Dalam lanskap keilmuan Islam Nusantara, nama Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri seringkali disebut dengan penuh hormat. Beliau adalah salah satu ulama besar yang warisannya terus hidup melalui dakwah dan keteladanan. Dikenal luas karena kedalaman ilmunya, akhlaknya yang mulia, serta perhatiannya yang besar terhadap pendidikan umat, Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam sejarah dakwah modern.
Perjalanan Intelektual dan Spiritual
Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang kental dengan nuansa pesantren dan tradisi keilmuan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Sejak usia dini, beliau telah menunjukkan ketertarikan mendalam terhadap studi agama. Pendidikan formal dan informal yang ditempuhnya membentuk dasar kokoh bagi kepribadian intelektualnya. Ia dikenal tidak hanya menguasai ilmu-ilmu agama klasik seperti Fiqih, Ushul Fiqh, dan Tasawuf, tetapi juga mampu mengintegrasikan pemahaman tersebut dalam konteks permasalahan kontemporer.
Kharisma beliau terpancar dari perpaduan antara ketenangan batin dan keluasan wawasan. Dalam setiap ceramahnya, Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri selalu menekankan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) sebagai prasyarat utama dalam meraih keberkahan ilmu. Beliau mengajarkan bahwa ilmu tanpa adab dan akhlak adalah kosong. Pendekatannya yang santun namun tegas dalam menyampaikan kebenaran membuatnya dicintai oleh berbagai kalangan, mulai dari santri hingga intelektual.
Fokus pada Pendidikan Ummah
Salah satu pilar utama dakwah Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri adalah komitmennya terhadap pendidikan. Beliau menyadari betul bahwa masa depan umat sangat bergantung pada kualitas generasi penerusnya. Oleh karena itu, beliau mendedikasikan banyak energinya untuk mendirikan dan membina lembaga-lembaga pendidikan Islam. Melalui lembaga-lembaga ini, beliau berupaya menanamkan nilai-nilai kearifan lokal, kecintaan terhadap tradisi Islam yang moderat, serta kemampuan kritis untuk menghadapi tantangan zaman.
Metode pengajarannya seringkali menekankan pada metode halaqah (lingkaran diskusi) yang memungkinkan interaksi dua arah antara guru dan murid. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan mendorong para santri untuk tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami secara mendalam materi yang diajarkan. Banyak ulama dan tokoh masyarakat saat ini yang merupakan buah dari didikan dan bimbingan beliau.
Teladan Moderasi dan Toleransi
Di tengah arus pemikiran yang terkadang ekstrem, Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri selalu teguh dalam memegang prinsip moderasi. Beliau secara konsisten menyuarakan pesan persatuan dan kerukunan antarumat beragama maupun intraumat beragama. Bagi beliau, Islam adalah rahmatan lil 'alamin, yang harus ditunjukkan melalui perilaku nyata, bukan sekadar retorika. Keteladanannya dalam berinteraksi dengan kelompok berbeda membuktikan bahwa kedalaman spiritual tidak harus berbanding lurus dengan sikap eksklusif. Toleransi yang beliau ajarkan adalah toleransi yang berlandaskan prinsip, bukan kompromi terhadap akidah.
Warisan pemikiran Habib Ali Zaenal Abidin Al Jufri terus relevan hingga kini. Nasihat-nasihat beliau mengenai pentingnya menjaga lisan, menjaga shalat, dan berbakti kepada orang tua senantiasa menjadi pengingat universal bagi siapa pun yang mendambakan kehidupan yang bermakna dan berkah. Kepergian beliau meninggalkan ruang hampa, namun semangat dakwahnya terus dihidupkan oleh para murid dan pengikut setianya, memastikan bahwa cahaya keilmuan yang beliau bawa akan terus menerangi jalan umat Islam.