Mengupas Tuntas Penyebab Penyakit Ambeien (Wasir)

Ambeien, atau yang dalam istilah medis dikenal sebagai hemoroid, adalah sebuah kondisi yang sangat umum namun seringkali dianggap tabu untuk dibicarakan. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah vena di area rektum bagian bawah dan anus mengalami pembengkakan dan peradangan. Meskipun seringkali tidak berbahaya, ambeien dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang signifikan, nyeri, gatal, hingga pendarahan. Memahami akar penyebabnya adalah langkah pertama dan terpenting untuk mencegah serta mengelola kondisi ini secara efektif.

Banyak orang mengira ambeien muncul begitu saja tanpa sebab yang jelas. Padahal, kondisi ini merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang memberikan tekanan berlebih pada pembuluh darah di area panggul dan anorektal. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif berbagai faktor yang menjadi penyebab utama penyakit ambeien, dari kebiasaan sehari-hari yang sering diabaikan hingga kondisi medis yang lebih kompleks.

Tekanan Ilustrasi Tekanan Penyebab Ambeien Ilustrasi abstrak penyebab ambeyen menunjukkan tekanan dari luar yang mengarah ke area pusat yang meradang.

Faktor Utama Pemicu Ambeien: Tekanan Berlebih

Secara mendasar, hampir semua penyebab ambeien bermuara pada satu hal: peningkatan tekanan pada vena hemoroidalis. Vena-vena ini berfungsi sebagai bantalan di saluran anus yang membantu mengontrol buang air besar. Ketika tekanan di area ini meningkat secara konsisten, aliran darah menjadi terhambat, menyebabkan darah menumpuk dan vena membengkak. Inilah cikal bakal terbentuknya ambeien. Berikut adalah penjabaran detail dari berbagai pemicu tekanan tersebut.

1. Mengejan Berlebihan Saat Buang Air Besar (BAB)

Ini adalah penyebab yang paling umum dan paling signifikan. Ketika seseorang mengejan dengan keras, mereka secara tidak sadar melakukan manuver Valsalva, yaitu menahan napas sambil mengencangkan otot perut. Tindakan ini secara drastis meningkatkan tekanan di seluruh rongga perut (intra-abdomen), yang kemudian diteruskan ke bawah menuju area panggul dan rektum. Tekanan tinggi ini menekan vena-vena hemoroidalis, menghambat aliran darah kembali ke jantung, dan menyebabkan pembengkakan. Jika kebiasaan ini dilakukan berulang kali, misalnya setiap hari selama bertahun-tahun, pembuluh darah akan meregang secara permanen, kehilangan elastisitasnya, dan membentuk benjolan ambeien.

2. Konstipasi atau Sembelit Kronis

Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan buang air besar, dengan frekuensi kurang dari tiga kali seminggu, dan feses yang keras, kering, serta sulit dikeluarkan. Kondisi ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan mengejan. Feses yang keras memaksa seseorang untuk mengerahkan tenaga ekstra agar bisa melewatinya. Durasi BAB yang lebih lama juga berarti waktu yang lebih lama untuk mengejan, memperburuk tekanan pada vena rektum. Konstipasi kronis menciptakan siklus setan: feses keras menyebabkan mengejan, mengejan menyebabkan ambeien, dan rasa sakit akibat ambeien bisa membuat seseorang menahan BAB, yang pada akhirnya membuat feses semakin keras.

3. Duduk Terlalu Lama, Terutama di Toilet

Gaya hidup modern seringkali memaksa kita untuk duduk dalam waktu yang lama, baik di kantor, di dalam kendaraan, maupun di rumah. Posisi duduk, terutama di toilet, menyebabkan area rektum dan anus berada dalam posisi yang lebih rileks dan lebih rendah. Gravitasi kemudian menarik jaringan di sekitarnya ke bawah, meningkatkan tekanan pada vena hemoroidalis. Duduk di toilet dalam waktu lama—misalnya sambil membaca atau bermain ponsel—adalah salah satu kebiasaan terburuk yang bisa memicu ambeien. Desain toilet duduk membuat rektum tidak berada dalam posisi lurus, yang dapat menghambat kelancaran proses BAB dan mendorong seseorang untuk duduk lebih lama dan mengejan.

Penting Diketahui: Kebiasaan membawa ponsel ke toilet telah terbukti meningkatkan durasi duduk di toilet secara signifikan, yang secara langsung berkorelasi dengan peningkatan risiko ambeien.

Faktor Gaya Hidup dan Pola Makan

Apa yang kita makan, minum, dan bagaimana kita menjalani aktivitas sehari-hari memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan pencernaan dan, akibatnya, risiko ambeien. Faktor-faktor ini seringkali merupakan akar dari konstipasi dan kebiasaan mengejan.

4. Pola Makan Rendah Serat

Serat adalah komponen penting dari makanan nabati yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, namun memainkan peran krusial dalam kesehatan usus. Terdapat dua jenis serat: serat larut (soluble fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Serat larut akan membentuk gel di dalam saluran pencernaan, yang membantu melunakkan feses. Sementara itu, serat tidak larut menambah massa atau volume pada feses, membuatnya lebih mudah bergerak melalui usus besar.

Ketika pola makan seseorang kekurangan serat—misalnya terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan, daging merah, produk susu, dan karbohidrat rafinasi (roti putih, nasi putih)—feses akan cenderung menjadi keras, kecil, dan kering. Hal ini secara otomatis mengarah pada konstipasi dan kebutuhan untuk mengejan lebih keras saat BAB. Sebaliknya, diet kaya serat dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan polong-polongan adalah strategi pencegahan ambeien yang paling efektif.

5. Kurang Asupan Cairan (Dehidrasi)

Serat dan air bekerja secara sinergis. Tanpa asupan cairan yang cukup, serat tidak dapat berfungsi secara optimal. Air diserap oleh serat di dalam usus besar, yang membantu menjaga feses tetap lunak dan mudah dikeluarkan. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, usus besar akan menyerap lebih banyak air dari sisa makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akibatnya, feses menjadi sangat kering dan keras, menyebabkan sembelit yang parah. Minum air putih yang cukup sepanjang hari (umumnya disarankan sekitar 8 gelas atau 2 liter) sangat penting untuk menjaga hidrasi dan mendukung fungsi serat.

6. Kurang Aktivitas Fisik (Gaya Hidup Sedentari)

Kurangnya aktivitas fisik dapat memperlambat metabolisme dan fungsi usus. Gerakan tubuh, seperti berjalan kaki, berlari, atau berenang, membantu merangsang kontraksi otot usus (peristaltik) yang mendorong sisa makanan bergerak melalui sistem pencernaan. Gaya hidup sedentari, di mana seseorang lebih banyak duduk atau berbaring, dapat menyebabkan pergerakan usus menjadi lamban, meningkatkan waktu transit feses di usus besar. Semakin lama feses berada di usus, semakin banyak air yang diserap darinya, dan semakin keras jadinya. Selain itu, olahraga teratur juga membantu menjaga berat badan yang sehat, yang merupakan faktor risiko lain untuk ambeien.

Kondisi Fisiologis dan Medis Tertentu

Selain faktor gaya hidup, beberapa kondisi fisiologis dan medis juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena ambeien secara signifikan.

7. Kehamilan dan Persalinan

Wanita hamil sangat rentan mengalami ambeien, terutama pada trimester ketiga. Ada beberapa alasan untuk ini:

  • Tekanan Rahim: Rahim yang membesar memberikan tekanan langsung pada vena panggul dan vena kava inferior (vena besar di sisi kanan tubuh yang menerima darah dari tubuh bagian bawah). Tekanan ini memperlambat aliran darah kembali dari bagian bawah tubuh, menyebabkan vena di bawah rahim, termasuk vena hemoroidalis, membengkak.
  • Peningkatan Volume Darah: Selama kehamilan, volume darah dalam tubuh wanita meningkat secara signifikan untuk mendukung janin. Peningkatan ini dapat menyebabkan pembuluh darah membesar, termasuk yang ada di area rektum.
  • Perubahan Hormonal: Hormon progesteron, yang kadarnya meningkat selama kehamilan, dapat melemaskan dinding pembuluh darah, membuatnya lebih rentan terhadap pembengkakan. Progesteron juga memperlambat kerja saluran pencernaan, yang seringkali menyebabkan konstipasi.
  • Proses Persalinan: Proses mengejan yang intens selama persalinan normal (pervaginam) memberikan tekanan yang luar biasa pada area panggul dan rektum, yang dapat menyebabkan atau memperburuk ambeien.

8. Obesitas atau Kelebihan Berat Badan

Kelebihan berat badan, terutama obesitas sentral (penumpukan lemak di area perut), meningkatkan tekanan intra-abdomen secara kronis. Tekanan konstan ini mirip dengan efek mengejan atau kehamilan, di mana vena di area rektum dan anus terus-menerus berada di bawah tekanan. Beban ekstra ini menghambat aliran darah dan meningkatkan kemungkinan pembengkakan vena. Menjaga berat badan ideal melalui diet seimbang dan olahraga teratur adalah kunci penting dalam mencegah ambeien bagi mereka yang kelebihan berat badan.

9. Faktor Usia (Penuaan)

Seiring bertambahnya usia, jaringan ikat di dalam tubuh, termasuk yang menopang vena di rektum dan anus, cenderung melemah dan kehilangan elastisitasnya. Jaringan penyangga yang melemah ini membuat vena lebih mudah menonjol keluar dan membengkak, bahkan dengan sedikit peningkatan tekanan. Inilah sebabnya mengapa prevalensi ambeien meningkat secara signifikan pada individu di atas usia 50 tahun, meskipun kondisi ini dapat terjadi pada usia berapa pun.

10. Mengangkat Benda Berat Secara Rutin

Aktivitas yang melibatkan pengangkatan beban berat, baik itu karena pekerjaan (misalnya, kuli bangunan, pekerja gudang) atau olahraga (misalnya, angkat besi), dapat menjadi pemicu ambeien. Saat mengangkat beban berat, orang cenderung menahan napas dan mengejan (manuver Valsalva), yang seperti telah dibahas, meningkatkan tekanan intra-abdomen secara tajam. Jika dilakukan secara berulang tanpa teknik pernapasan yang benar, aktivitas ini dapat memberikan tekanan kronis pada vena hemoroidalis dan menyebabkan pembengkakan.

11. Diare Kronis

Meskipun konstipasi adalah penyebab yang lebih umum, diare yang berlangsung lama (kronis) juga dapat berkontribusi pada perkembangan ambeien. Buang air besar yang terlalu sering, terutama jika disertai feses yang asam, dapat menyebabkan iritasi parah pada kulit sensitif di sekitar anus. Peradangan dan tekanan yang berulang akibat seringnya ke toilet dapat melemahkan pembuluh darah di area tersebut, membuatnya lebih rentan terhadap masalah.

12. Faktor Genetik atau Keturunan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan genetik terhadap ambeien. Seseorang mungkin mewarisi dinding pembuluh darah yang secara alami lebih lemah atau katup vena yang kurang efisien di area rektum. Jika ada riwayat keluarga yang kuat dengan masalah ambeien, maka seseorang mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalaminya. Meskipun faktor ini tidak dapat diubah, menyadarinya dapat mendorong individu untuk lebih proaktif dalam menerapkan langkah-langkah pencegahan lainnya.

13. Penyakit Tertentu

Beberapa kondisi medis yang lebih serius juga bisa menjadi penyebab sekunder ambeien. Misalnya, penyakit sirosis hati yang parah dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada sistem vena portal, yang mengalirkan darah dari usus ke hati. Peningkatan tekanan ini (hipertensi portal) dapat menyebabkan pembentukan varises di berbagai tempat, termasuk di rektum, yang pada dasarnya adalah jenis ambeien. Selain itu, penyakit radang usus seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa dapat menyebabkan peradangan kronis di saluran pencernaan, yang juga dapat mempengaruhi area rektum.

Memahami Gejala dan Tingkatan Ambeien

Untuk melengkapi pemahaman tentang penyebab, penting juga untuk mengenali gejalanya. Ambeien dibagi menjadi dua jenis utama: internal (di dalam rektum) dan eksternal (di bawah kulit sekitar anus).

  • Ambeien Internal: Biasanya tidak terasa sakit karena sedikitnya saraf nyeri di dalam rektum. Gejala utamanya adalah pendarahan tanpa rasa sakit saat BAB—darah berwarna merah terang terlihat pada tisu toilet atau di mangkuk kloset. Jika membesar, bisa menonjol keluar dari anus (prolaps).
  • Ambeien Eksternal: Terletak di bawah kulit di sekitar anus di mana terdapat banyak saraf nyeri. Gejalanya meliputi rasa sakit, gatal parah, iritasi, bengkak, dan adanya benjolan keras yang bisa diraba di dekat anus.

Ambeien internal sering diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya (derajat prolaps):

  • Derajat I: Benjolan tidak keluar dari anus. Hanya ada pendarahan.
  • Derajat II: Benjolan keluar saat BAB, tetapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
  • Derajat III: Benjolan keluar saat BAB dan harus didorong masuk kembali secara manual dengan jari.
  • Derajat IV: Benjolan keluar secara permanen dan tidak dapat didorong masuk kembali.

Kesimpulan: Pencegahan adalah Kunci Utama

Penyakit ambeien adalah kondisi multifaktorial yang sebagian besar berakar pada gaya hidup modern. Tekanan berlebih pada vena rektum akibat mengejan, konstipasi, duduk terlalu lama, dan obesitas adalah biang keladi utamanya. Kabar baiknya adalah sebagian besar penyebab ini dapat dimodifikasi dan dikendalikan.

Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif adalah kembali ke dasar-dasar hidup sehat: mengonsumsi makanan kaya serat, minum air yang cukup, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan ideal, dan mempraktikkan kebiasaan buang air besar yang baik (tidak menunda, tidak mengejan, dan tidak berlama-lama di toilet). Dengan memahami secara mendalam berbagai penyebab yang telah diuraikan, kita dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi diri dari ketidaknyamanan yang disebabkan oleh ambeien dan menjaga kesehatan pencernaan secara menyeluruh.

Peringatan Medis: Jika Anda mengalami pendarahan dari rektum, jangan pernah mengasumsikan itu hanya ambeien. Segera konsultasikan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang lebih serius, seperti kanker kolorektal.

🏠 Homepage