Kaligrafi Ayat Kedua Surat Al-Fatihah
Mengupas Tuntas Hukum Bacaan Tajwid Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah, yang juga dikenal sebagai Ummul Kitab atau induk dari Al-Qur'an, merupakan surat yang paling fundamental dalam ibadah seorang Muslim. Surat ini dibaca dalam setiap rakaat shalat, menjadikannya bacaan yang paling sering diulang. Karena kedudukannya yang sangat istimewa, memahami dan menerapkan kaidah-kaidah tajwid yang benar saat membacanya adalah sebuah keharusan. Kesalahan dalam pelafalan, panjang pendek, atau penekanan huruf dapat mengubah makna secara drastis. Oleh karena itu, mendalami hukum bacaan pada setiap kata dalam surat ini, dimulai dari "Alhamdu" pada ayat kedua dan seluruh ayat lainnya, adalah langkah penting untuk menyempurnakan ibadah kita.
Artikel ini akan membawa kita dalam sebuah perjalanan mendalam untuk membedah setiap huruf dan hukum tajwid yang terkandung dalam Surat Al-Fatihah. Pembahasan akan dilakukan ayat per ayat, kata per kata, dengan penjelasan yang rinci agar mudah dipahami oleh semua kalangan, baik yang baru memulai belajar tajwid maupun yang ingin memperdalam pemahamannya. Tujuannya adalah agar setiap kali kita berdiri dalam shalat dan melantunkan Al-Fatihah, bacaan kita menjadi lebih fasih, benar, dan khusyuk, sesuai dengan tuntunan yang diajarkan.
Analisis Tajwid per Ayat
Kita akan memulai analisis mendalam dari ayat pertama, yaitu Basmalah, dan melanjutkannya hingga ayat terakhir. Setiap hukum yang ditemukan akan diuraikan secara komprehensif.
Ayat 1: Basmalah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai status Basmalah sebagai ayat pertama Al-Fatihah, mayoritas qira'ah (cara baca Al-Qur'an) yang kita anut di Indonesia menyertakannya. Oleh karena itu, penting untuk memahami tajwidnya.
Pembahasan Kata per Kata:
بِسْمِ (Bismi)
- Huruf بِ (Bi): Dilafalkan dengan harakat kasrah (i) secara tipis (tarqiq). Pastikan bibir tidak monyong ke depan, tetapi sedikit ditarik ke samping untuk menghasilkan bunyi 'i' yang murni.
- Huruf سْ (s): Huruf Sin yang berharakat sukun. Huruf ini memiliki beberapa sifat penting:
- Hams: Terdapat aliran napas yang keluar saat melafalkannya. Rasakan hembusan udara tipis saat mengucapkan "ss".
- Rakhawah: Suara dapat mengalir (tidak tertahan). Bunyi "ss" bisa diperpanjang sejenak.
- Safir: Terdengar suara desisan tajam seperti suara belalang. Ini adalah ciri khas huruf Sin, Zay, dan Shad. Pastikan desisannya jelas.
- Huruf مِ (mi): Huruf Mim dengan harakat kasrah. Dibaca tipis dan jelas.
اللَّهِ (Allahi)
Ini adalah Lafzhul Jalalah (Lafaz Allah). Hukum bacaannya tergantung pada harakat huruf sebelumnya.
- Lam Tarqiq (Tipis): Karena huruf sebelumnya, yaitu Mim pada kata 'bismi', berharakat kasrah, maka Lam pada lafaz Allah dibaca tipis (tarqiq). Pelafalannya ringan, bukan "Alloh" yang tebal, melainkan "Allah" dengan 'a' yang ringan.
- Mad Thabi'i / Mad Asli: Setelah Lam kedua, terdapat huruf Alif kecil (terkadang tidak tertulis) yang menunjukkan bacaan panjang 2 harakat atau 1 Alif. Ini adalah Mad Asli, yaitu vokal panjang dasar dalam tajwid.
- Huruf هِ (hi): Huruf Ha di akhir dibaca dengan kasrah, menghasilkan bunyi 'hi' yang jelas. Saat berhenti (waqaf) pada kata ini (misalnya saat mengajar), Ha tersebut akan menjadi sukun.
Kaidah Lafzhul Jalalah: Jika huruf sebelum lafaz Allah berharakat Fathah atau Dhammah, Lam dibaca tebal (Tafkhim). Contoh: 'Abdullāh (عَبْدُ اللَّهِ). Jika berharakat Kasrah, dibaca tipis (Tarqiq), seperti pada Basmalah.
الرَّحْمَٰنِ (Ar-Rahmani)
- Alif Lam Syamsiyyah: Huruf Alif Lam (ال) bertemu dengan salah satu dari 14 huruf Syamsiyyah, dalam hal ini adalah huruf ر (Ra). Akibatnya, huruf Lam tidak dibaca sama sekali, dan kita langsung masuk ke huruf Ra dengan menekannya karena ada tasydid. Proses ini disebut Idgham Syamsi.
- Huruf رَّ (r-ro): Huruf Ra berharakat fathah dan bertasydid, sehingga harus dibaca tebal (Tafkhim). Ucapkan dengan mengangkat sedikit pangkal lidah.
- Huruf حْ (h): Huruf Ha sukun. Sifatnya adalah Hams (aliran napas) dan Rakhawah (aliran suara). Pastikan ada hembusan napas yang jelas dari tengah tenggorokan.
- Huruf مَٰ (maa): Huruf Mim berharakat fathah, diikuti Alif kecil yang menandakan Mad Thabi'i. Dibaca panjang 2 harakat.
- Huruf نِ (ni): Huruf Nun dengan harakat kasrah.
الرَّحِيمِ (Ar-Rahimi)
Struktur kata ini sangat mirip dengan Ar-Rahman, namun memiliki hukum yang berbeda di akhir ketika kita berhenti (waqaf).
- Alif Lam Syamsiyyah: Sama seperti pada Ar-Rahman, Lam tidak dibaca dan langsung masuk ke huruf Ra dengan tasydid.
- Huruf رَّ (r-ro): Ra fathah bertasydid, dibaca tebal (Tafkhim).
- Huruf حِ (hi): Huruf Ha dengan harakat kasrah.
- Mad 'Aridh lis Sukun: Ini adalah hukum terpenting di akhir ayat. Saat kita berhenti pada kata ini, terjadi pertemuan antara huruf mad (dalam hal ini ي sebelumnya kasrah) dengan huruf hidup (مِ) yang disukunkan karena waqaf.
- Definisi: Mad 'Aridh lis Sukun adalah bacaan panjang yang terjadi ketika Mad Thabi'i bertemu dengan huruf yang disukunkan karena berhenti.
- Panjang Bacaan: Boleh dibaca dengan 3 pilihan panjang: 2 harakat (Qasr), 4 harakat (Tawassuth), atau 6 harakat (Thul). Yang paling umum dan dianjurkan adalah 4 harakat. Penting untuk konsisten dengan pilihan panjang ini di seluruh bacaan Al-Fatihah.
Ayat 2: Kalimat "Alhamdu" dan Seterusnya
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."
Ayat ini adalah inti dari pujian dan pengagungan kepada Allah. Kata "Alhamdu" yang menjadi kunci dalam pembahasan kita, memiliki kaidah tajwid yang mendasar.
Pembahasan Kata per Kata:
الْحَمْدُ (Al-Hamdu)
- Alif Lam Qamariyyah: Huruf Alif Lam (ال) bertemu dengan salah satu dari 14 huruf Qamariyyah, yaitu ح (Ha). Berbeda dengan Syamsiyyah, pada Qamariyyah, huruf Lam dibaca dengan jelas dan berharakat sukun. Proses ini disebut Izhar Qamari. Pastikan suara Lam tidak memantul (bukan qalqalah).
- Huruf حَ (ha): Huruf Ha berharakat fathah. Huruf ini keluar dari tengah tenggorokan. Pastikan pelafalannya berbeda dengan huruf ه (ha) yang lebih ringan dan keluar dari pangkal tenggorokan.
- Huruf مْ (m): Huruf Mim sukun. Sifatnya adalah Tawassuth atau Bayniyyah, artinya aliran suaranya tidak tertahan total dan tidak juga mengalir bebas, melainkan pertengahan.
- Huruf دُ (du): Huruf Dal dengan harakat dhammah. Bibir dimajukan (monyong) untuk membentuk vokal 'u' yang sempurna.
لِلَّهِ (Lillahi)
Kata ini terdiri dari huruf Jar لِ (li) yang disambung dengan Lafzhul Jalalah اللَّهِ.
- Lam Tarqiq (Tipis): Sama seperti pada Basmalah, karena huruf sebelumnya berharakat kasrah (yaitu Lam pada 'li'), maka Lam pada lafaz Allah dibaca tipis (tarqiq).
- Mad Thabi'i: Bacaan panjang 2 harakat pada Lam setelah tasydid.
رَبِّ (Rabbi)
- Huruf رَ (ra): Ra berharakat fathah, dibaca tebal (Tafkhim).
- Huruf بِّ (bbi): Huruf Ba bertasydid dengan harakat kasrah. Tasydid menandakan adanya dua huruf Ba, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Tekan sejenak pada huruf Ba sebelum melepaskannya dengan vokal 'i'.
الْعَالَمِينَ (Al-'Aalamiina)
- Alif Lam Qamariyyah: Alif Lam bertemu huruf ع ('Ayn), yang merupakan huruf Qamariyyah. Maka, Lam dibaca jelas (Izhar Qamari).
- Huruf عَا ('aa): Huruf 'Ayn fathah diikuti Alif. Ini adalah Mad Thabi'i, dibaca panjang 2 harakat. 'Ayn adalah huruf yang keluar dari tengah tenggorokan, pastikan suaranya ditekan dan jelas, berbeda dengan Hamzah (ء).
- Huruf لَ (la): Huruf Lam dengan harakat fathah.
- Huruf مِي (mii): Huruf Mim kasrah diikuti Ya sukun. Ini juga merupakan Mad Thabi'i, dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh lis Sukun: Sama seperti pada akhir ayat pertama, saat berhenti di akhir kata ini, terjadi pertemuan antara huruf mad (Ya sukun) dan huruf Nun yang disukunkan karena waqaf. Maka berlaku hukum Mad 'Aridh lis Sukun, yang boleh dibaca 2, 4, atau 6 harakat. Konsistensi dengan pilihan di ayat pertama sangat dianjurkan untuk keindahan bacaan.
Ayat 3: Pengulangan Sifat Allah
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Ayat ini merupakan pengulangan dari bagian akhir Basmalah. Ini berfungsi untuk menegaskan dua sifat utama Allah yang penuh rahmat. Dari sisi tajwid, hukum yang berlaku di sini identik dengan penjelasan pada ayat pertama.
- الرَّحْمَٰنِ (Ar-Rahmani): Mengandung hukum Alif Lam Syamsiyyah, Ra Tafkhim, sifat Hams dan Rakhawah pada Ha sukun, serta Mad Thabi'i pada Mim.
- الرَّحِيمِ (Ar-Rahimi): Mengandung hukum Alif Lam Syamsiyyah, Ra Tafkhim, dan diakhiri dengan hukum Mad 'Aridh lis Sukun ketika waqaf, dengan pilihan panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Mengulang pemahaman pada ayat ini membantu memantapkan penguasaan hukum-hukum tersebut. Latihlah transisi dari kata Ar-Rahmani ke Ar-Rahimi agar tetap lancar tanpa jeda yang tidak perlu.
Ayat 4: Penegasan Hari Pembalasan
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
"Pemilik hari pembalasan."
Ayat ini menegaskan kekuasaan mutlak Allah pada hari kiamat. Terdapat beberapa hukum tajwid yang menarik untuk dipelajari di sini.
Pembahasan Kata per Kata:
مَالِكِ (Maaliki)
- Huruf مَا (maa): Huruf Mim fathah diikuti Alif. Ini adalah Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat. Dalam beberapa riwayat qira'ah lain (seperti riwayat Warsy dari Nafi'), kata ini dibaca pendek menjadi 'Maliki'. Namun, dalam riwayat Hafs 'an Ashim yang umum kita gunakan, dibaca panjang.
- Huruf لِ (li) dan كِ (ki): Dibaca dengan harakat kasrah yang jelas dan tipis.
يَوْمِ (Yaumi)
- Huruf Lin / Mad Lin: Di sini terdapat huruf Waw sukun (وْ) yang didahului oleh huruf berharakat fathah (يَ). Kombinasi ini disebut Huruf Lin (huruf yang lembut). Cara membacanya adalah dengan melafalkan "yaw" secara lembut dan ringan, tanpa disentak. Jika kita terpaksa berhenti (waqaf) pada kata 'yaum', maka akan menjadi Mad Lin, yang boleh dibaca panjang 2, 4, atau 6 harakat. Namun, karena bacaan ini bersambung (wasal), maka hanya dibaca sebagai huruf lin biasa tanpa dipanjangkan.
الدِّينِ (Ad-Diini)
- Alif Lam Syamsiyyah: Alif Lam bertemu dengan huruf د (Dal), salah satu huruf Syamsiyyah. Maka, Lam tidak dibaca dan langsung masuk ke huruf Dal yang bertasydid.
- Huruf دِّ (d-di): Dal bertasydid dengan harakat kasrah. Tekan sejenak makhrajnya sebelum dilepaskan.
- Mad 'Aridh lis Sukun: Sama seperti ayat-ayat sebelumnya, di akhir ayat ini terdapat pertemuan huruf mad (Ya sukun) dengan huruf Nun yang disukunkan karena waqaf. Berlaku hukum Mad 'Aridh lis Sukun (panjang 2, 4, atau 6 harakat).
Ayat 5: Ikrar Penyembahan dan Permohonan Pertolongan
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."
Ayat ini adalah titik balik dalam surat Al-Fatihah, di mana fokus beralih dari pujian kepada Allah menjadi dialog langsung berupa ikrar dan permohonan. Ketelitian dalam tajwid di ayat ini sangat penting agar makna tidak berubah.
Pembahasan Kata per Kata:
إِيَّاكَ (Iyyaaka)
- Huruf إِ (i): Hamzah dengan harakat kasrah, dibaca jelas.
- Huruf يَّا (yyaa): Huruf Ya bertasydid dan berharakat fathah diikuti Alif. Ini adalah poin paling krusial. Tasydid pada Ya harus dibaca dengan penekanan (nabr). Jika dibaca tanpa tasydid ("iyaka"), maknanya bisa berubah menjadi "cahaya matahari-Mu", yang sangat jauh dari makna "hanya kepada-Mu". Setelah penekanan pada Ya, dilanjutkan dengan Mad Thabi'i sepanjang 2 harakat.
- Huruf كَ (ka): Kaf fathah dibaca ringan.
نَعْبُدُ (Na'budu)
- Huruf نَ (na): Nun fathah.
- Huruf عْ ('a): 'Ayn sukun. Huruf ini memiliki sifat Tawassuth/Bayniyyah, yaitu suaranya tidak boleh tertahan seperti pada Hamzah sukun, dan tidak boleh mengalir bebas. Alirkan suaranya sedikit saat melafalkan dari tengah tenggorokan. Ini adalah salah satu huruf yang pelafalannya sering keliru.
- Huruf بُ (bu) dan دُ (du): Dibaca dengan harakat dhammah yang sempurna.
وَإِيَّاكَ (Wa iyyaaka)
Struktur dan hukumnya sama persis dengan 'Iyyaka' yang pertama, hanya diawali dengan huruf Waw sebagai kata sambung.
نَسْتَعِينُ (Nasta'iinu)
- Huruf نَ (na) dan سْ (s): Nun fathah diikuti Sin sukun. Sin sukun memiliki sifat Hams dan Safir (desis) yang harus jelas terdengar.
- Huruf تَ (ta): Ta fathah.
- Huruf عِي ('ii): 'Ayn kasrah diikuti Ya sukun, menjadi Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat.
- Mad 'Aridh lis Sukun: Seperti pada ayat-ayat sebelumnya, akhir ayat ini ditutup dengan hukum Mad 'Aridh lis Sukun, dengan pilihan panjang 2, 4, atau 6 harakat saat waqaf.
Ayat 6: Permohonan Petunjuk Jalan yang Lurus
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus."
Setelah ikrar, kini hamba memohon hal terpenting dalam hidup: petunjuk ke jalan yang benar. Ayat ini kaya dengan huruf-huruf tebal (Tafkhim) dan beberapa kaidah penting.
Pembahasan Kata per Kata:
اهْدِنَا (Ihdinaa)
- Hamzatul Wasl: Huruf Alif di awal kata ini adalah Hamzatul Wasl. Artinya, ia hanya dibaca jika berada di awal kalimat (dibaca kasrah: "Ihdina"). Namun, jika disambung dari ayat sebelumnya (wasal), Alif ini tidak dibaca sama sekali. Contoh: "...nasta'iinuhdinaa...".
- Huruf هْ (h): Ha sukun. Huruf ini harus dilafalkan dari pangkal tenggorokan (Aqshal Halq) dengan sifat Hams dan Rakhawah. Jangan sampai tertukar dengan حْ (h) yang dari tengah tenggorokan.
- Huruf دِ (di): Dal kasrah.
- Huruf نَا (naa): Nun fathah diikuti Alif, merupakan Mad Thabi'i yang dibaca panjang 2 harakat.
الصِّرَاطَ (Ash-Shiraatha)
- Alif Lam Syamsiyyah: Alif Lam bertemu huruf ص (Shad), salah satu huruf Syamsiyyah terkuat. Lam tidak dibaca.
- Huruf صِّ (sh-shi): Shad bertasydid dengan harakat kasrah. Shad adalah huruf Tafkhim (tebal) karena memiliki sifat Isti'la dan Ithbaq. Meskipun berharakat kasrah, ketebalannya tetap terasa. Bunyinya tebal dan memenuhi rongga mulut.
- Huruf رَا (raa): Ra fathah diikuti Alif. Karena Ra berharakat fathah, ia dibaca tebal (Tafkhim). Kemudian dipanjangkan 2 harakat karena Mad Thabi'i.
- Huruf طَ (tha): Tha fathah. Ini juga merupakan huruf Tafkhim yang sangat kuat. Pastikan pelafalannya berbeda dengan huruf ت (ta) yang tipis.
الْمُسْتَقِيمَ (Al-Mustaqiima)
- Alif Lam Qamariyyah: Alif Lam bertemu م (Mim), huruf Qamariyyah. Lam dibaca jelas.
- Huruf سْ (s): Sin sukun, lafalkan dengan sifat Hams dan Safir (desis).
- Huruf تَ (ta): Ta fathah.
- Huruf قِ (qi): Qaf kasrah. Qaf adalah huruf Tafkhim karena sifat Isti'la-nya. Meskipun kasrah, ia tetap memiliki unsur tebal, berbeda dengan Kaf (ك) yang tipis.
- Mad 'Aridh lis Sukun: Di akhir ayat, saat berhenti, berlaku hukum Mad 'Aridh lis Sukun pada pertemuan Ya mad dengan Mim yang disukunkan. Panjangnya 2, 4, atau 6 harakat.
Ayat 7: Penjelasan Jalan yang Lurus
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
Ini adalah ayat terpanjang dalam Surat Al-Fatihah dan mengandung hukum tajwid yang paling beragam dan kompleks. Memahaminya dengan baik adalah puncak dari penguasaan tajwid surat ini.
Pembahasan per Frasa:
صِرَاطَ الَّذِينَ (Shiraathal-ladziina)
- صِرَاطَ (Shiraatha): Sama seperti pada ayat 6, mengandung huruf Shad dan Ra yang dibaca Tafkhim, dan Mad Thabi'i.
- الَّذِينَ (Al-ladziina):
- Alif Lam Syamsiyyah: Meskipun tertulis Alif-Lam, Lam yang pertama tidak dibaca. Kita langsung masuk ke Lam kedua yang bertasydid. Ini adalah pengecualian, di mana huruf Syamsiyyah-nya adalah Lam itu sendiri.
- Huruf ذِي (dzii): Dzal kasrah diikuti Ya sukun, merupakan Mad Thabi'i 2 harakat.
أَنْعَمْتَ (An'amta)
- Izhar Halqi: Ini adalah hukum Nun sukun yang sangat penting. Terdapat Nun sukun (نْ) yang bertemu dengan huruf 'Ayn (ع). 'Ayn adalah salah satu dari enam huruf tenggorokan (Huruf Halqi: ء, ه, ع, ح, غ, خ). Ketika Nun sukun bertemu salah satu huruf ini, ia harus dibaca dengan jelas (Izhar), tanpa didengungkan (ghunnah). Lafalkan "An" dengan jelas, lalu masuk ke huruf 'Ayn.
- Huruf مْ (m): Mim sukun dibaca jelas.
عَلَيْهِمْ (Alaihim)
- Huruf Lin: Terdapat Ya sukun (يْ) yang didahului fathah (لَ), ini adalah Huruf Lin, dibaca lembut "lay".
- Izhar Syafawi: Terdapat Mim sukun (مْ) di akhir kata yang bertemu dengan huruf Ghain (غ) pada kata berikutnya. Ketika Mim sukun bertemu dengan semua huruf hijaiyah kecuali Mim dan Ba, hukumnya adalah Izhar Syafawi. Artinya, Mim sukun dibaca dengan jelas tanpa dengung, dengan bibir tertutup rapat.
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ (Ghairil-maghdhuubi)
- غَيْ (ghai): Ghain fathah bertemu Ya sukun, ini adalah Huruf Lin. Huruf Ghain juga dibaca tebal (Tafkhim).
- الْمَغْضُوبِ (al-maghdhuubi):
- Alif Lam Qamariyyah: Lam dibaca jelas.
- Huruf غْ (gh): Ghain sukun, dibaca tebal.
- Huruf ضُ (dhuu): Dhad adalah salah satu huruf paling sulit dalam Al-Qur'an. Sifatnya adalah Isti'la, Ithbaq, dan yang paling unik adalah Istithalah (suaranya memanjang di sisi lidah). Lafalkan dengan menempelkan tepi lidah (kiri atau kanan) ke gigi geraham atas. Di sini ia berharakat dhammah dan diikuti Waw sukun, menjadikannya Mad Thabi'i 2 harakat.
عَلَيْهِمْ وَلَا (Alaihim walaa)
- عَلَيْهِمْ (Alaihim): Mengandung Huruf Lin.
- Izhar Syafawi: Mim sukun (مْ) bertemu dengan Waw (و). Mim dibaca jelas tanpa dengung.
- وَلَا (walaa): Lam fathah diikuti Alif, ini adalah Mad Thabi'i 2 harakat.
الضَّالِّينَ (Adh-dhaaalliin)
Ini adalah kata dengan hukum tajwid paling kompleks dan panjang dalam surat Al-Fatihah.
- Alif Lam Syamsiyyah: Lam tidak dibaca karena bertemu huruf Dhad (ض).
- Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal: Ini adalah hukum mad terpanjang dalam tajwid.
- Sebab Terjadinya: Terjadi karena huruf Mad (Alif) bertemu dengan huruf bertasydid (Lam: لّ) dalam satu kata.
- Penjelasan:
- Mad Lazim: Disebut 'Lazim' karena wajib (necessary) dibaca panjang, disepakati oleh semua ulama qira'ah.
- Kalimi: Terjadi dalam satu kata.
- Mutsaqqal: Artinya 'diberatkan', karena setelah huruf mad terdapat huruf yang bertasydid, sehingga pelafalannya terasa lebih berat dan ditekan.
- Panjang Bacaan: Wajib dibaca sepanjang 6 harakat. Tidak boleh kurang. Cara mengukurnya bisa dengan 6 ketukan atau 3 kali ayunan Alif.
- Cara Membaca: Lafalkan huruf Dhad fathah (ضَا), panjangkan 6 harakat, lalu masuk ke huruf Lam bertasydid (لِّ) dengan penekanan.
- Mad 'Aridh lis Sukun: Di akhir kata, seperti biasa, saat waqaf berlaku Mad 'Aridh lis Sukun dengan panjang 2, 4, atau 6 harakat.
Kesimpulan
Mempelajari hukum bacaan atau tajwid dalam Surat Al-Fatihah adalah sebuah perjalanan spiritual dan teknis yang sangat berharga. Dari kaidah-kaidah dasar seperti Mad Thabi'i, Alif Lam Qamariyyah dan Syamsiyyah, hingga hukum yang lebih kompleks seperti Izhar Halqi, sifat-sifat huruf seperti Istithalah pada Dhad, dan puncaknya pada Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal. Setiap hukum memiliki peran penting dalam menjaga keaslian lafaz dan makna Kalamullah.
Dengan mempraktikkan kaidah-kaidah ini secara konsisten, bacaan shalat kita akan menjadi lebih indah, lebih benar, dan semoga lebih diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Teruslah belajar, berlatih dengan guru yang mumpuni, dan jangan pernah lelah untuk memperbaiki bacaan Al-Qur'an kita, dimulai dari surat yang paling mulia, Al-Fatihah.