IUD dan Keputihan: Apa yang Perlu Anda Ketahui

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intrauterine Device) merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan populer di kalangan wanita. Namun, seperti halnya alat medis lainnya, penggunaan IUD terkadang dapat menimbulkan pertanyaan atau kekhawatiran, salah satunya adalah terkait dengan keputihan. Keputihan yang dialami wanita bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan penting untuk memahami apakah ada kaitan antara IUD dan perubahan pada cairan vagina.

Memahami Keputihan Normal dan Abnormal

Sebelum membahas lebih jauh mengenai IUD dan keputihan, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu keputihan normal. Keputihan adalah cairan yang dikeluarkan dari organ reproduksi wanita. Keputihan normal biasanya berwarna bening hingga keputihan susu, tidak berbau menyengat, dan jumlahnya bervariasi tergantung siklus menstruasi. Fungsinya adalah untuk menjaga kebersihan dan kelembaban organ intim, serta melindungi dari infeksi.

Di sisi lain, keputihan abnormal ditandai dengan perubahan warna (menjadi kekuningan, kehijauan, atau keabuan), bau yang tidak sedap (amis atau busuk), konsistensi yang berubah (menggumpal seperti keju), disertai rasa gatal, perih, nyeri saat berhubungan seksual, atau nyeri panggul.

Hubungan Antara IUD dan Keputihan

Secara umum, IUD itu sendiri tidak secara langsung menyebabkan keputihan abnormal. Namun, ada beberapa situasi yang mungkin menghubungkan penggunaan IUD dengan perubahan pada cairan vagina:

1. Infeksi Pelvis (PID)

Risiko utama yang perlu diwaspadai terkait penggunaan IUD adalah infeksi pada organ panggul (Pelvic Inflammatory Disease/PID). PID adalah infeksi pada organ reproduksi wanita, termasuk rahim, saluran tuba, dan ovarium. Risiko PID paling tinggi terjadi dalam 20 hari pertama setelah pemasangan IUD. Jika terjadi PID, gejala yang muncul bisa berupa keputihan yang berbau, nyeri panggul, demam, dan nyeri saat berhubungan seksual. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter.

2. Reaksi Tubuh terhadap Benda Asing

Meskipun jarang terjadi, tubuh beberapa wanita mungkin mengalami reaksi ringan terhadap adanya benda asing di dalam rahim. Reaksi ini bisa saja menyebabkan peningkatan produksi lendir vagina, yang mungkin dianggap sebagai keputihan. Namun, jika peningkatan produksi lendir ini disertai dengan gejala abnormal lainnya, perlu dievaluasi lebih lanjut oleh tenaga medis.

3. Kondisi Lain yang Terjadi Bersamaan

Penting untuk diingat bahwa keputihan bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti infeksi jamur (kandidiasis), infeksi bakteri (vaginosis bakterial), atau infeksi menular seksual (IMS). Pemasangan IUD mungkin saja terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi tersebut, sehingga menimbulkan anggapan bahwa keputihan disebabkan oleh IUD, padahal sebenarnya disebabkan oleh infeksi lain yang tidak terkait langsung dengan alat kontrasepsi tersebut.

Kapan Harus Khawatir dan Berkonsultasi dengan Dokter?

Anda perlu segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan yang disertai dengan gejala-gejala berikut:

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat kesehatan Anda, dan mungkin melakukan tes laboratorium (seperti tes apusan vagina) untuk menentukan penyebab keputihan dan memberikan penanganan yang tepat. Jika keputihan disebabkan oleh infeksi terkait IUD, dokter akan mengobati infeksi tersebut dan mungkin menyarankan untuk mencabut IUD.

Pentingnya Pemeriksaan Rutin

Bagi Anda yang menggunakan IUD, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter. Pemeriksaan ini tidak hanya untuk memantau posisi IUD, tetapi juga untuk mendeteksi dini kemungkinan adanya komplikasi atau perubahan kesehatan lainnya, termasuk masalah keputihan yang mungkin timbul. Komunikasi terbuka dengan dokter mengenai setiap perubahan atau keluhan yang Anda rasakan adalah kunci untuk menjaga kesehatan reproduksi Anda.

🏠 Homepage