Aji Saka Adalah: Legenda & Sejarah Awal Mula Aksara

Simbol Aksara Kuno

Ketika kita berbicara tentang sejarah awal mula peradaban dan kebudayaan di Nusantara, khususnya yang berkaitan dengan penulisan dan aksara, satu nama yang sering kali muncul adalah Aji Saka. Pertanyaan "Aji Saka adalah siapa?" sering kali menjadi titik awal untuk menggali lebih dalam mengenai legenda yang kaya ini. Aji Saka bukanlah sekadar tokoh fiksi semata, melainkan representasi simbolis dari pengenalan dan penyebaran sistem penulisan serta kalender di tanah Jawa. Kisah Aji Saka diyakini sebagai penanda transisi dari masa prasejarah yang bersifat lisan menjadi era sejarah yang mulai tercatat.

Legenda Awal Mula Kehidupan dan Aksara di Tanah Jawa

Menurut cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi, Aji Saka berasal dari negeri seberang, sering disebut sebagai negeri Alengka atau India. Kedatangannya ke tanah Jawa disambut baik oleh penduduk setempat. Ia tidak datang dengan tangan kosong, melainkan membawa serta pengetahuan dan peradaban yang lebih maju. Salah satu kontribusi terpenting yang dikaitkan dengan Aji Saka adalah pengenalan sistem penanggalan dan kalender Masehi yang kemudian beradaptasi dengan perhitungan lokal.

Kisah yang paling terkenal terkait Aji Saka adalah tentang perseteruannya dengan Patih Dewata Cengkar. Dewata Cengkar digambarkan sebagai sosok raja yang kejam, haus kekuasaan, dan gemar memakan manusia. Aji Saka datang untuk menumpas kezaliman ini. Dalam sebuah ujian yang diberikan oleh Dewata Cengkar, Aji Saka diminta untuk membawa tanahtanah (tanah) dari bumi pertiwi. Bukannya membawa tanah dalam arti harfiah, Aji Saka justru memerintahkan rakyatnya untuk menancapkan tombak di berbagai tempat di seluruh penjuru negeri. Dengan menggunakan tombak-tombak tersebut, Aji Saka kemudian mengumpulkan tanah dari setiap ujung tombak. Hal ini melambangkan penguasaan wilayah dan kesatuan tanah Jawa di bawah kepemimpinannya.

Pertarungan Aji Saka melawan Dewata Cengkar menjadi simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan, kebenaran atas kezaliman. Setelah mengalahkan Dewata Cengkar, Aji Saka kemudian mendirikan kerajaannya dan menjadi raja yang bijaksana. Di bawah pemerintahannya, peradaban mulai berkembang pesat.

Peran Aji Saka dalam Konteks Aksara dan Budaya

Salah satu aspek yang paling penting dari legenda Aji Saka adalah kaitannya dengan pengenalan aksara. Meskipun tidak ada bukti sejarah langsung yang menyatakan Aji Saka sebagai penemu aksara, banyak tradisi lisan yang mengaitkan dirinya dengan penyebaran huruf dan cara menulis. Dalam tradisi Jawa, seringkali disebutkan bahwa Aji Saka memperkenalkan aksara Ngada atau aksara yang menjadi cikal bakal aksara Jawa yang kita kenal saat ini.

Aksara Jawa sendiri memiliki sejarah panjang dan kompleks, dengan akar yang tertelusur kembali ke aksara Brahmi dari India. Kedatangan agama dan budaya dari India membawa serta sistem penulisan ini. Legenda Aji Saka berfungsi sebagai jembatan budaya, menghubungkan kedatangan pengaruh asing dengan perkembangan lokal. Ia menjadi personifikasi dari era baru ketika masyarakat mulai memiliki alat untuk mencatat peristiwa, hukum, sastra, dan pengetahuan, bukan hanya mengandalkan ingatan.

Penting untuk dicatat bahwa legenda Aji Saka lebih merupakan narasi mitologis daripada catatan sejarah yang akurat. Namun, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sangatlah penting. Ia mewakili:

Aji Saka di Luar Legenda: Konteks Sejarah

Secara historis, aksara di Jawa mulai berkembang pesat pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Mataram Kuno. Bukti tertulis tertua yang ditemukan berasal dari abad ke-4 Masehi dalam bentuk prasasti yang menggunakan aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Seiring waktu, aksara Pallawa ini mengalami evolusi dan adaptasi menjadi berbagai jenis aksara lokal, termasuk aksara Kawi dan akhirnya aksara Jawa yang lebih modern.

Legenda Aji Saka, meskipun bersifat mitologis, kemungkinan besar merefleksikan ingatan kolektif masyarakat tentang masa ketika sistem penulisan, kalender, dan tata kelola kerajaan mulai terbentuk. Tokoh Aji Saka menjadi personifikasi dari periode penting dalam sejarah intelektual dan budaya Jawa, di mana dunia lisan mulai berpadu dengan dunia tulisan. Dengan demikian, "Aji Saka adalah" lebih dari sekadar identitas; ia adalah penanda zaman, alegori tentang kemajuan, dan penjaga warisan aksara Nusantara.

🏠 Homepage