Zabur: Kitab Suci yang Diturunkan kepada Nabi Daud AS

Dalam rukun iman Islam, kepercayaan kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu pilar fundamental yang membentuk keyakinan seorang Muslim. Allah SWT, dengan rahmat dan kebijaksanaan-Nya, menurunkan petunjuk bagi umat manusia melalui para nabi dan rasul pilihan. Petunjuk ini terwujud dalam bentuk kitab-kitab suci yang berisi ajaran tauhid, hukum, hikmah, dan kabar gembira. Di antara kitab-kitab agung yang wajib diimani, tersebutlah sebuah kitab mulia yang dikenal dengan nama Zabur. Kitab suci yang penuh dengan pujian, zikir, dan untaian hikmah ini secara khusus diturunkan kepada Nabi Daud 'alaihissalam.

Kisah Zabur dan Nabi Daud AS adalah sebuah narasi yang tak terpisahkan, menggambarkan hubungan harmonis antara seorang hamba yang taat dengan wahyu Tuhannya. Zabur bukanlah sekadar kumpulan tulisan, melainkan manifestasi dari keagungan Allah yang disampaikan melalui lisan seorang nabi yang juga seorang raja, seorang pejuang, dan seorang ahli ibadah. Memahami esensi Zabur berarti menyelami kedalaman spiritualitas Nabi Daud, memahami konteks risalahnya, dan mengambil pelajaran abadi yang relevan sepanjang zaman. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang Zabur, kitab suci yang agung, serta sosok mulia penerimanya, Nabi Daud AS.

Ilustrasi Kitab Zabur زبور Ilustrasi Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, melambangkan pujian dan hikmah.

Dalil Al-Qur'an tentang Zabur yang Diturunkan kepada Nabi Daud

Keimanan seorang Muslim terhadap Zabur berlandaskan pada dalil yang qath'i (pasti) dari Al-Qur'an. Allah SWT secara eksplisit menyebutkan dalam beberapa ayat bahwa Zabur adalah wahyu yang Dia anugerahkan kepada Nabi Daud AS. Penegasan ini tidak menyisakan keraguan sedikit pun dan menjadi fondasi keyakinan kita.

Salah satu ayat yang paling jelas dan sering dirujuk adalah firman Allah dalam Surah An-Nisa':

إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا

"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (QS. An-Nisa': 163)

Ayat ini menempatkan wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam satu garis kesinambungan dengan wahyu yang diterima oleh nabi-nabi sebelumnya. Penyebutan secara khusus "Dan Kami berikan Zabur kepada Daud" (وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا) adalah sebuah penegasan yang lugas. Kata "aatainaa" (Kami berikan) menunjukkan bahwa Zabur adalah anugerah dan karunia langsung dari Allah SWT.

Dalil lain yang menguatkan hal ini terdapat dalam Surah Al-Isra':

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ ٱلنَّبِيِّۦنَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا

"Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (QS. Al-Isra': 55)

Ayat ini kembali mengulang frasa yang sama persis, menegaskan status istimewa yang Allah berikan kepada Nabi Daud dengan anugerah Zabur. Konteks ayat ini berbicara tentang keutamaan sebagian nabi atas yang lain, dan pemberian Zabur disebut sebagai salah satu bentuk keutamaan tersebut. Ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan Zabur di sisi Allah. Dari dalil-dalil ini, menjadi jelas bahwa meyakini Zabur diturunkan kepada Nabi Daud adalah bagian tak terpisahkan dari akidah Islam.

Mengenal Sosok Penerima Wahyu: Nabi Daud 'Alaihissalam

Untuk memahami Zabur, kita harus terlebih dahulu mengenal sosok mulia yang kepadanya kitab ini diturunkan. Nabi Daud AS adalah figur luar biasa dalam sejarah para nabi. Beliau bukan hanya seorang nabi, tetapi juga seorang raja yang adil, panglima perang yang gagah berani, hakim yang bijaksana, dan seorang hamba yang sangat tekun beribadah. Allah menganugerahkan kepadanya kekuatan fisik, kecerdasan, kebijaksanaan, serta suara yang teramat merdu.

Dari Penggembala Menjadi Raja dan Nabi

Nabi Daud AS berasal dari kalangan Bani Israil. Kisah kemunculannya di panggung sejarah dimulai dalam pertempuran epik antara pasukan Bani Israil di bawah pimpinan Raja Thalut (Saul) melawan pasukan raksasa Jalut (Goliath). Saat itu, Daud masih sangat muda, seorang penggembala yang seringkali dipandang sebelah mata. Namun, dengan izin Allah, Daud yang hanya bersenjatakan katapel dan beberapa batu, berhasil mengalahkan Jalut yang perkasa. Kemenangan ini menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia mendapatkan penghormatan, dinikahkan dengan putri Raja Thalut, dan akhirnya mewarisi takhta kerajaan.

Allah SWT kemudian mengangkatnya menjadi nabi dan rasul, memberinya tugas untuk menyeru Bani Israil agar kembali ke jalan yang lurus. Di tangan Nabi Daud, kerajaan Bani Israil mencapai puncak kejayaannya. Ia memimpin dengan keadilan, menegakkan hukum Taurat yang telah diturunkan kepada Nabi Musa AS, dan memastikan kesejahteraan rakyatnya. Allah memberinya hikmah dan kemampuan untuk menyelesaikan perselisihan dengan adil, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an.

Mukjizat dan Keistimewaan Nabi Daud AS

Selain Zabur, Nabi Daud dikaruniai berbagai mukjizat dan keistimewaan. Salah satu yang paling terkenal adalah suaranya yang sangat merdu. Ketika beliau melantunkan ayat-ayat Zabur, bukan hanya manusia yang terpesona. Allah menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk turut bertasbih bersamanya.

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَٰجِبَالُ أَوِّبِى مَعَهُۥ وَٱلطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ ٱلْحَدِيدَ

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS. Saba': 10)

Keindahan lantunan zikir dan tasbih Nabi Daud begitu dahsyat sehingga alam pun ikut bergetar dalam pujian kepada Sang Pencipta. Ini menunjukkan betapa dalam penghayatan dan kekhusyukan ibadah beliau. Mukjizat lainnya adalah kemampuannya melunakkan besi dengan tangan kosong, seolah-olah besi itu adalah adonan lilin. Dari besi yang lunak itu, beliau membuat baju-baju zirah yang kokoh untuk keperluan perang, sebuah teknologi pertahanan canggih pada masanya. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya ikhtiar, kerja keras, dan kemandirian, bahkan bagi seorang raja dan nabi sekalipun.

Ibadah dan Ketakwaan Nabi Daud AS

Nabi Daud adalah teladan dalam hal ibadah. Rasulullah Muhammad SAW memuji ibadah Nabi Daud dan menyebutnya sebagai puasa dan shalat yang paling dicintai Allah. Beliau berpuasa selang-seling, sehari berpuasa dan sehari tidak, yang kemudian dikenal sebagai "Puasa Daud". Beliau juga membagi malamnya untuk beristirahat, beribadah, dan mengurus urusan rakyatnya. Beliau tidur pada separuh malam, bangun untuk shalat pada sepertiganya, dan tidur lagi pada seperenamnya. Pola hidupnya adalah cerminan dari keseimbangan sempurna antara urusan duniawi (sebagai raja) dan urusan ukhrawi (sebagai hamba). Ketakwaan inilah yang menjadi wadah yang pantas untuk menerima wahyu agung berupa Kitab Zabur.

Kandungan dan Sifat Kitab Zabur

Berbeda dengan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS, Zabur tidak berisi syariat atau hukum-hukum baru yang detail. Syariat yang dijalankan oleh Nabi Daud dan kaumnya tetap mengacu pada syariat Nabi Musa. Lantas, apa isi dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud ini? Para ulama tafsir menjelaskan bahwa kandungan utama Zabur adalah:

1. Pujian dan Pengagungan kepada Allah (Tasbih, Tahmid, Taqdis)

Inti dari Zabur adalah untaian zikir, pujian, dan sanjungan kepada Allah SWT. Isinya penuh dengan kalimat-kalimat yang mengagungkan kebesaran, keindahan, dan kesempurnaan sifat-sifat Allah. Ia mengajarkan manusia bagaimana cara memuji Tuhannya dengan bahasa yang indah dan menyentuh kalbu. Setiap ayatnya adalah ekspresi rasa syukur, takjub, dan cinta seorang hamba kepada Khaliqnya. Inilah yang dilantunkan Nabi Daud dengan suaranya yang merdu, membuat gunung dan burung ikut bertasbih. Zabur adalah manifestasi dari semangat zikrullah yang tak pernah padam.

2. Doa, Munajat, dan Permohonan

Selain pujian, Zabur juga berisi kumpulan doa dan munajat (rintihan) yang tulus dari seorang hamba. Di dalamnya terdapat permohonan ampunan, permintaan pertolongan dalam menghadapi musuh, doa untuk keselamatan dan kesejahteraan, serta ungkapan kerinduan untuk senantiasa berada dalam naungan rahmat Allah. Doa-doa dalam Zabur mengajarkan etika berkomunikasi dengan Allah, yaitu dengan penuh kerendahan hati, pengakuan atas kelemahan diri, dan keyakinan penuh akan kemahakuasaan-Nya.

3. Hikmah, Nasihat, dan Pelajaran Hidup

Zabur tidak hanya berisi hubungan vertikal (hamba dengan Tuhan), tetapi juga petunjuk untuk hubungan horizontal (manusia dengan sesama dan alam). Kitab ini mengandung banyak sekali hikmah, perumpamaan (mazmur), dan nasihat tentang moralitas, etika, keadilan, dan kesabaran. Nasihat-nasihat ini membimbing manusia untuk menjalani kehidupan dengan baik, menjauhi kezaliman, mencintai kebenaran, dan senantiasa berbuat kebajikan. Ia adalah sumber inspirasi spiritual dan panduan moral bagi umatnya.

4. Kabar Gembira dan Nubuat Masa Depan

Sebagaimana kitab-kitab suci sebelumnya, Zabur juga membawa kabar gembira dan nubuat (ramalan) tentang masa depan. Salah satu nubuat penting yang terkandung di dalamnya adalah tentang pewarisan bumi kepada hamba-hamba yang saleh. Hal ini bahkan ditegaskan kembali oleh Allah dalam Al-Qur'an:

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ ٱلذِّكْرِ أَنَّ ٱلْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّٰلِحُونَ

"Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh." (QS. Al-Anbiya': 105)

Ayat ini menunjukkan konsistensi pesan ilahi. Janji kemenangan dan kepemimpinan bagi orang-orang saleh telah tertulis dalam Zabur dan ditegaskan kembali dalam Al-Qur'an. Selain itu, para ulama juga menyebutkan bahwa di dalam Zabur terdapat isyarat-isyarat kenabian tentang akan datangnya seorang nabi terakhir, penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bagian dari mata rantai kenabian yang saling menguatkan dan membenarkan satu sama lain.

Hubungan Zabur dengan Kitab Mazmur (Psalms)

Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, terdapat sebuah kitab dalam Perjanjian Lama yang disebut Kitab Mazmur atau Psalms. Banyak dari isinya yang berupa nyanyian pujian, doa, dan ratapan yang dinisbahkan kepada Daud (David). Dari perspektif Islam, Kitab Mazmur yang ada saat ini diyakini sebagai sisa-sisa dari Kitab Zabur asli yang telah mengalami perubahan, penambahan, dan pengurangan oleh tangan manusia seiring berjalannya waktu.

Sebagai seorang Muslim, kita wajib mengimani keberadaan Zabur yang asli, yang murni wahyu dari Allah dan diturunkan kepada Nabi Daud. Namun, kita tidak bisa serta-merta menerima seluruh isi Kitab Mazmur yang ada sekarang sebagai firman Allah yang otentik. Al-Qur'an datang sebagai Al-Furqan (pembeda) dan Muhaimin (batu ujian) bagi kitab-kitab sebelumnya. Apa saja dari isi kitab-kitab terdahulu yang sejalan dengan Al-Qur'an, maka kita yakini itu adalah sisa-sisa kebenaran wahyu. Sebaliknya, apa saja yang bertentangan dengan Al-Qur'an, kita yakini itu adalah bagian yang telah diubah atau diselewengkan.

Meskipun demikian, mempelajari kemiripan tema antara Zabur (sebagaimana dideskripsikan Al-Qur'an) dan Mazmur dapat memberikan wawasan tentang kesinambungan pesan ilahi. Tema-tema universal seperti pengagungan Tuhan Yang Maha Esa, pentingnya keadilan, harapan akan pertolongan ilahi, dan kemenangan orang-orang yang beriman adalah benang merah yang dapat ditemukan, yang menunjukkan asal-usulnya dari sumber yang satu, yaitu Allah SWT.

Pelajaran dan Hikmah Abadi dari Kisah Zabur

Kisah diturunkannya Zabur kepada Nabi Daud AS mengandung lautan hikmah yang tak akan pernah kering untuk kita selami. Pelajaran-pelajaran ini melampaui batas ruang dan waktu, tetap relevan bagi kita yang hidup berabad-abad setelahnya.

Kekuatan Zikir dan Pujian

Zabur adalah kitab zikir. Nabi Daud adalah ahli zikir. Kehidupannya mengajarkan kita bahwa zikir dan pujian kepada Allah bukanlah sekadar ritual lisan, melainkan sebuah kekuatan spiritual yang dahsyat. Dengan zikir, hati menjadi tenang. Dengan zikir, ikatan dengan Allah menjadi kuat. Dengan zikir, bahkan alam semesta pun bisa bersimpati dan ikut serta, sebagaimana gunung dan burung bertasbih bersamanya. Ini adalah pengingat bagi kita untuk senantiasa membasahi lisan dengan puji-pujian kepada Allah dalam setiap keadaan, baik dalam suka maupun duka.

Keseimbangan Antara Dunia dan Akhirat

Sosok Nabi Daud AS adalah contoh ideal pemimpin yang saleh. Beliau adalah seorang raja yang menguasai kerajaan besar, namun hatinya tidak pernah lalai dari mengingat Allah. Beliau adalah panglima perang, namun malam harinya diisi dengan shalat dan munajat. Beliau adalah seorang pekerja yang terampil, namun hasil kerjanya digunakan untuk kemaslahatan umat. Ini mengajarkan kita prinsip keseimbangan (tawazun) dalam Islam. Mengejar kesuksesan duniawi tidak dilarang, selama itu tidak melalaikan kita dari tujuan utama kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan mempersiapkan bekal untuk akhirat.

Syukur dalam Setiap Nikmat

Zabur yang penuh dengan sanjungan adalah cerminan dari hati yang senantiasa bersyukur. Nabi Daud, dengan segala kekuasaan dan karunia yang dimilikinya, tidak pernah sombong. Sebaliknya, semua itu membuatnya semakin tunduk dan bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat. Pelajarannya sangat jelas: semakin banyak nikmat yang kita terima, seharusnya semakin dalam pula rasa syukur dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Syukur bukan hanya dengan lisan, tetapi juga dengan perbuatan, yaitu menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya.

Keindahan dalam Beribadah

Allah menganugerahkan Nabi Daud suara yang merdu untuk melantunkan Zabur. Ini mengandung isyarat bahwa Allah mencintai keindahan. Beribadah dengan cara yang terbaik dan terindah adalah sebuah keutamaan. Membaca Al-Qur'an dengan tartil dan suara yang merdu, mendirikan shalat dengan tuma'ninah dan kekhusyukan, berzikir dengan penghayatan, semuanya adalah bagian dari upaya kita untuk mempersembahkan ibadah terbaik kepada Allah, Sang Maha Indah.

Kesimpulan

Iman kepada kitab-kitab Allah adalah pilar yang mengokohkan keyakinan. Di antara pilar tersebut, kepercayaan bahwa Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS memiliki tempat yang penting. Zabur adalah kitab suci yang berisi lautan zikir, samudra doa, dan taman hikmah. Ia bukanlah kitab hukum, melainkan kitab spiritualitas yang membimbing jiwa untuk senantiasa terhubung dengan Tuhannya melalui puji-pujian dan pengagungan.

Nabi Daud AS, sang penerima wahyu, adalah teladan paripurna tentang bagaimana seharusnya seorang hamba, pemimpin, dan manusia menjalani hidupnya. Beliau menggabungkan kekuatan dengan kelembutan, kekuasaan dengan ketakwaan, dan kesibukan duniawi dengan kekhusyukan ukhrawi. Lantunan Zabur dari lisannya yang merdu menjadi pengingat abadi akan kekuatan zikir dan keindahan ibadah.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita mengimani Zabur secara ijmali (global) sebagai wahyu Allah yang benar, dan mengimani Al-Qur'an secara tafsili (rinci) sebagai kitab suci terakhir yang sempurna, terjaga, dan menjadi petunjuk utama hingga akhir zaman. Dengan mempelajari kisah Zabur, kita tidak hanya menunaikan salah satu rukun iman, tetapi juga memetik mutiara-mutiara hikmah untuk memperkaya spiritualitas dan memperbaiki kualitas hidup kita di hadapan Allah SWT.

🏠 Homepage