Wajan stainless steel sering kali menjadi pilihan favorit banyak orang di dapur. Dikenal karena ketahanannya terhadap karat, noda, dan kemudahan perawatannya, wajan jenis ini tampak menawarkan solusi memasak yang awet dan elegan. Namun, di balik kilaunya, tersimpan sejumlah kekurangan yang penting untuk Anda ketahui sebelum memutuskan untuk membelinya. Memahami potensi masalah ini dapat membantu Anda membuat keputusan yang lebih bijak dan menghindari kekecewaan di kemudian hari.
Salah satu keluhan paling umum mengenai wajan stainless steel adalah kecenderungannya untuk membuat makanan lengket, terutama saat pertama kali menggunakannya atau jika tidak digunakan dengan teknik yang tepat. Berbeda dengan wajan anti lengket yang dilapisi khusus, permukaan stainless steel yang halus dapat dengan mudah membuat protein seperti telur atau ikan menempel. Hal ini sangat mungkin terjadi jika wajan belum cukup panas saat bahan makanan dimasukkan, atau jika terlalu banyak bahan makanan dimasukkan sekaligus yang menyebabkan suhu wajan turun drastis.
Untuk mengurangi risiko lengket, penting untuk memanaskan wajan secara bertahap dan merata sebelum menambahkan minyak atau mentega. Setelah minyak panas, baru masukkan bahan makanan. Teknik ini membantu menciptakan lapisan tipis yang mencegah makanan bersentuhan langsung dengan permukaan logam dan menempel. Meskipun demikian, bahkan dengan teknik yang benar, beberapa tingkat kelengketan masih bisa terjadi, yang bisa menjadi kekurangan signifikan bagi mereka yang menginginkan kemudahan memasak tanpa khawatir makanan lengket.
Stainless steel sendiri bukanlah konduktor panas yang sangat baik. Wajan yang hanya terbuat dari satu lapis stainless steel (sering disebut 'single ply') cenderung memiliki area panas (hot spots) dan area dingin (cold spots). Ini berarti beberapa bagian wajan bisa menjadi terlalu panas dan membakar makanan, sementara bagian lain tidak cukup panas untuk memasak secara merata. Konsekuensi dari distribusi panas yang tidak merata ini adalah hasil masakan yang tidak konsisten, seperti sisi yang gosong dan sisi yang masih mentah.
Untuk mengatasi masalah ini, banyak produsen wajan stainless steel berkualitas menggunakan konstruksi berlapis (clad construction). Wajan jenis ini memiliki lapisan inti dari bahan yang menghantarkan panas dengan baik, seperti aluminium atau tembaga, yang diapit di antara lapisan stainless steel. Meskipun wajan berlapis ini menawarkan performa pemanasan yang jauh lebih baik, harganya pun cenderung lebih mahal. Jadi, jika Anda mempertimbangkan wajan stainless steel dengan harga terjangkau, kemungkinan besar Anda akan berhadapan dengan kekurangan distribusi panas ini.
Meskipun tahan karat dan noda, wajan stainless steel tetap rentan terhadap noda air (water spots) dan bekas sidik jari. Jika wajan tidak dikeringkan dengan benar setelah dicuci, tetesan air yang mengering dapat meninggalkan noda putih yang mengganggu estetika. Begitu juga, sentuhan tangan yang berminyak atau kotor dapat meninggalkan jejak yang terlihat jelas pada permukaan yang mengkilap.
Menjaga kilau wajan stainless steel membutuhkan sedikit usaha ekstra. Penggunaan air suling saat mencuci dapat membantu mengurangi noda air, atau Anda bisa segera mengeringkannya dengan kain lembut setelah dicuci. Untuk membersihkan noda yang membandel atau mengembalikan kilau, terkadang dibutuhkan pasta pembersih khusus untuk stainless steel. Ini bisa menjadi kekurangan lain jika Anda mencari peralatan dapur yang benar-benar minim perawatan.
Beberapa jenis wajan stainless steel, terutama yang memiliki kadar nikel dan kromium lebih rendah, bisa bersifat reaktif terhadap makanan yang bersifat asam seperti tomat, lemon, atau cuka dalam waktu masak yang lama. Reaksi ini dapat sedikit memengaruhi rasa makanan, memberikan rasa metalik yang tidak diinginkan. Selain itu, reaksi ini juga bisa menyebabkan perubahan warna pada permukaan wajan.
Wajan stainless steel berkualitas tinggi, yang biasanya memiliki kandungan kromium yang lebih tinggi (misalnya, grade 18/8 atau 18/10), cenderung kurang reaktif. Namun, tetap penting untuk berhati-hati saat memasak makanan asam dalam jumlah besar untuk waktu yang lama. Jika Anda sering memasak hidangan yang kaya asam, Anda mungkin perlu mempertimbangkan kembali wajan stainless steel atau memastikan Anda memilih jenis yang paling tahan reaktivitas.
Untuk memberikan stabilitas dan distribusi panas yang baik, banyak wajan stainless steel, terutama yang berlapis, memiliki bobot yang cukup signifikan. Bobot ini bisa menjadi kelebihan karena membuat wajan stabil di atas kompor, tetapi juga bisa menjadi kekurangan bagi sebagian orang. Mengangkat, mengocok, atau bahkan mencuci wajan yang berat dapat menimbulkan kesulitan, terutama bagi individu dengan kekuatan fisik terbatas.
Meskipun memiliki kekurangan, wajan stainless steel tetap menjadi pilihan yang sangat baik untuk banyak kebutuhan memasak karena daya tahannya dan performa pemanasannya yang baik (terutama versi berlapis). Namun, dengan memahami potensi masalah seperti kelengketan, distribusi panas yang tidak merata, kebutuhan perawatan ekstra, reaktivitas, dan bobotnya, Anda dapat memilih wajan stainless steel yang paling sesuai dengan gaya memasak dan preferensi Anda.