Mengurai Huruf Hijaiyah dalam Surat An-Nasr
Surat An-Nasr, yang berarti "Pertolongan", adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Qur'an, namun sarat dengan makna yang mendalam. Surat ini diturunkan di Madinah dan menandai fase akhir dari risalah kenabian, mengisyaratkan kemenangan Islam dan dekatnya wafat Rasulullah SAW. Mempelajari Al-Qur'an tidak hanya berhenti pada pemahaman terjemahan dan tafsir, tetapi juga meresapi keindahan lafaznya, yang dimulai dari unit terkecil: huruf hijaiyah. Setiap huruf memiliki karakteristik unik (makhraj dan sifat) yang ketika dirangkai dan dibaca dengan aturan tajwid yang benar, akan menghasilkan bacaan yang fasih (tartil) dan menggetarkan jiwa.
Artikel ini akan membawa kita dalam perjalanan mendalam untuk mengurai setiap huruf hijaiyah yang menyusun Surat An-Nasr. Kita akan membedah kata per kata, huruf per huruf, untuk memahami tempat keluarnya (makhraj), sifat-sifat yang melekat padanya, serta hukum-hukum tajwid yang berlaku. Dengan analisis mendetail ini, kita diharapkan dapat memperbaiki kualitas bacaan kita, memahami mengapa suatu huruf dibaca tebal atau tipis, panjang atau pendek, dan merasakan keagungan bahasa Al-Qur'an yang diturunkan dengan presisi ilahiah.
Kaligrafi Ayat Pertama Surat An-Nasr
Teks Surat An-Nasr, Transliterasi, dan Terjemahan
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1)
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2)
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
Analisis Detail Huruf Hijaiyah dan Tajwid per Ayat
Mari kita mulai membedah setiap ayat, kata, dan huruf untuk memahami fondasi pelafalannya yang benar.
Ayat 1: إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
1. Kata Pertama: إِذَا (Idzaa)
Kata ini terdiri dari tiga huruf: Hamzah (di atas Alif), Dzal, dan Alif.
- Huruf Hamzah (إِ): Dilafalkan sebagai 'i'.
- Makhraj: Aqshal Halq (pangkal tenggorokan), bagian tenggorokan yang paling dalam.
- Sifat: Memiliki sifat Jahr (suara jelas, tidak ada aliran nafas), Syiddah (suara tertahan sejenak saat dilafalkan), Istifal (pangkal lidah turun, menghasilkan bunyi tipis/tarqiq), Infitah (lidah tidak menempel ke langit-langit), dan Ishmat (huruf yang berat diucapkan).
- Huruf Dzal (ذَ): Dilafalkan sebagai 'dza' dengan harakat fathah.
- Makhraj: Tharaf Lisan ma'a Athraf Tsanaya 'Ulya (ujung lidah bertemu dengan ujung dua gigi seri atas). Pastikan ujung lidah sedikit keluar.
- Sifat: Jahr (jelas), Rakhawah (suara mengalir, tidak tertahan), Istifal (tipis), Infitah (terbuka), dan Ishmat.
- Huruf Alif (ا): Berfungsi sebagai pemanjang (mad).
- Hukum Tajwid: Terbentuk Mad Thabi'i atau mad asli. Aturannya adalah ketika ada huruf berharakat fathah (dalam hal ini Dzal 'ذَ') diikuti oleh huruf Alif (ا) sukun. Panjang bacaannya adalah 2 harakat atau 1 alif.
2. Kata Kedua: جَاءَ (Jaa-a)
Kata ini terdiri dari tiga huruf: Jim, Alif, dan Hamzah.
- Huruf Jim (جَ): Dilafalkan sebagai 'ja' dengan harakat fathah.
- Makhraj: Wastul Lisan (tengah lidah) yang menempel ke langit-langit mulut yang sejajar dengannya.
- Sifat: Jahr (jelas), Syiddah (suara tertahan), Istifal (tipis), Infitah (terbuka), Ishmat, dan yang paling khas adalah Qalqalah (memantul). Meskipun di sini tidak sukun, sifat Qalqalah tetap melekat padanya.
- Huruf Alif (ا) dan Hamzah (ءَ):
- Hukum Tajwid: Di sini terjadi hukum Mad Wajib Muttashil. Aturannya adalah ketika Mad Thabi'i (fathah pada Jim 'جَ' diikuti Alif 'ا') bertemu dengan huruf Hamzah (ءَ) dalam satu kata yang sama.
- Cara Baca: Wajib dibaca panjang, dengan durasi 4 atau 5 harakat. Tidak boleh dibaca hanya 2 harakat. Pengucapan Hamzah di akhir harus jelas dan tidak samar.
3. Kata Ketiga: نَصْرُ (Nashru)
Terdiri dari tiga huruf: Nun, Shad, dan Ra.
- Huruf Nun (نَ): Dilafalkan 'na' dengan harakat fathah.
- Makhraj: Tharaf Lisan (ujung lidah) menempel pada gusi dua gigi seri atas.
- Sifat: Jahr (jelas), Tawassuth/Bainiyah (suara mengalir pertengahan antara tertahan dan terlepas), Istifal (tipis), Infitah (terbuka), Idzlaq (ringan diucapkan), dan memiliki sifat khas Ghunnah (dengung) yang keluar dari rongga hidung.
- Huruf Shad (صْ): Berharakat sukun.
- Makhraj: Ujung lidah berada di dekat bagian belakang gigi seri bawah, namun suara keluar dari celah antara gigi seri atas dan bawah.
- Sifat: Merupakan huruf yang kuat dan tebal (Tafkhim). Sifatnya adalah Hams (ada aliran nafas), Rakhawah (suara mengalir), Isti'la (pangkal lidah terangkat ke atas), Ithbaq (lidah seakan menempel atau terkepung di langit-langit), Ishmat, dan Shafir (suara berdesis kuat seperti angsa). Sifat Isti'la dan Ithbaq inilah yang membuatnya sangat tebal.
- Huruf Ra (رُ): Berharakat dhammah.
- Makhraj: Punggung ujung lidah menempel pada gusi dua gigi seri atas.
- Hukum Tajwid: Ra di sini dibaca Tafkhim (tebal). Aturannya adalah karena Ra tersebut berharakat dhammah. Pangkal lidah ikut terangkat saat melafalkannya.
4. Kata Keempat: اللَّهِ (Allaahi)
Ini adalah Lafadz Jalalah (Nama Allah).
- Hukum Tajwid: Lam pada lafadz Allah di sini dibaca Tafkhim (tebal), sehingga bunyinya menjadi 'Allah' bukan 'Al-lah'. Aturannya adalah karena huruf sebelumnya (Ra pada
نَصْرُ) berharakat dhammah. Jika lafadz Allah didahului fathah atau dhammah, Lam-nya dibaca tebal. - Uraian Huruf:
- Alif Washal (ا): Tidak dibaca saat disambung dari kata sebelumnya.
- Lam Tasydid (للَّ): Terdiri dari dua Lam, yang pertama sukun dan melebur ke yang kedua yang berharakat fathah. Lam inilah yang dibaca tebal.
- Ha (هِ): Dilafalkan 'hi' dengan harakat kasrah. Terdapat mad thabi'i tersembunyi (ditandai fathah berdiri sebelum Ha pada mushaf standar) yang membuatnya dibaca 2 harakat.
5. Kata Kelima dan Keenam: وَالْفَتْحُ (Wal-fat-hu)
Terdiri dari Waw, Alif Lam, Fa, Ta, dan Ha.
- Huruf Waw (وَ): Sebagai kata sambung, dibaca 'wa'. Makhrajnya dari Syafatain (dua bibir) yang sedikit dimajukan.
- Alif Lam (الْ): Ini adalah Alif Lam Qamariyah.
- Aturan: Alif Washal tidak dibaca, dan Lam sukun (لْ) dibaca dengan jelas (Idzhar). Disebut Qamariyah karena bertemu dengan salah satu dari 14 huruf Qamariyah, dalam hal ini adalah Fa (ف).
- Huruf Fa (فَ): Dibaca 'fa' dengan harakat fathah.
- Makhraj: Ujung gigi seri atas menyentuh bagian dalam bibir bawah.
- Sifat: Hams (aliran nafas jelas), Rakhawah (suara mengalir), Istifal (tipis), Infitah (terbuka), Idzlaq (ringan).
- Huruf Ta (تْ): Berharakat sukun.
- Makhraj: Ujung lidah menempel pada pangkal gigi seri atas.
- Sifat: Yang paling menonjol adalah Hams (semburan nafas yang jelas saat sukun) dan Syiddah (suara tertahan). Kombinasi unik ini membuat bunyinya tertahan dulu baru kemudian nafas keluar.
- Huruf Ha (حُ): Dibaca 'hu' dengan harakat dhammah.
- Makhraj: Wastul Halq (tengah tenggorokan). Suaranya bersih, tidak serak seperti Kha (خ) dan tidak dalam seperti Ha (ه).
- Sifat: Hams (ada aliran nafas), Rakhawah (suara mengalir), Istifal (tipis), Infitah (terbuka), Ishmat. Saat waqaf (berhenti) di akhir ayat, harakat dhammah tetap dibaca sukun dengan sifat Hams yang jelas.
Ayat 2: وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
1. Kata Pertama: وَرَأَيْتَ (Wa ra-aita)
- Waw (وَ): Dibaca 'wa'.
- Ra (رَ): Dibaca tebal (Tafkhim) karena berharakat fathah.
- Hamzah (أَ): Di atas alif, dibaca 'a', jelas dari pangkal tenggorokan.
- Ya (يْ): Berharakat sukun dan didahului fathah. Ini membentuk hukum Huruf Lin (atau Mad Lin jika diwaqafkan). Dibaca dengan lembut tanpa dipanjangkan.
- Ta (تَ): Dibaca 'ta' dengan jelas, tidak disertai hembusan nafas berlebih karena berharakat.
2. Kata Kedua: النَّاسَ (An-naasa)
- Alif Lam (النَّ): Ini adalah Alif Lam Syamsiyyah.
- Aturan: Alif washal tidak dibaca, dan Lam tidak dibaca sama sekali, melainkan langsung melebur (idgham) ke huruf berikutnya, yaitu Nun (ن). Ditandai dengan adanya tasydid pada Nun.
- Nun Tasydid (نَّ):
- Hukum Tajwid: Terjadi Ghunnah Musyaddadah. Setiap huruf Nun atau Mim yang bertasydid wajib dibaca dengan dengung (ghunnah) yang ditahan sekitar 2-3 harakat sebelum melafalkan harakat fathah-nya.
- Alif (ا): Setelah Nun fathah, membentuk Mad Thabi'i, dibaca panjang 2 harakat.
- Sin (سَ): Dibaca 'sa' dengan desis yang jelas.
3. Kata Ketiga: يَدْخُلُونَ (Yad-khuluuna)
- Ya (يَ): Dibaca 'ya'.
- Dal (دْ): Berharakat sukun.
- Hukum Tajwid: Ini adalah huruf qalqalah yang sukun di tengah kata, maka berlaku hukum Qalqalah Sughra (pantulan kecil). Pantulannya harus ringan dan tidak terlalu kuat.
- Kha (خُ): Dibaca 'khu' dengan tebal (Tafkhim).
- Makhraj: Adnal Halq (ujung tenggorokan), dekat dengan mulut. Sifatnya Isti'la (pangkal lidah naik) sehingga bunyinya tebal dan serak.
- Lam (لُو) dan Waw (و): Lam dhammah diikuti Waw sukun, membentuk Mad Thabi'i. Dibaca panjang 2 harakat.
- Nun (نَ): Dibaca 'na'. Jika berhenti pada kata ini (misalnya saat latihan), maka Nun disukunkan dan hukumnya menjadi Mad 'Aridh Lissukun, boleh dibaca 2, 4, atau 6 harakat.
4. Kata Keempat & Kelima: فِي دِينِ (Fii diini)
- فِي (Fii): Fa kasrah diikuti Ya sukun, membentuk Mad Thabi'i. Dibaca panjang 2 harakat.
- دِينِ (Diini): Dal kasrah diikuti Ya sukun, membentuk Mad Thabi'i. Dibaca panjang 2 harakat.
6. Kata Keenam: اللَّهِ (Allaahi)
- Hukum Tajwid: Berbeda dengan ayat pertama, Lam pada lafadz Allah di sini dibaca Tarqiq (tipis). Aturannya adalah karena huruf sebelumnya (Nun pada
دِينِ) berharakat kasrah. Jika lafadz Allah didahului kasrah, Lam-nya dibaca tipis. Bunyinya seperti 'Al-lah' biasa.
7. Kata Ketujuh: أَفْوَاجًا (Afwaajaa)
- Hamzah (أَ): Dibaca 'a'.
- Fa (فْ): Sukun, dibaca dengan aliran nafas (Hams) yang jelas.
- Waw (وَ): Dibaca 'wa'.
- Jim (جًا) dan Alif (ا): Jim berharakat fathah diikuti Alif, membentuk Mad Thabi'i. Dibaca 'jaa' sepanjang 2 harakat.
- Hukum Waqaf (Berhenti): Kata ini diakhiri dengan tanwin fathah (fathatain). Ketika berhenti pada kata seperti ini di akhir ayat, hukumnya adalah Mad 'Iwadl.
- Aturan: Tanwin dihilangkan dan diganti dengan bacaan mad sepanjang 2 harakat, seolah-olah huruf terakhir adalah fathah diikuti alif. Jadi,
أَفْوَاجًاdibacaAfwaajaa.
- Aturan: Tanwin dihilangkan dan diganti dengan bacaan mad sepanjang 2 harakat, seolah-olah huruf terakhir adalah fathah diikuti alif. Jadi,
Ayat 3: فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
1. Kata Pertama: فَسَبِّحْ (Fasabbih)
- Fa (فَ) dan Sin (سَ): Dibaca 'Fasa'. Sin dilafalkan dengan desis yang jelas (sifat Shafir).
- Ba Tasydid (بِّ): Menandakan ada dua Ba, yang pertama sukun dan kedua kasrah. Dilafalkan dengan penekanan yang jelas.
- Ha (حْ): Disukunkan karena merupakan akhir dari perintah. Makhrajnya dari tengah tenggorokan dan memiliki sifat Hams (aliran nafas) yang harus terdengar saat berhenti membacanya.
2. Kata Kedua: بِحَمْدِ (Bihamdi)
- Ba (بِ) dan Ha (حَ): Dibaca 'Biha'.
- Mim Sukun (مْ):
- Hukum Tajwid: Mim sukun bertemu dengan Dal (د). Ini adalah hukum Idzhar Syafawi. Mim sukun dibaca dengan jelas tanpa ditahan atau didengungkan. Bibir dirapatkan sempurna saat melafalkan Mim sukun, lalu dibuka untuk melafalkan Dal.
- Dal (دِ): Dibaca 'di'.
3. Kata Ketiga: رَبِّكَ (Rabbika)
- Ra (رَ): Dibaca tebal (Tafkhim) karena berharakat fathah.
- Ba Tasydid (بِّ): Dibaca dengan penekanan.
- Kaf (كَ): Dibaca 'ka'. Makhrajnya dari pangkal lidah bertemu langit-langit lunak.
4. Kata Keempat: وَاسْتَغْفِرْهُ (Wastaghfirhu)
- Waw (وَ): Dibaca 'wa'.
- Alif Washal (ا): Tidak dibaca saat disambung.
- Sin (سْ): Sukun, dibaca dengan desis dan aliran nafas.
- Ta (تَ): Dibaca 'ta'.
- Ghain (غْ): Sukun.
- Makhraj: Adnal Halq (ujung tenggorokan). Sifatnya Isti'la (tebal) dan Rakhawah (suara mengalir), menghasilkan bunyi seperti berkumur.
- Fa (فِ): Dibaca 'fi'.
- Ra (رْ): Sukun.
- Hukum Tajwid: Ra sukun di sini dibaca Tarqiq (tipis). Aturannya adalah karena huruf sebelumnya (Fa) berharakat kasrah.
- Ha Dhamir (هُ):
- Hukum Tajwid: Ini adalah Ha kata ganti (dhamir). Karena diapit oleh dua huruf berharakat (Ra sukun tidak dihitung, yang dihitung Fa kasrah, dan huruf setelahnya adalah Hamzah pada `إِنَّهُ`), maka berlaku hukum Mad Shilah Qashirah. Ha dhamir ini dibaca panjang 2 harakat, seolah-olah menjadi `Wastaghfirhuu`.
5. Kata Kelima: إِنَّهُ (Innahu)
- Hamzah (إِ): Dibaca 'i'.
- Nun Tasydid (نَّ): Kembali bertemu hukum Ghunnah Musyaddadah. Wajib didengungkan dengan durasi 2-3 harakat.
- Ha Dhamir (هُ): Di sini juga berlaku Mad Shilah Qashirah karena Ha diapit dua huruf berharakat (Nun fathah dan Kaf fathah pada `كَانَ`). Dibaca panjang 2 harakat menjadi `Innahuu`.
6. Kata Keenam: كَانَ (Kaana)
- Kaf (كَا) dan Alif (ا): Kaf fathah diikuti Alif sukun, membentuk Mad Thabi'i. Dibaca panjang 2 harakat.
- Nun (نَ): Dibaca 'na'.
7. Kata Ketujuh: تَوَّابًا (Tawwaabaa)
- Ta (تَ): Dibaca 'ta'.
- Waw Tasydid (وَّ): Dibaca dengan penekanan, menahan sejenak pada Waw sukun sebelum melafalkan Waw fathah.
- Alif (ا): Setelah Waw fathah, membentuk Mad Thabi'i.
- Hukum Waqaf: Sama seperti pada kata `أَفْوَاجًا`, di akhir ayat ini berlaku hukum Mad 'Iwadl. Tanwin fathah dihilangkan dan diganti dengan bacaan panjang 2 harakat. Dibaca
Tawwaabaa.
Rekapitulasi dan Kesimpulan
Menganalisis Surat An-Nasr dari level huruf hijaiyah membuka mata kita terhadap kerumitan dan kesempurnaan struktur bunyi dalam Al-Qur'an. Setiap huruf, dengan makhraj dan sifatnya yang unik, berkontribusi pada makna dan irama surat secara keseluruhan. Dari bacaan ini, kita menemukan berbagai kaidah tajwid penting:
- Hukum Mad: Kita menemukan Mad Thabi'i (pada إِذَا, النَّاسَ, dll), Mad Wajib Muttashil (pada جَاءَ), Mad 'Iwadl (saat waqaf di أَفْوَاجًا dan تَوَّابًا), serta Mad Shilah Qashirah (pada وَاسْتَغْفِرْهُ dan إِنَّهُ).
- Hukum Lam dan Ra: Kita melihat kontras yang jelas antara Lam Tafkhim (tebal) pada اللَّهِ di ayat pertama dan Lam Tarqiq (tipis) di ayat kedua. Begitu pula Ra Tafkhim (نَصْرُ, رَأَيْتَ, رَبِّكَ) dan Ra Tarqiq (وَاسْتَغْفِرْهُ).
- Qalqalah dan Ghunnah: Kita mengidentifikasi Qalqalah Sughra pada يَدْخُلُونَ dan Ghunnah Musyaddadah yang kuat pada النَّاسَ dan إِنَّهُ.
- Alif Lam: Kita membedakan antara Alif Lam Qamariyah yang dibaca jelas (وَالْفَتْحُ) dan Alif Lam Syamsiyyah yang melebur (النَّاسَ).
- Sifat Huruf: Kita merasakan kekuatan huruf tebal (Isti'la) seperti Shad (ص) dan Kha (خ), serta desis (Hams) pada huruf Ta (ت) dan Ha (ح).
Memahami detail-detail ini bukan hanya sekadar teknis, melainkan sebuah bentuk penghormatan terhadap firman Allah. Dengan melafalkan setiap huruf sesuai haknya, kita tidak hanya memperindah bacaan, tetapi juga mendekatkan diri pada pemahaman yang lebih otentik dan spiritual. Perjalanan mengurai huruf hijaiyah dalam Surat An-Nasr adalah sebuah langkah kecil, namun signifikan, dalam samudra ilmu Al-Qur'an yang tak bertepi. Semoga ini menjadi motivasi untuk terus belajar dan memperbaiki interaksi kita dengan Kitabullah.