Ilustrasi visualisasi keragaman sistem kepercayaan.
Agama non-Abrahamik merujuk pada tradisi spiritual dan keyakinan yang tidak berasal dari garis keturunan Nabi Ibrahim (Abraham), yang meliputi Yudaisme, Kristen, dan Islam. Kelompok agama non-Abrahamik sangat beragam, mencakup sistem kepercayaan kuno, filosofi spiritual Asia yang dominan, serta keyakinan pribumi yang berakar kuat pada geografi lokal.
Perbedaan mendasar sering terletak pada konsep ketuhanan. Sementara agama-agama Abrahamik umumnya bersifat monoteistik dengan penekanan pada nabi dan kitab suci yang diturunkan secara linear, banyak agama non-Abrahamik memiliki pandangan yang lebih siklikal (seperti reinkarnasi dalam Hinduisme dan Buddhisme) atau politeistik/henoteistik, serta sangat menekankan hubungan harmonis dengan alam dan leluhur.
Asia Timur dan Selatan merupakan rumah bagi beberapa sistem kepercayaan non-Abrahamik terbesar di dunia. Hinduisme, salah satu agama tertua yang masih dipraktikkan, memiliki dewa-dewi yang tak terhitung jumlahnya namun seringkali dipahami dalam kerangka Brahman (Realtas Tertinggi). Konsep seperti Dharma (kewajiban moral) dan Karma (hukum sebab akibat) adalah inti dari pandangan dunia mereka.
Buddhisme, yang muncul dari ajaran Siddhartha Gautama (Buddha), fokus pada pembebasan dari penderitaan melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang mengarah pada pencapaian Nirwana. Meskipun sering dianggap ateistik karena tidak berfokus pada dewa pencipta, Buddhisme tetap merupakan kerangka spiritual yang mendalam.
Selain itu, Taoisme dan Konfusianisme di Tiongkok menawarkan panduan etika dan filosofis. Taoisme menekankan hidup selaras dengan Tao (Jalan Semesta), sementara Konfusianisme berfokus pada tatanan sosial, ritual, dan kebajikan pribadi seperti Ren (kemanusiaan).
Banyak agama non-Abrahamik lainnya berakar pada animisme, kepercayaan bahwa jiwa atau roh menghuni benda-benda alam, hewan, dan tumbuhan. Keyakinan ini sangat umum di antara masyarakat adat di Afrika, Amerika, dan Oceania.
Dalam tradisi ini, tidak ada pemisahan tajam antara dunia spiritual dan dunia fisik. Pemujaan leluhur sering kali menjadi praktik sentral, di mana mereka yang telah meninggal diyakini masih memiliki pengaruh aktif dalam kehidupan sehari-hari keluarga dan komunitas. Praktisi sering bekerja sama dengan dukun atau shaman untuk berkomunikasi dengan roh-roh tersebut.
Contoh lain termasuk Shinto di Jepang, yang sangat menghormati Kami (roh atau dewa) yang berdiam di alam, yang ditunjukkan melalui ritual pemurnian dan pembangunan kuil di lokasi-lokasi alam yang sakral.
Memahami agama non-Abrahamik memerlukan pemikiran ulang tentang dikotomi "benar" atau "salah" dalam praktik keagamaan.
Keberagaman ini menunjukkan betapa luasnya jangkauan pemahaman manusia tentang eksistensi, makna hidup, dan alam semesta, jauh melampaui kerangka teologis tunggal.