Jarak antara kedua bahunya juga lebar, sebuah ciri yang sering dihubungkan dengan kekuatan fisik dan keberanian. Perut beliau rata dengan dada, tidak buncit, menandakan gaya hidup yang sehat dan aktif. Seluruh persendian tulangnya kokoh dan kuat. Ketika berjalan, beliau melangkah dengan mantap dan cepat, seakan-akan sedang menuruni sebuah tanjakan, penuh dengan energi dan tujuan.
Warna Kulit yang Bercahaya
Warna kulit beliau juga sering dideskripsikan dengan sangat indah. Beliau tidaklah putih pucat (amhaq) dan tidak pula gelap (adam). Kulitnya digambarkan sebagai "azhar al-laun", yaitu putih kemerah-merahan yang cerah dan bercahaya. Anas bin Malik RA menggambarkan bahwa kulit beliau seolah-olah terbuat dari perak. Cahaya yang terpancar dari wajah dan kulit beliau bukanlah sekadar pantulan cahaya biasa, melainkan cahaya kenabian yang membuat siapa pun yang memandangnya merasa damai dan takjub.
Wajah yang Lebih Indah dari Rembulan
Wajah Rasulullah SAW adalah puncak dari keindahan fisik beliau. Para sahabat seringkali kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya. Jabir bin Samurah RA pernah membandingkan wajah Nabi dengan rembulan di malam purnama.
Jabir bin Samurah RA berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah SAW pada suatu malam yang terang benderang disinari bulan purnama. Saat itu beliau mengenakan pakaian berwarna merah. Aku pun mulai membandingkan antara beliau dengan rembulan. Sungguh, menurutku, beliau jauh lebih indah daripada rembulan itu sendiri." (HR. Tirmidzi)
Wajah beliau berbentuk bulat namun tidak terlalu bundar, dengan dahi yang lebar dan rata. Alisnya melengkung indah, tebal, dan hitam pekat, namun tidak menyambung di tengah. Di antara kedua alisnya terdapat urat yang akan tampak menonjol ketika beliau marah karena kebenaran dilanggar. Matanya indah, dengan bagian putih yang sangat jernih dan bagian hitam yang sangat pekat (syadid sawad al-'ain). Bulu matanya panjang dan lentik secara alami. Hidungnya mancung dengan bagian atas yang sedikit meninggi. Mulutnya pas, tidak terlalu lebar, dan giginya putih bersih serta sedikit renggang di bagian depan (aflaj al-tsanaya). Ketika beliau berbicara, seolah-olah ada cahaya yang keluar dari sela-sela giginya. Dan yang paling menawan adalah senyumnya. Beliau adalah orang yang paling sering tersenyum, dan senyumannya mampu menentramkan hati yang gundah.
Rambut dan Janggut yang Terawat
Rambut beliau tidak lurus kaku dan tidak pula keriting ikal. Rambutnya berombak indah (rajil), hitam pekat, dan terawat dengan baik. Terkadang panjangnya mencapai pertengahan telinga, dan terkadang hingga menyentuh bahu. Beliau biasa menyisirnya dengan rapi, terkadang membelahnya di tengah. Uban di rambut dan janggut beliau sangat sedikit, bahkan hingga akhir hayatnya, jumlahnya tidak lebih dari dua puluh helai.
Janggut beliau lebat (kats al-lihyah) dan beliau memeliharanya dengan baik. Ini adalah cerminan dari kesempurnaan dan kewibawaan seorang pria, serta pelaksanaan dari sunnah para nabi sebelumnya.
Tangan dan Kaki yang Kokoh
Telapak tangan Rasulullah SAW lebar dan terasa lebih lembut dari sutera. Para sahabat yang pernah bersalaman dengan beliau meriwayatkan bahwa keharuman tangannya melebihi wangi kesturi dan parfum terbaik, dan keharuman itu akan menempel selama berhari-hari. Jari-jemarinya panjang dan kokoh. Lengan dan betisnya berisi, tidak kurus. Telapak kakinya berisi dan bagian tengahnya sedikit melengkung, sehingga tidak sepenuhnya menapak tanah, yang menjadikannya tidak mudah lelah saat berjalan jauh. Ketika melangkah, beliau mengangkat kakinya dengan mantap.
Di Balik Fisik: Cerminan Akhlak yang Agung
Penting untuk dipahami bahwa deskripsi fisik Rasulullah SAW, termasuk tingginya yang ideal, tidak dapat dipisahkan dari keagungan akhlaknya. Kesempurnaan fisik beliau adalah cerminan dari kesempurnaan batinnya. Allah SWT menciptakan Rasul-Nya dalam bentuk fisik yang paling indah dan seimbang untuk menjadi wadah bagi akhlak yang paling mulia.
Postur tubuhnya yang tegap dan kokoh mencerminkan keteguhan hatinya dalam menghadapi cobaan dakwah. Bahunya yang bidang seolah melambangkan kemampuannya memikul amanah risalah yang berat. Wajahnya yang bercahaya adalah pantulan dari hatinya yang bersih dan penuh cahaya keimanan. Senyumnya yang menawan adalah ekspresi dari sifatnya yang penuh kasih sayang (rahmah) dan kelembutan.
Oleh karena itu, ketika kita mempelajari tentang tinggi Nabi Muhammad SAW, kita tidak sedang membicarakan statistik fisik yang kering. Kita sedang menyelami sebuah samudera keindahan yang memadukan kesempurnaan lahir dan batin. Setiap detail fisiknya adalah tanda kebesaran Allah dan pemuliaan terhadap utusan-Nya. Ini menguatkan keyakinan kita bahwa beliau adalah manusia pilihan yang disiapkan secara sempurna untuk tugas yang paling agung.
Kesimpulan: Keindahan yang Menuntun pada Cinta
Jadi, jawaban atas pertanyaan "Berapa tinggi Nabi Muhammad SAW?" adalah bahwa beliau memiliki postur tubuh yang sedang (rab'ah), tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Ini adalah sebuah proporsi yang paling ideal, seimbang, dan enak dipandang. Namun, pemahaman ini tidak berhenti di situ. Tinggi badan beliau adalah satu keping dari mozaik keindahan yang jauh lebih besar.
Beliau adalah sosok dengan perawakan yang paling harmonis, postur yang kokoh, wajah yang lebih indah dari rembulan, dan kulit yang bercahaya. Setiap aspek fisiknya memancarkan kewibawaan sekaligus kelembutan, mengundang rasa hormat (haibah) dan cinta (mahabbah) secara bersamaan. Fenomena di mana beliau tampak lebih tinggi dari orang di sekitarnya saat berjalan menunjukkan kemuliaan khusus yang Allah anugerahkan kepadanya.
Mempelajari deskripsi fisik Rasulullah SAW adalah sebuah ibadah hati. Ia menumbuhkan rasa rindu, mempertebal cinta, dan memotivasi kita untuk meneladani akhlaknya yang mulia. Sebab pada akhirnya, keindahan fisik beliau adalah penjelmaan dari keindahan ruh dan karakternya. Semoga dengan mengenal beliau lebih dekat melalui deskripsi ini, kita semakin terdorong untuk mengikuti jejak langkahnya, mengamalkan sunnahnya, dan berharap dapat berkumpul bersamanya di surga kelak. Amin.