Dalam dunia literatur keagamaan dan tradisi Islam Nusantara, Anda mungkin pernah menjumpai tulisan-tulisan dengan aksara yang unik, berbeda dari Al-Qur'an berbahasa Arab atau teks berbahasa Indonesia biasa. Tulisan tersebut dikenal sebagai Pegon atau Jawi Pego. Bagi banyak orang, terutama generasi muda, membaca Pegon bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri. Namun, jangan khawatir! Artikel ini akan memandu Anda langkah demi langkah dalam memahami dan membaca aksara Pegon.
Aksara Pegon, yang juga dikenal sebagai aksara Jawi atau aksara Arab-Melayu, adalah modifikasi dari aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan bahasa-bahasa lain di wilayah Nusantara. Keunikan Pegon terletak pada penambahan beberapa huruf Arab khusus untuk mengakomodasi bunyi-bunyi yang tidak ada dalam bahasa Arab standar. Sejarahnya sangat lekat dengan penyebaran Islam di Indonesia, di mana aksara ini menjadi media penting dalam penyebaran ajaran agama, karya sastra, dan ilmu pengetahuan.
Mempelajari cara membaca Pegon membuka pintu gerbang ke khazanah intelektual dan spiritual para ulama serta sastrawan Nusantara terdahulu. Banyak kitab kuning, naskah-naskah sejarah, dan karya sastra klasik yang ditulis dalam aksara Pegon. Dengan menguasai Pegon, Anda dapat:
Pada dasarnya, Pegon menggunakan huruf-huruf Hijaiyah dari bahasa Arab. Namun, ada beberapa penambahan dan penyesuaian yang membuatnya berbeda. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu Anda perhatikan:
Sebagian besar huruf dalam Pegon sama dengan huruf Arab pada umumnya. Anda perlu menguasai cara membaca dan mengucapkan huruf-huruf seperti:
Inilah bagian yang membuat Pegon unik. Untuk menuliskan bunyi-bunyi yang tidak ada dalam bahasa Arab, beberapa huruf ditambahkan:
Penambahan titik pada huruf Arab kadang-kadang juga digunakan untuk membedakan bunyi, misalnya 'Ta' (ت) menjadi 'Pé' (ڤ) dengan penambahan tiga titik di bawahnya.
Harakat (tanda baca seperti fathah, dhommah, kasrah, sukun, syiddah, dll.) dalam Pegon seringkali digunakan, namun kadang juga tidak. Pemahaman konteks dan kosakata sangat membantu dalam membaca teks yang tanpa harakat.
Untuk memudahkan pelafalan, Pegon juga menggunakan beberapa "sandangan" atau vokal tambahan:
Setelah memahami dasar-dasarnya, mari kita coba langkah-langkah praktis untuk mulai membaca Pegon:
Mulailah dengan menghafal dan mengenali bentuk huruf-huruf Pegon, termasuk huruf-huruf tambahan seperti Ca, Nga, Nyi, Pé, dan G. Cari tabel aksara Pegon yang lengkap.
Perhatikan bagaimana huruf-huruf tersebut digabungkan membentuk suku kata. Cobalah membunyikan setiap gabungan huruf.
Cari teks Pegon yang sederhana, misalnya doa-doa pendek, surat pendek dalam Al-Qur'an yang ditulis Pegon, atau kalimah thayyibah. Mulailah dengan membacanya perlahan, suku kata per suku kata.
Jika Anda menemukan kata yang tidak dimengerti, jangan ragu untuk mencari kamus Pegon-Indonesia atau bertanya kepada orang yang lebih ahli.
Membaca Pegon membutuhkan latihan. Semakin sering Anda berlatih, semakin terbiasa dan lancar Anda membacanya. Jangan putus asa jika di awal terasa sulit.
Mari kita ambil contoh sederhana. Kata "buku" dalam bahasa Indonesia akan ditulis dalam Pegon sebagai بوكو.
Atau kata "pena" yang akan ditulis sebagai ڤena atau ڤين (tergantung pelafalan dan pilihan penulisan).
Membaca Pegon bukanlah hal yang mustahil. Dengan pemahaman dasar tentang huruf, penambahan, dan latihan yang konsisten, Anda akan mampu membuka gudang ilmu dan warisan budaya yang kaya dari para pendahulu kita. Aksara Pegon adalah bagian tak terpisahkan dari identitas keilmuan dan keagamaan di Nusantara. Selamat berlatih dan selamat menjelajahi khazanah literatur Pegon!