Ketika mengajukan pinjaman, baik itu kredit multiguna, KPR, maupun kredit modal kerja, lembaga keuangan hampir selalu mensyaratkan adanya jaminan atau yang lebih dikenal dengan istilah agunan. Agunan adalah aset berharga yang diserahkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai bentuk pengamanan risiko gagal bayar. Jika debitur gagal melunasi kewajibannya, kreditur berhak mengeksekusi aset tersebut untuk menutup kerugian.
Pemahaman mendalam mengenai jenis agunan yang diterima sangat krusial. Setiap jenis agunan memiliki karakteristik, risiko, dan prosedur penilaian yang berbeda. Secara umum, agunan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori utama berdasarkan wujud fisiknya.
Kategori Utama Jenis Agunan
Dalam praktik perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia, agunan umumnya dibagi menjadi dua kategori besar: agunan berwujud (tangible assets) dan agunan tidak berwujud (intangible assets). Namun, untuk kemudahan pemahaman konsumen, agunan sering diklasifikasikan berdasarkan bentuk fisiknya.
1. Agunan Berupa Properti (Real Estate)
Ini adalah jenis agunan yang paling umum dan sering memiliki nilai likuiditas tinggi serta nilai yang cenderung stabil, bahkan meningkat. Agunan properti memerlukan proses penilaian (appraisal) yang mendalam.
- Tanah Kosong: Tanah yang belum memiliki bangunan permanen di atasnya. Penilaian sangat bergantung pada lokasi, zonasi, dan potensi pengembangannya.
- Tanah dan Bangunan (Sertifikat Hak Milik/HGB): Meliputi rumah tinggal, ruko (rumah toko), gudang, atau perkantoran. Ini adalah agunan yang paling sering digunakan untuk KPR atau Kredit Modal Kerja (KMK) konstruksi.
- Apartemen atau Kondominium: Meskipun nilainya cenderung lebih fluktuatif dibandingkan rumah tapak, ini tetap diterima sebagai agunan jika memiliki sertifikat yang jelas.
2. Agunan Berupa Kendaraan Bermotor
Kendaraan sering dijadikan agunan untuk pinjaman non-KPR, seperti kredit multiguna atau kredit kendaraan itu sendiri. Kelemahan utama agunan ini adalah depresiasi nilai yang cepat.
- Mobil: Umumnya harus dalam kondisi baik dan dibuktikan dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) serta BPKB (yang akan ditahan oleh kreditur).
- Sepeda Motor: Biasanya hanya diterima untuk pinjaman dengan plafon yang relatif kecil karena nilai ekonominya yang lebih rendah dibandingkan mobil.
3. Agunan Berupa Barang Bergerak Lainnya (Personal Assets)
Beberapa lembaga keuangan menerima aset pribadi lainnya, meskipun persyaratannya ketat dan persentase pinjaman yang dapat diperoleh (Loan to Value/LTV) seringkali lebih rendah.
- Emas dan Perhiasan: Emas batangan atau perhiasan dengan kadar kemurnian tertentu. Memiliki likuiditas tinggi, namun penilaiannya harus dilakukan oleh ahli bersertifikat.
- Deposito atau Tabungan (Gadai/Blokir Rekening): Ini adalah bentuk agunan paling aman bagi kreditur karena nilai asetnya sangat jelas dan dapat dicairkan seketika jika terjadi wanprestasi.
- Saham atau Obligasi: Agunan ini biasanya hanya diterima dari klien korporasi atau nasabah prioritas, dan nilai agunannya sangat sensitif terhadap fluktuasi pasar modal.
Pentingnya Memahami Hak Tanggungan dan Fidusia
Selain mengetahui jenis agunan, peminjam juga harus memahami bagaimana status hukum agunan tersebut ditetapkan. Ini menentukan hak kreditur untuk mengeksekusi aset.
Hak Tanggungan (Khusus Properti)
Hak Tanggungan adalah jaminan atas pelunasan utang yang dibebankan pada properti (tanah dan bangunan) yang memberikan hak kepada pemegang hak tanggungan (kreditur) untuk menjual properti tersebut jika debitur cidera janji. Proses ini diatur secara resmi oleh undang-undang dan harus didaftarkan di Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Fidusia (Khusus Kendaraan dan Barang Bergerak)
Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas benda bergerak—baik yang berwujud (seperti mobil) maupun tidak berwujud (seperti piutang)—namun barang tersebut tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia (debitur). Pencatatannya dilakukan di Kementerian Hukum dan HAM. Jika terjadi gagal bayar, eksekusi fidusia cenderung lebih cepat daripada pelelangan hak tanggungan, namun harus tetap mengikuti prosedur hukum yang berlaku.
Memilih agunan yang tepat bukan hanya tentang nilai, tetapi juga tentang kepastian hukum dan kemudahan proses likuidasi jika skenario terburuk terjadi. Selalu pastikan semua dokumen agunan sah, bebas sengketa, dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh lembaga pembiayaan Anda.